∅19. Don't Call Me Baby

10.8K 1.6K 255
                                    


.
.
.
.
.
.
.

∅Don't Call Me Baby
.
.
.
.
.

Seong Woo tak berhenti tersenyum setelah semalam tidur dengan orang tuanya sekarang dia dan Tae Yong sedang membantu ibunya memasak. Tae Yong kesini lagi pagi-pagi sekali dan membawa banyak bahan makanan, karena ia tahu isi kulkas Seong Woo sangat memprihatinkan.

Dari semalam Seong Woo ingin sekali berterima kasih pada Tae Yong yang menyingkirkan semua bir agar tidak ketahuan orang tuanya dan berbohong kalau Seong Woo bekerja di event organizer yang jamnya tidak tentu. Ia sudah takut kalau Tae Yong akan menceritakan kenyataannya tapi ternyata Tae Yong masih baik padanya, masih melindungi Seong Woo.

"Seong Woo, bagaimana kuliahmu? Kamu tidak pernah pulang kerumah lagi, dihubungi juga susah." Oceh sang ibu.

"Lancar kok. Ada yang mengulang beberapa tapi Seong Woo yakin empat tahun selesai ma." Ucap Seong Woo sambil tersenyum.

"Kamu Tae Yong, gimana? Kalian sekelaskan?" Tanya Ibu Seong Woo.

"Iya bi, tapi Tae Yong sidang tahun ini." Jawab Tae Yong.

"Wah kamu cumlaude?" Tanya Ibu Seong Woo sungguh takjub pada Tae Yong yang hanya mengangguk sambil tersenyum.

Tae Yong melirik Seong Woo yang tadinya sempat menatapnya iri kini mengalihkan pandangannya, dia kembali mengelap piring yang akan mereka pakai. Selama ini Seong Woo tidak tahu kalau Tae Yong sudah berhenti bekerja dan cukup lama tidak kelihatan di kampus untuk mencari bahas skripsinya. Tae Yong juga memborong mata kuliah dan selalu lulus dengan nilai memuaskan, Seong Woo iri pada Tae Yong.

Dulu Seong Woo yang gegabah ingin mendapatkan uang banyak agar pikirannya tidak kacau dan kuliahnya berjalan lancar, tapi tetap saja Tae Yong yang berada di depannya.

Seong Woo menggeleng, ia tidak boleh berpikiran seperti itu lagi. Ia teringat kata-kata Sung Woon kalau ia harus menghilangkan ego dan rasa iri-nya pada siapapun.

"Tae Yong tolong lanjutkan ya, bibi mau bangunkan Appa Seong Woo dulu." Ucap Ibu Seong Woo menyerahkan masakannya pada Tae Yong.

Tae Yong kini beralih mengaduk sup memastikan semua bahan sudah masuk lalu kini ia menyiapkan minyak untuk menggoreng cumi. Seong Woo tidak melakukan apa-apa lagi setelah mengelap piring. Ia memandang punggung Tae Yong yang sedang sibuk menggoreng. Dari semalam mereka belum ada waktu berdua, perbincangan mereka selalu bersama kedua orang tuanya.

"Kapan jadwal sidangmu?" Sontak Tae Yong mengedikan bahunya kaget dengan suara Seong Woo. Ia menoleh dan menatap Seong Woo yang sedikit enggan menatapnya.

"Mudah-mudahan akhir musim panas ini." Jawab Tae Yong.

"Hmmm, semoga sukses." Seong Woo pergi ke meja makan, ia memutuskan mengelap meja dan menyusun peralatan makan. Sulit sekali melawan egonya, ini sudah berlangsung lebih dari dua tahun Seong Woo masih merasa ini tidak biasa.

"Seong Woo." Tae Yong berjalan ke pinggir memanggil Seong Woo yang hanya menghentikan pergerakan tubuhnya tanpa mau menoleh.

"Kalau ada mata kuliah yang sulit tanyakan saja padaku. Aku akan sebisa mungkin membantumu." Tae Yong menatap temannya itu penuh binar harapan, ia ingin kembali seperti dulu dengan Seong Woo.

"Baiklah. Terimakasih." Saut Seong Woo.

Tae Yong tersenyum haru, Seong Woo menerima niat baiknya. Hatinya bergetar seperti kembali merasakan hidup kembali bersama saudaranya ini. Mereka berdua memang seseorang yang tipikal mementingkan keluarga. Seperti Seong Woo, Tae Yong juga menganggap Seong Woo sebagai saudara sendiri.

Don't Call Me Baby (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang