.
.
.
.
.
.
.∅Dont Call Me Baby
.
.
.
.
.
Seong Woo menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya kemudian ia menjepitnya diantara dua belah bibirnya sedangkan tangannya sibuk membuka empat bungkus ramyun lalu memasukan semuanya ke dalam panci.Setelah ia rasa cukup, ia meninggalkan dapur sambil menunggu ramyunnya matang. Setelah itu ia berjalan ke ruang tengah, disana berisik sekali. Ia hanya bisa menggeleng karena dengan terpaksa semalam ia menampung dua bocah dan kini mereka sedang asik bermain PS miliknya.
Ia tahu kalau Lucas tipe perayu yang untuk kesenangannya saja tapi tidak menyangka juga kalau ia akan menggoda Justin seperti ini. Rasanya Seong Woo ingin memotret Lucas yang sedang merangkul bahkan memeluk Justin lalu mengirimnya pada Yuta biar mereka jengah dan pria Jepang itu akan mengeluarkan amarahnya yang Seong Woo rasa itu akan seru sekali.
Kalau saja Justin tidak berakhir mabuk dan Yuta masih sibuk bekerja, ia tidak akan mau membiarkan apatementnya di hinggapi dua bocah yang membuatnya pusing.
Semalam Lucas menggendong Justin lalu mereka bertiga tidur bersama di ranjang Seong Woo yang cukup luas. Meski mereka harus tidur meyamping dengan kaki bergelantungan.
Belum lagi dua bocah itu muntah di kasur dan lantai kamar Seong Woo. Tadi pagi-pagi sekali Seong Woo naik pitam dan membangunkan mereka dengan paksa lalu menyuruh mereka membersihkan kekacauan pada kamar Seong Woo. Di tambah lagi Hyun Bin yang tidak bisa di hubungi membuat Seong Woo semakin stress menghadapi bocah-bocah sialan ini.
"Berhenti main. Ayo makan." Ucap Seong Woo sambil membawa panci ramyun ke meja makan.
Salah sendiri mereka yang menginap di rumah Seong Woo, kalau tidak bisa memasak maka harus terima mie instan dan nasi instan di pagi hari. Masa bodo dengan Justin yang mengeluh, anak orang kaya itu beranggapan ini sarapan terburuk sepanjang hidupnya.
"Habis makan pergilah kalian dari apartementku. Aku harus pergi kuliah." Ucap Seong Woo tidak sungkan mengusir para bocah ini.
"Mau bir?" Tanya Seong Woo sambil membuka kulkasnya.
Keduanya menggeleng dengan mulut penuh makanan. Oh astaga ingin sekali Seong Woo meneriaki kegemasannya, pagi-pagi seperti ini mereka menolak bir dan terlihat sangat imut. Seong Woo hanya tersenyum lalu mengambil satu kaleng untuknya.
"Tumben sekali kau bocah. Biasanya kau tidak menolak di tawari minuman apapun." Tegur Seong Woo pada Justin yang kembali menggeleng.
"Aku mau pulang dulu ganti baju lalu main. Kalau di rumah ada ayahku, bisa habis aku katahuan minum alkohol." Ucap Justin dan Seong Woo mengangguk mengerti.
"Mobilku sudah selesai di service. Biar aku mengantarmu Justin!" Ucap Lucas dengan semangat.
"Baiklah hyung." Seong Woo hanya tersenyum, sepertinya ia tahu tatapan Justin. Bocah angkuh itu tidak menatap Lucas seperti saat menatap Yuta. Pantas saja Yuta tidak sungkan saat Lucas menggendong Justin semalam.
✘
∅Don't Call Me Baby∅
✘
Daniel sama sekali tidak mengalihkan fokusnya dari layar komputernya. Sesekali ia mengetik sesuatu untuk memperbaikinya dan mengecek lagi berkas yang dikirimkan sekretarisnya. Pekerjaannya akan berakhir jam 12 nanti, setelah itu ia akan pergi bersama baby boy-nya.
"Hallo." Daniel mengangkat teleponnya.
"..."
"Incheon ya? Hmm baiklah, buat jadwal pertemuanku dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Call Me Baby (ONGNIEL)
Ficção HistóricaOh shit. Sejak kapan aku mulai terbiasa dengan panggilan itu? Tubuhku masih meremang karena kata itu. 'Baby boy' YAOI BXB DADDY KINK MATURE MPREG Cover by @Ariski