∅16. Don't Call Me Baby

12.2K 1.7K 299
                                    

18+

.
.
.
.
.
.
.
.

∅Don't Call Me Baby
.
.
.
.
.



"Ahhh..."

Seong Woo melepaskan ciumannya dengan desahan yang sudah ia tahan. Daniel terlalu cepat, pria yang lebih tua itu mengerti kalau seluruh tubuh Seong Woo kini menjadi sensitif dengan sentuhannya yang menggoda.

Namun Seong Woo tidak bisa melawan. Walau tubuh bagian bawahnya masih sakit tapi melawan daddy-nya bukan perkara yang baik. Hukuman yang di bilang paling biasa saja sudah mampu membuatnya trauma dan tidak mau membuat masalah dengan Daniel lagi.

Ia ingin menurut. Hanya sampai kontraknya selesai. Bersabarlah, Seong Woo.

Tubuh kurus Seong Woo sudah berada dalam kungkungan Daniel. Pria berbahu lebar itu tak terasa sudah meloloskan piyama Seong Woo dan kembali memangut bibir Seong Woo. Tangannya tidak tinggal diam, ia memilin kedua puting Seong Woo membuat pria itu sesekali membusungkan dadanya merasakan rasa aneh yang bisa di bilang ia menginginkannya.

Ini untuk yang kedua kalinya. Seong Woo tidak mau terlalu payah, dia mengalungkan tangannya di leher Daniel dan membalas ciuman lembut itu yang kini sudah beralih menjadi ciuman panas yang menuntut dan suara kecapan kecupan itu merduh tercipta setiap mereka memiringkan kepalanya mengganti posisi ternyaman untuk menghabiskan ciuman penuh gairah.

"Hah..ha.." Tetap saja Seong Woo yang kalah. Ia mendorong kedua pundak Daniel dengan nafas yang tersenggal-senggal, tidak tahu berapa lama yang jelas nafasnya benar-benar memprihatinkan.

Seong Woo baru sadar, pria di atasnya ini sangat mengiurkan. Dadanya bidang, dengan bahu kokohnya dan enam cetakan sempurna pada perutnya. Seong Woo iri, tentu saja karena ia juga pria, ia ingin terlihat sempurna seperti Daniel.

"Puas dengan pemandangannya baby boy?"

Tubuh Seong Woo meremang di tengah-tengah napasnya yang masih terengah. Wajahnya memerah padam dan jemarinya bergerak tak tentu. Ia harus menggelak tapi tubuhnya tak bisa berpaling sedikit saja karena kunkungan hangat Daniel yang membawanya nyaman.

Kini bibir Daniel beralih pada leher jenjang Seong Woo. Bekas kepemilikannya kemarin malam masih terlihat dan kini ia menambahkannya dengan liar. Dada Seong Woo naik turun tak tentu, rasa geli dan perasaan nikmat yang ia sangkal menjadi satu. Jemarinya meremas seprei coklat bermotif garis hitam, kepalanya mengadah ke atas alih-alih memberi akses pada Daniel, tapi dirinya melampiaskan seluruh gejolak pada tubuhnya.

"Eughhh..." Seong Woo mendesah, ia semakin di buat melayang dengan sentuhan Daniel yang tiada hentinya bahkan sekedar elusan lembut pada perut ratanya itu sudah membuatnya ingin mendesah.

"Ahh!" Pekiknya saat Daniel mengakhiri kegiatannya dengan mengigit leher Seong Woo dan meninggalkan bercak gigitan yang cukup jelas.

Setelahnya Daniel mengangkat tubuh Seong Woo untuk duduk. Seong Woo membelakan matanya sebelum memalingkan kepalanya saat Daniel membuka celana di hadapannya. Namun tetap saja seperti tertarik kembali. Ia kembali menoleh melihat seberapa besar Daniel.

Seong Woo sudah tidak bisa menebak bagaimana buruknya wajahnya saat ini. Kemarin malam ia tidak melihatnya sama sekali, ia hanya terus berbalik dan meneriman hujaman tak ada ampun itu. Tapi kini benda besar berurat itu ada di hadapannya.

"Can you do it? Blow job?"

Seong Woo gelagapan. Harusnya ia terima saja niat Lucas yang mau mengajarinya. Selama ini ia yang selalu dapat blow job, kali pertama ia melihat video porno gay dan dia lupa bagaimana melakukannya.

Don't Call Me Baby (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang