∅35. Don't Call Me Baby

9.5K 1.4K 394
                                    

.
.
.
.
.
.
.

∅Don't Call Me Baby
.
.
.
.
.

Justin memasuki rumahnya dengan wajah kusut, menjadi anak kelas tiga menengah akhir ternyata amat melelahkan. Ujian terus berdatangan, entah percobaan atau ujian harian, itu membuatnya pusing. Kalau bisa ia jawab dengan asal-asalan maka ia lakukan, toh ayahnya sudah tidak mempermasalahkan nilainya lagi. Tapi bukan kebiasaannya tidak belajar saat mau ujian dan menjawab seadanya, dia pasti bekerja keras untuk itu.

Suara bising mengganggu pendengarannya dan semakin kakinya melangkah ke dalam, semakin terdengar kencang. Matanya menatap empat sekawan, ah tidak sekarang lima orang, mengingat pria berambut merah muda itu sudah masuk dalam lingkupnya. Lagi-lagi berkat pria milik ayahnya, dia mengenal orang-orang baru. Namun kali ini cukup baik, Lee Tae Yong si jenius langsung direkrut Daniel mengisi bagian keuangan di kantor pusat, satu kantor dengan Daniel.

"Justin sini..." Seong Woo melambaikan tangannya pada Justin yang sedari tadi hanya berdiri.

Namun keadaan masih belum berubah. Justin tetap tidak pernah bicara pada Seong Woo, terhitung sudah setengah tahun mereka seperti ini. Seong Woo yang pantang menyerah dan Justin yang masa bodo.

Ketika Justin hendak melangkah pergi, Yuta mengejarnya lalu membopong paksa tubuh kurus kekasihnya dan duduk bersama di ruang santai. Untuk menghindari Justin yang kabur, seperti biasa ia harus mengapitnya bersama Hyun Bin. Anak itu tidak bisa bergerak lagi jika kedua tangannya di tengah-tengah Yuta dan Hyun Bin. Akhir-akhir ini mereka suka bertemu, mungkin Tae Yong yang paling jarang karena sibuk dan kali ini Yuta sedang mendapat pujian dari Daniel karena nilai menegementnya di atas rata-rata jadi ia diberi waktu bebas.

"Lepas!" Justin kesal, namun Yuta malah mengelus kepalanya lalu Hyun Bin menyuapinya kue bolu yang lucunya tidak ditolak anak manis ini.

"Kau tuh ya! Dipanggil Seong Woo malah pergi, liat tuh dedek bayinya jadi sedih." Oceh Hyun Bin sambil menunjuk perut Seong Woo, entah mengapa mengundang tawa yang lain tapi tidak dengan Justin yang asik mengunyah. Mungkin karena hari ini ia melewatkan jam makan siangnya jadi dia sangat lapar.

"Makan pelan-pelan, tidak ada yang minta." Tegur Lucas namun Justin tidak perduli.

"Aku melewatkan makan siangku, jadi diam saja." Justin galak, dia melepas paksa tangannya yang di tahan Hyun Bin kemudian mengambil roti sandwich yang juga ada disana.

"Maaf, aku tadi kesiangan jadi tidak bisa membuatkanmu bekal..." Lirih Seong Woo, dengan bantuan Tae Yong kini masakannya sudah layak konsumsi dan tentu itu sangat membantu Justin jika anak itu fokus belajar sampai malas mengambil jatah makan siangnya di kantin.

"Justin, Seong Woo minta maaf tuh." Hyun Bin memang begini, dia selalu memancing Justin tapi untungnya tidak pernah terjadi apa-apa yang dikhawatirkan.

"Hmm." Justin hanya menyaut seadanya.

"Justin, sudah tahu belum kalau calon adikmu perempuan?" Tae Yong bertanya, karena hari ini mereka datang dalam rangka menyambut si cantik di dalam perut Seong Woo dan memberikan hadiah peralatan bayi untuk Seong Woo.

Pertanyaan Tae Yong membuat Justin menghentikan kunyahannya, dia sedikit melirik keranjang bayi berwarna biru muda dan kereta dorong berwarna pink yang berada di sebelah Seong Woo. Kemudian dia hanya mengangguk, benar apa dugaannya selama ini, Seong Woo yang rajin bangun pagi dan jadi suka memasak. Dia sudah mengira kalau adiknya perempuan.

"Chukkae." Ucap Justin dengan singkat kemudian memasukan satu potong bolu ke dalam mulutnya. Ia melirik Seong Woo dan hyung kesayangannya yang kini tersenyum lebar untuknya. Ah, sudah lama ia tidak melihatnya.

Don't Call Me Baby (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang