∅22. Don't Call Me Baby

11K 1.6K 530
                                    

18+


.
.
.
.
.
.

∅Don't Call Me Baby
.
.
.
.
.

Seong Woo melepas kain pada tubuhnya satu persatu. Ia sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya menatap pria yang sedang memunggunginya. Seong Woo tidak tahu apa yang di cari Daniel, yang jelas pria itu harus sudah melihat tubuh polos Seong Woo saat ia berbalik badan. Namun Daniel sangat lama, AC dalam kamar Daniel sangat menusuk Seong Woo sampai ke tulang. Beberapa kali ia mengusapkan tangannya namun tetap saja tubuh polosnya semakin menggigil karena Daniel tak kunjung berbalik.

"Berbaring."

Daniel memerintahnya tanpa menoleh. Dingin sekali, bahkan saat pungungnya menempel pada kasur empuk itu rasanya masih menyiksa. Seong Woo bisa sesak dengan temperatur AC yang sangat dingin.

"Angkat kedua tanganmu dan buka kakimu lebar-lebar."

Tak lama Daniel akhirnya berbalik. Wajahnya datar menatap Seong Woo yang sudah berbaring dengan keadaan telanjang dan sesuai perintahnya. Sang baby sekarang sudah tampak sangat menggoda dengan kaki yang terbuka dan kedua tangan di atas kepala. Semakin dekat Daniel melangkah, semakin jelas Seong Woo melihat apa saja yang di bawa Daniel.

Sial. Seong Woo benci ini. Seketika nafasnya sudah tidak teratur. Ia benci dan tidak akan mengerti bagaimana rasanya menggunakan alat-alat tersebut. Seong Woo menggeleng cepat saat sebuah tali mengikat kedua tangannya dan menyambungnya dengan tali tambang yang dikaitkan langsung pada kepala ranjang.

Shit, ini sakit. Tangannya terasa tertarik kencang dengan dirinya yang berbaring seperti ini.

"Dad.. Please..."

"Ini akan semakin lama jika kau banyak bicara."

"Ta-tapi-Akh...—" Daniel mencekam kuat tangan Seong Woo dan menurunkan wajahnya sampai bibir mereka hampir bersentuhan.

"Kau harusnya menjalani hukuman-mu baby boy." Rasanya Seong Woo ingin menangis. Daniel sangat menyeramkam. Seong Woo takut dan tidak suka Daniel seperti ini.

"Daniel, harusnya kau tidak memperlakukan Justin seper—AKHH!!" Dengan kurang ajar Daniel mencubit puting Seong Woo hingga rasanya sangat sakit dan perih.

Tapi kemudian Daniel mengelusnya lembut. Dia meraba tubuh ramping Seong Woo dan menatap pria lemah yang semakin tersiksa dengan gerakan tangan itu. Sampai akhirnya Daniel kembali mencekram rahang Seong Woo, mendorong kepala Seong Woo sampai menekan bantal yang di pakainya.

"Jangan bertingkah semau-mu baby. Ingat ini hukuman kedua, ini tidak seindah hukuman pertamamu. Membangkahlah jika kau ingin membuatku semakin puas menyakitimu."

Bodoh. Seong Woo benar-benar merasa dirinya sangat bodoh. Bisa-bisanya ia menangis dengan ancaman pria sialan ini. Kang Daniel keterlaluan, ia salah jika dulu berpikir Daniel adalah orang baik. Semuanya terlihat sempurna untuk menutupi semua sisi gelapnya. Atau memang Seong Woo yang mudah terperangkap?

Daniel sudah gila. Seong Woo semakin takut saat daddy-nya itu mengeluarkan smirknya melihat Seong Woo menangis. Rasanya Seong Woo ingin melawan, tapi tangannya yang sudah terikat kuat dan kakinya yang semakin lemas semakin membuat sisi bodoh dalam dirinya merelakan semua perlakuan Daniel.

Kini Daniel melepas dasinya, masih dengan memandangi Seong Woo yang menangis semakin menaikan gairahnya. Ia tidak tahu kenapa dirinya seperti ini, ia bukan pecandu hal bodoh seperti ini. Tapi berbeda dengan Seong Woo, hanya Seong Woo yang membuatnya seperti ini. Mata indahnya yang masih mengeluarkan air mata, kini terpaksa tertutup saat Daniel melilitkan dasi hitamnya menutupi mata Seong Woo. Namun tangis Seong Woo malah semakin pecah, dia sangat merasa terancam. Daniel tidak memikirkan bagaimana psikis Seong Woo yang akhir-akhir ini terganggu. Kini rasa cemasnya datang lebih awal, mungkin ini kenyataan kalau kebenciannya terhadap sex toy semakin membuatnya terpuruk.

Don't Call Me Baby (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang