F

8.4K 830 4
                                    

Daniel meringis kesakitan kala dirinya kembali terjatuh ke tanah untuk yang sekian kalinya karna gagal memanjat kebalkon kamar Jihoon yang berada dilantai dua.

Hari semakin larut dan diluar semakin dingin.

Bibir Daniel memucat dan sedikit membiru, mungkin besok ia akan demam tinggi karna hal ini.

Tapi apa perdulinya. Daniel tidak peduli dengan badannya, yang ia pedulikan saat ini adalah hubungan nya dengan Jihoon.

"Astaga! Ini dingin sekali dan menyakitkan."

Suara jendela terbuka mengalihkan atensinya, tapi suara itu bukan dari arah kamar Jihoon melainkan dari kamar Luhan juga Sehun.

Dan benar saja,

Pria paruh baya cantik itu menyembulkan kepalanya dari jendela, sembari mengarahkan senter kearah Daniel yang langsung menutupi matanya dengan sebelah lengannya---terlalu silau dengan cahaya senter milik Luhan.

"Siapa itu?!" Teriak Luhan, karna memang jaraknya sedikit jauh dengan Daniel.

"Aku Daniel, eomma. Tolong bukakan pintu untukku!"

"Daniel?"

Setelahnya pekikkan kencang terdengar, tapi hal itu malah membuat Daniel bernapas lega.

Setidaknya ia bisa melihat Jihoon tanpa harus memanjat tembok lagi.

Tak lama setelah itu, Luhanpun datang sembari membawa selimut tebal.

"Daniel, berapa lama kau diluar sini? Bajumu juga terlihat kotor, seharusnya kau bunyikan bel saja tadi. Kau jadi kedinginan."

Daniel tersenyum lebar saat Luhan menyampirkan selimut itu pada tubuhnya dan sekarang lebih terasa hangat bagi Daniel.

"Aku tidak mau menggangu eomma."

"Ya sudahlah, cepat masuk! Diluar dingin."

Kali ini Daniel beruntung karna besok mungkin tidak akan ada berita jika aktor Kang Daniel mati karna kedinginan diluar rumah calon istrinya sendiri.

Daniel bersyukur karna tuhan masih menyayangi nyawanya dengan membangunkan sosok Luhan agar bisa membantunya masuk kedalam rumah.

Ya. Daniel sangat bersyukur. Dan mungkin hubungan nya dengan Jihoon bisa membaik.

...
...

Luhan datang sembari membawa secangkir coklat panas dan alat P3K untuk Daniel yang kini tengah menggigil diruang tamu, pria itu terlihat berantakan sekali.

Bajunya kotor, ada beberapa goresan luka di lengan tangannya dan ada kemungkinan besar Daniel akan sakit esok hari.

"Kenapa memanjat tembok segala? Jika ada yang lihat mungkin reputasi mu bisa hancur Daniel." Ujar Luhan, pria paruh baya itu menggeleng pelan melihat penampilan Daniel yang sangat acak-acakkan.

"Aku tidak peduli eomma. Dan maaf karna membangunkan eomma ditengah malam begini."

Luhan mengangguk, lantas iapun membuka kotak P3K yang ia bawa lalu menyuruh Daniel untuk memperlihatkan lengannya yang luka karna terjatuh saat memanjat tadi.

"Jika Jihoon tahu, mungkin anak itu sudah menangis melihat mu luka seperti ini, diakan cengeng sekali." Ujar Luhan sembari mengoleskan obat merah ke lengan Daniel yang sedikit memar dan berdarah.

"Hahaha.. tapi dia manis eomma, makanya aku cinta."

Luhan mendecih, anak jaman sekarang memang pintar merayu.

"Lalu untuk apa kau datang malam-malam kemari? Apa ada sesuatu yang penting?"

Luhan melirik kearah Daniel yang menghembuskan napas beratnya, tersenyum tipis kala melihat pria itu serasa akan merajuk sebentar lagi.

Kim FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang