Extra: Nielwink

4.4K 352 0
                                    

Kring~

Bunyi lonceng di atas pintu masuk cafe kembali terdengar, membuat beberapa pria yang menjadi waitress disana langsung tersenyum lebar menyambut pelanggan yang baru datang. Pelanggan yang di dominasi wanita itu berteriak histeris saat melihat senyum para waitress itu. Tampan dan manis menurut mereka.

"Hhh.. Jinyoung-sshi tolong beritahu kami ada menu spesial apa hari ini? Jika bisa sekalian saja beritahu nomor ponselmu ya."

"Kyaa! Woojin-ah.. senyummu manis sekali!"

"Samuel.. bisakah kita berfoto bersama?"

"Haknyeon.. tolong lihat kemari!"

"Ya ampun!! Kenapa kalian semua tampan?! Aku jadi betah disini."

Jihoon terkekeh melihat para pelanggan cafe nya sangat menyukai teman-temannya. Teriakan, bisik-bisik bahkan sampai perkataan merayu pun sudah menjadi kebiasaan semua pelanggan yang ada disana untuk sekedar berbicara pada teman-temannya. Tak jarang pula ada pelanggan yang sampai berjam-jam dicafe hanya untuk memandangi para pria itu dan ada pula pelanggan yang memesan banyak makanan untuk sekedar bisa berlama-lama disana. Yah.. itu memang sedikit menguntungkan, tapi tidak selalu begitu jika sosok yang menjadi pusat perhatian datang, siapa lagi kalau bukan Daniel.

Seperti halnya sekarang, Daniel datang menghampiri Jihoon tanpa kenal situasi membuat suara berisik yang tadi terdengar kini berubah sunyi. Semua tatapan terarah pada Daniel, mengamati setiap gerak-gerik pria itu yang tidak memperdulikan semuanya sama sekali.

Menyadari situasi sedikit berbeda, Jihoon dengan cepat membungkuk sekilas pada pelanggannya lalu menarik lengan Daniel untuk keruangannya. Dan karna hal itu ada beberapa pelanggan yang memutuskan pergi dari cafe, mungkin  mereka adalah fans Daniel yang masih belum menerima kalau Daniel berpacaran dengan Jihoon. Tapi beberapa diantaranya memilih abai, dan kembali melanjutkan obrolan mereka.

Woojin yang melihat setengah pelanggan pergi hanya bisa menghela napas berat, lalu berjalan menuju pelanggan lain yang memanggil dirinya.

Sementara itu, Jihoon hanya mengembungkan pipinya ketika ia dan Daniel sampai diruangan pribadinya, membuat Daniel terkekeh lalu mengusap kedua pipi Jihoon.

"Kau kenapa? Kesal karna pelangganmu pergi lagi?"

"Hyung menyadarinya?"

Daniel mencubit gemas pipi Jihoon membuat kekasihnya itu meringis kesakitan.

"Tentu saja aku sadar. Tapi aku tidak perduli. Toh jika aku mengatakan sesuatu, semuanya juga pasti akan tetap sama. Kecuali mereka yang benar-benar paham akan situasi dan kondisiku."

Jihoon menatap wajah Daniel, lalu mengangguk mengerti. "Hng!! Pemikiran orang memang berbeda-beda."

"Yap! Kau benar."

Daniel mendudukan dirinya disofa lalu menghela napas berat. Ia lelah sekali hari ini karna harus belajar bagaimana cara berbisnis, dan tentunya semua itu disuruh oleh Sehun, calon mertuanya. Sebenarnya satu minggu yang lalu, Sehun mendatangi tempat Daniel dan meminta Daniel agar belajar berbisnis untuk meneruskan dirinya menangani perusahaan karna pria paruh baya itu ingin segera pensiun dan menikmati masa tuanya. Daniel saat itu sempat menolak karna ia takut, Daniel belum menikah dengan Jihoon tapi Sehun sudah memintanya untuk menjadi direktur diperusahaannya. Kalau Daniel menerima begitu saja, Daniel takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya terlebih ia tidak tahu masa depan akan bagaimana. Tapi Jihoon juga mendukung keputusan ayahnya, pria manis itu yakin jika Daniel akan tetap bersamanya sampai kapanpun. Jadi menurut Jihoon, Daniel tidak perlu khawatir akan segala hal yang belum pasti dan menerima permintaan ayahnya untuk menjadi seorang direktur. Setelah menimang-nimang beberapa hal, akhirnya Daniel setuju. Bukan bermaksud mengambil keuntungan, hanya saja dengan begitu kepastian Daniel akan hidup lebih lama dengan Jihoon akan terjamin.

Kim FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang