L

7.5K 726 21
                                    

Daniel mendesah berat, beberapa kali mengacak surainya gemas lantaran ia mendapati perubahan sikap Jihoon padanya yang tak biasa. Sikap pria manis itu banyak berubah pada Daniel, dan tentunya Daniel tidak suka akan hal itu.

Bukankah sejak awal Jihoonpun menyetujui tentang perihal masalah kencan bohongan antara Daniel dan Nayoung, tapi kenapa sekarang Jihoon bersikap pada Daniel seakan ia tidak menyukai nya sama sekali. Dan semua itu berimbas pada Daniel saat ini karna Jihoon sekarang sulit sekali untuk ia temui, banyak alasan yang Jihoon buat untuk sekedar menghindari Daniel dan tentunya itu tidak seperti Jihoon yang biasanya.

Daniel berdecak sebal, melemparkan ponselnya pada dinding hingga pecah berserakan diatas lantai kamarnya.

"Arrgghhh!!! Sial!!" Daniel mengusap wajahnya kasar, tanpa pikir panjang iapun langsung mengambil jaket, masker serta topinya dan langsung melenggang keluar kamar dengan membanting pintu. Melangkah dengan terburu-buru menuju parkiran apartemen nya, ia berniat untuk menemui Jihoon dirumahnya sekarang. Meminta penjelasan kenapa sikap pria manis itu bisa berubah begitu saja tanpa berniat memberi alasan yang pasti pada Daniel yang notabene nya adalah kekasihnya sendiri.

Daniel memasuki mobilnya, mengendarai nya dengan kecepatan diatas rata-rata dan beberapa kali menyalip kendaraan lain hingga suara klakson saling bersautan terdengar bermaksud untuk menegur Daniel- yang sayangnya tidak perduli sama sekali akan hal itu. Yang Daniel perduli kan saat ini adalah Jihoon. Ia harus menemui pria manis itu dengan segera.

Daniel memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah Jihoon, tersenyum tipis saat netranya mendapati sosok Luhan yang tengah duduk dibangku taman samping rumah nya sembari membaca sebuah majalah fashion terbaru, sesekali pria paruh baya itu akan membolak-balikkan majalah didepannya dan bergumam mengenai model baju manakah yang bagus tahun ini.

Daniel melangkah mendekati Luhan yang sepertinya belum menyadari kehadiran dirinya.

"Eomma!" Luhan mendangak, senyuman tertoreh dibibirnya kala melihat Daniel berjalan kearah nya.

"Kau disini, Niel? Sejak kapan?"

"Baru saja eomma. Ah ya eomma, apa Jihoon ada dikamarnya?" Luhan mengangguk lalu menyuruh Daniel untuk menemui Jihoon langsung dikamarnya seperti biasa, ia juga sebenarnya heran kenapa sikap anaknya itu mendadak menjadi pendiam beberapa hari ini. Jadi mungkin dengan kehadiran Daniel, sikap Jihoon bisa berubah kembali.

"Temui saja dia. Eomma juga sudah tahu tentang masalah kalian,  dan eomma harap kalian bisa menyelesaikan nya dengan baik-baik."

"Tentu eomma. Kalau begitu aku permisi dulu."

Setelah mendapat anggukan dari Luhan, Danielpun segera melangkah menuju kamar Jihoon dengan langkah yang terkesan tergesa-gesa sekali hingga Luhan yang melihatnya hanya menggeleng dan tersenyum memaklumi.

Daniel langsung membuka knop pintu kamar Jihoon dan seperti biasanya- pintu kamar Jihoon tidak pernah terkunci sama sekali jadi Daniel bisa bebas keluar masuk sesuka hatinya karna memang itupun sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.

Hembusan napas Daniel keluarkan saat melihat Jihoon tengah duduk melamun dibalkon kamarnya, memandangi halaman luar dengan tatapan kosong. Daniel mendekat secara perlahan tanpa menimbulkan suara, bahkan langkahnya mendadak terhenti saat sayup-sayup ia mendengar suara isakan.

Apa Jihoon-nya menangis?

"Ji." Tubuh Jihoon mendadak terpaku mendengar panggilan Daniel, dengan cepat ia mengusap pipinya yang basah lalu memandang kearah Daniel dengan seutas senyum paksa.

"Oh hyung? Kau disini?" Jihoon berdiri dari duduknya, melangkah mendekati Daniel sembari tersenyum lebar layaknya tidak terjadi apapun.

"Kau menangis? Apa itu semua gara-gara diriku?" Jihoon menggeleng cepat tapi tentunya Daniel tidak akan percaya begitu saja, ia menangkup kedua pipi Jihoon hingga sang empunya menelan salivanya gugup. Ditatapnya mata bulat itu yang tengah bergerak gelisah seakan sedang mencari sebuah alasan.

Kim FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang