N

6.4K 656 27
                                    

Woojin membungkuk pada Luhan yang langsung tersenyum saat melihat nya, pria paruh baya itu mendekat pada Woojin lalu mengusak surai nya dengan gemas.

"Aigo~ kau kemana saja, hah? Kenapa baru datang lagi kemari? Apa kau tidak rindu dengan eomma?" Woojin terkekeh mendengar penuturan Luhan, semenjak kelulusan saat SMA- Woojin memang tidak pernah datang lagi ke rumah Jihoon, ia sibuk mengurusi urusan kuliahnya hingga lupa akan apapun. Dan Luhan memang menyuruh Woojin untuk memanggil nya eomma, karna Woojin sangat sering sekali main ke rumahnya saat sepulang sekolah dulu lalu bermain bersama Jihoon.

"Aku sebenarnya rindu pada eomma, tapi karna urusan kuliah- aku jadi lupa untuk mampir lagi kemari." Luhan mencebikkan bibirnya mendengar alasan Woojin, membuat yang lebih muda tertawa geli karna Luhan terkadang bertingkah seperti remaja pada umumnya- merajuk.

"Lain kali aku akan datang lagi kemari, umm.. eomma, apa Jihoon ada? Aku ingin menemuinya."

Luhan mengangguk,  "Dia ada di kamarnya, seperti biasa."

Woojin mengangguk mengerti, lalu berpamitan pada Luhan untuk menemui Jihoon. Melangkah cepat menaiki anak tangga dan membuka pintu kamar Jihoon dengan tidak sabaran. Matanya terbelalak kaget saat melihat kamar Jihoon yang hampir seperti kapal pecah, dulu kamar itu selalu rapih tapi kenapa sekarang berantakan sekali, Woojin mengerutkan keningnya- di lihatnya Jihoon yang sedang duduk di meja belajarnya saat ini, membuka lembaran buku materi kuliah nya lalu sesekali akan menuliskan sesuatu di buku catatan nya, seakan tidak terganggu sama sekali akan keadaan kamarnya yang berantakan.

"Jihoon!" Merasa dirinya di panggil, Jihoon pun lantas menoleh pada Woojin sembari menautkan kedua alisnya.

"Oh.. Woojin! Kapan kau datang?"

Woojin melangkah masuk, mendekat pada Jihoon yang masih melayangkan tatapan bertanya padanya, "Baru saja. Tapi Ji, kenapa kamar mu berantakan sekali?"

Jihoon tersenyum tipis lalu mengalihkan tatapannya pada buku yang sedari tadi ia baca, tidak berniat menatap Woojin yang seakan tengah memikirkan- apa yang sebenarnya terjadi pada Jihoon? Seolah mencari sesuatu yang sama sekali ia belum ketahui.

"Aku- cuma malas membereskan nya." Ujar Jihoon lirih. Kembali memfokuskan diri pada bukunya dan mengabaikan Woojin yang kini tengah menautkan kedua alisnya heran.

"Ji.. sebenarnya apa yang terjadi? Kau sedikit berbeda dari biasanya. Apa ini berkaitan dengan Niel hyung?"

"Jangan bahas apapun, aku sedang ingin belajar. Jika kau datang hanya untuk membahasnya, maka pulang saja sana."

Woojin berdecak sebal, "Memangnya kau belajar apa sih? Kau itu kan pintar, jadi tidak belajar seharipun- tidak masalah untukmu. Aku mengenalmu Jihoon! Kalau kau ada masalah cerita saja."

Jihoon menghembuskan napas beratnya, menoleh pada Woojin lalu tersenyum tipis. "Aku hanya lelah, Woojin. Tidak bisa kah kau mengerti."

Woojin memutar matanya malas, ia tahu jika Jihoon sedang berbohong padanya saat ini, kedua netranya memincing saat menemukan ponsel Jihoon pecah dan tidak berbentuk lagi, berserakan diatas lantai tanpa empunya bereskan kembali.

Woojin menoleh dengan cepat pada Jihoon, "Ji.. ponsel mu---"

"Orang itu membanting nya. Jadi biarkan saja."

"Orang itu? Siapa? Niel hyung?"

"Iya, mungkin."

Woojin mengangguk mengerti, meski tidak tahu apa yang sedang terjadi, ia yakin pasti Jihoon dan Daniel sedang bertengkar saat ini, menghembuskan napas berat dan mencoba berpikir tentang sesuatu yang seharusnya diperbaiki diantara mereka berdua.

Kim FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang