R

6.2K 645 14
                                    

Jihoon tersenyum miris melihat berita yang baru saja ia baca hari ini, kenapa hubungan nya dengan Daniel tidak bisa berjalan mulus seperti sebelumnya? Padahal dulu mereka jarang sekali mendapat konflik seperti sekarang.

Jihoon menghembuskan napas beratnya, dirinya terlalu lelah memikirkan permasalahan hubungannya dengan Daniel yang entah kapan akan kembali seperti semula. Kini terlalu banyak orang yang ingin merebut Daniel darinya, dan satu hal yang Jihoon takuti sekarang adalah Daniel yang nantinya semakin jauh dari jangkauan Jihoon.

Jihoon menggelengkan kepalanya cepat, memikirkan hal itu terjadi saja sudah membuat hatinya menjadi tak karuan. Jihoon tidak ingin hal itu terjadi.

"Hhh.. jangan pikirkan sesuatu yang buruk, Jihoon. Percaya saja pada Daniel hyung, dia pasti tidak akan meninggalkan mu." Ujar Jihoon, mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri. Dan membuang jauh-jauh segala pemikiran buruk yang ada dikepalanya saat ini.

Meski pada kenyataannya, rasa gundah itu ada-- menyelimuti sebagian hatinya.

...
...

Jungkook masuk ke dalam apartemennya, lalu mendudukan dirinya diatas sofa. Memijat pangkal hidungnya perlahan, kepalanya mendadak terasa berat setelah dari taman. Perutnya juga sedikit terasa tidak enak.

Apa mungkin efek karna ia belum sarapan pagi? Tapi tadi Jungkook baru saja makan bersama Wonwoo di cafe.

Jungkook memegangi keningnya dan-- hangat. Sepertinya ia akan terkena demam. Jungkook menghembuskan napasnya perlahan. Pria itu memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk meredakan rasa pusing dikepalanya yang semakin menjadi. Jungkook merogoh saku celananya, lalu mencoba untuk menelfon Taehyung. Ingin meminta agar pria itu pulang dan menemaninya di rumah.

"Hal---"

"Huhu.. Tae~ kapan kau pulang?"

"Kau kenapa, sayang?"

"Aku sepertinya demam, cepat pulang dan temani aku."

"Oke. Aku akan pulang sekarang. Kau ada di apartemen kan?"

"Hng!! Huhu.. cepat pulang. Kepalaku sakit."

"Baiklah bunny, hyung pulang sekarang."

Sambungan telfon terputus membuat Jungkook mendadak terdiam sejenak, setelah menyadari apa yang baru saja ia lakukan, Jungkook pun mengusap wajahnya kasar.

"Astaga Jungkook!! Dimana otakmu?!!" Pria manis itu mendesis kesal, ia memang salah dan perkataan ibunya lah yang benar. Tidak seharusnya Jungkook marah pada Taehyung sedangkan pria itu sendiri memang selalu menuruti apa maunya. Bahkan tadi, Jungkook yakin jika Taehyung kini sedang berada di kantor. Jungkook pasti menganggunya lagi.

Tak berselang lama, pintu apartemen terbuka. Menampakkan sosok Taehyung yang masuk kedalam apartemen sembari membawa satu kantong plastik putih kecil ditangan kirinya. Berjalan kearah Jungkook dengan terburu-buru ditambah dengan raut wajah yang begitu jelas sarat akan kekhawatiran. Membuat Jungkook yang melihat nya serasa ingin menangis keras di hadapan Taehyung yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Hei.. bunny, kau baik-baik saja?" Jungkook mengangguk pelan, mata bulatnya berkaca-kaca membuat Taehyung dengan cepat memeluk istrinya itu.

"Sayang.. apa demam mu tinggi?" Jungkook menggeleng, pria manis itu semakin mengeratkan pelukannya pada Taehyung. Menyembunyikan wajahnya yang mungkin kini sudah beruraian airmata di dada bidang Taehyung, ia malu. Sungguh. Jungkook sadar jika sikapnya kekanak-kanakkan kemarin, ia marah hanya karna Taehyung membentaknya sekali. Sedangkan dirinya selalu merajuk seperti bocah pada suaminya ini kapanpun saat dirinya menginginkan sesuatu.

Kim FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang