24.

25 5 0
                                    

Dika merasa ada yang aneh dengan acara makan malam yang diadakan keluarganya dengan keluarga Maura.

"Raka kamu tahu nggak, kenapa Papa adain acara makan malam barusan itu."tanya Dika penasaran ketika menghampiri Raka didalam kamarnya.

"Kamu ngapain sih, dateng-dateng nanyak kayak gitu."

"Ya aneh aja."

"Apanya yang aneh. udah ah sana pergi, ganggu aja."

Dikapun pergi dari kamarnya Raka. Tapi Ia akan tetap mencari tahu tentang pertemuan itu. Karena itu menyangkut masalah Maura.

"Mungkin Maura tahu sesuatu."ucap Dika dan pergi kerumahnya Maura.

Dika terus melihat kamarnya Maura yang berada dilantai dua. Dia tidak mungkin menemui Maura selarut ini. Apa kata keluarganya nanti.

Akhirnya Dika memutuskan untuk mencari tangga yang sering Ia liat disamping rumahnya Maura. Setelah itu, Ia masuk kekamarnya Maura melalui balkon kamar Maura seperti biasanya.

"Akhh untung nggak dikunci. Tapi kok kamarnya sepi. Yaudah deh aku tungguin aja."ucap Dika dalam hati sambil duduk diatas tempat tidurnya Maura.

Didalam kamar mandi, Maura terus tersenyum dan bersenandung saking bahagianya. Walaupun agak sedikit aneh, karena Indra mengajaknya keluar makan malam itupun dengan teman bisnisnya.

"Ohh...jadi dia lagi mandi."ucap Dika dalam hati sambil tersenyum.

Maura keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk, dan betapa kagetnya Ia ketika melihat seseorang yang duduk diatas tempat tidurnya.

"Aaaaaaaaa..."teriak Maura dan Dika bersamaan. Mereka saling tatap satu sama lain.

Maura kaget karena itu ternyata Dika, sedangkan Dika kaget karena melihat Maura yang hanya mengenakan handuk.

Dengan cepat Maura berlari masuk kekamar mandi lagi. Tetapi belum sempat Maura masuk kekamar mandi, Ia terpeleset dan jatuh ke lantai.

"Aaaauuuwww..."

Teriak Maura kesakitan. Untung aja handuk yang Ia kenakan tidak terlepas dari tubuhnya.

Dika lansung menghampiri dan membantunya. Tapi Maura tidak mau. Ia tidak mau dekat dengan Dika, karena kondisinya yang hanya mengenakan handuk.

Maura mencoba berdiri, tapi tetap aja nggak bisa. Karena kaki kirinya yang terkilir.

Mendengar teriakannya Maura, membuat Indri khawatir. Iapun pergi kekamarnya Maura untuk mengecek keadaannya.

"Maura sayang kamu kenapa?"tanya Indri didepan pintu kamarnya Maura.

"Maura nggak papa kok Ma."ucap Maura mencoba tenang.

"Tapi tadi Mama denger Maura teriak."tanya Indri yang memastikan keadaannya Maura.

"Itu Ma kecoa."ucap Maura gelagapan.

"Maksudnya?"tanya Indri yang bingung. Sedangkan Dika hanya tersenyum melihat Maura yang ketakutan.

"Maksudnya Maura ada kecoa Ma. Besaaaaar banget."sambil menatap Dika. Sedangkan yang ditatap cuek aja.

"Yaudah kalo gitu Mama ambil obat serangga dulu ya."

"Nggak usah Ma, biar nanti Maura aja yang pergi ambil obatnya."

"Yaudah."ucap Indri dan pergi dari kamarnya Maura.

Dika sangat bingung. Ia tidak kuat melihat Maura yang hanya mengenakan handuk. Tapi disisi yang lain, Maura membutuhkan pertolongan darinya.

"Beneran Maura nggak mau aku bantuin."tanya Dika hati-hati.

"Hmmm...ya udah deh. Tapi jangan liat."ucap Maura pelan.

"Terus gimana caranya aku nolongin Maura."

"Yaudah. Tapi awas aja, kakak jangan macem-macem."ucap Maura. Dan Dika hanya mengangguk dan membawanya keatas tempat tidur.

"Posisi kita kayak gini, seperti sepasang kekasih yang mau..."belum sempat Dika melanjutkan ucapannya. Maura langsung mencubit lengannya Dika dengan sangat keras.

"Auuww..."teriak Dika dengan suara yang sangat pelan.

"Kan Maura udah bilang jangan macem-macem."ucap Maura kesal. Dan menutupi semua tubuhnya dengan selimut.

"Yaudah, sini kakinya biar aku liat."

"Nggak. Kakak kenapa sih, Suka banget masuk kekamarnya Maura lewat sana."ucap Maura sambil melihat pintu balkon kamarnya yang sedikit terbuka.

"Hmm..ini kan sudah sangat malam. Jadi aku lewat sana aja, dari pada dapet omelannya Mamamu."ucap Dika sambil cengengesan.

"Yaudah sekarang kakak kesini mau ngapain."

"Oh ya. Sampe lupa tujuan aku kesini. Gara-gara liat..."Dika tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Bisa-bisa Ia kena amukannya Maura lagi.

"Apa, ayo cepetan ngomong."ucap Maura yang kesal melihat Dika hanya senyam-senyum nggak jelas.

"Apa kamu tahu sesuatu, tentang acara makan malam yang diadakan keluarga kita."

"Nggak tahu, emangnya kenapa?"

"Emangnya kamu nggak merasa ada yang aneh gitu."

"Yasih. Tapi yaudah lah kak. Yang penting kita tahu kalau kelurga kita sudah saling kenal."ucap Maura girang.

"Yasih. Tapi aneh, Papa aku jarang ngundang temen bisnisnya makan dirumah. Karena biasanya mereka makan diluar, tapi ini nggak."

"Jadi kakak kesini malam-malam cuma mau nanyak itu."ucap Maura dan Dika hanya mengangguk.

"Kan bisa lewat message atau telpon kak."ucap Maura kesal.

"Dari tadi aku message bahkan aku telpon, tapi nggak direspon. Yaudah aku kesini aja "

"Ya namanya juga tadi Maura kesel, Makanya nggak ngerespon."

"Yaudah. Sini biar aku liat kakinya."

"Nggak mau. Mending kakak pulang aja deh. Nggak baik lama-lama disini. Mana berdua lagi."

"Tap..."

"Ya ya. Nggak usah liat aku kayak gitu napa. Serem amat."ucap Dika yang takut melihat tatapannya Maura yang siap membunuhnya.

"Kenapa masih disini."

"Kamu nggak bisa berdirikan, terus gimana caranya kamu ngambil baju. Terus pakek baju, kan ribet. Biar kakak bantuin dulu, baru pulang. Gimana? Kakak pacar yang baik kan."ucap Dika tanpa merasa malu sedikitpun. Sedangkan Maura yang ngedengerinnya aja malu banget.

Saking keselnya, Maura melempari Dika dengan bantal yang ada disampingnya.

Buughh...

"Keluar nggak."ucap Maura.

"Beneran nih nggak mau dibantuin."ucap Dika yang menggoda Maura.

Maura hanya menatap Dika horor. Melihat tatapannya Maura, membuat Dika tersenyum dan cepat-cepat pergi dari kamarnya Maura.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang