38.

20 5 0
                                    

"Lepasin dulu borgolnya. Kalo kayak gini, gimana cara aku kasi tahu buktinya."ucap Santi sambil melihat kedua tangannya yang terborgol.

Langsung saja. Tangannya Santi bebas dan ia bisa memberikan buktinya.

"Nih. Disana masih ada bukti percakapan aku sama Salsa. Dan ada beberapa message darinya ."ucap Santi yang menyerahkan ponselnya kepada Lili.

Lili dan Angga kaget melihat semua buktinya. Mereka tidak pernah menyangka, kalau dalang dibalik semua itu ternyata Salsa.

Lili hanya diam. Ia bingung harus melakukan apa. Ia tidak mungkin bisa menghukum temannya sendiri.

"Kamu harus tetap dihukum San. Karena kamu dan teman-temanmu, Maura menjadi seperti ini. Selain kakinya yang harus tetap diperiksa. Ia juga mengalami trauma yang bisa kapan saja kambuh dan membahayakan jantungnya."ucap Angga sambil menatap Santi tajam.

"Kami, terutama aku minta maaf kak. Bukannya kami mau melakukannya dengan sengaja. Tapi kami melakukannya karena ancaman dari Salsa. Kami tahu dia bisa melakukan apa saja, selain itu juga. Karena kami bergantung kepadanya. Mau tidak mau, kami menuruti semua perintahnya."ucap Santi sambil memohon kepada Angga.

Sedangkan Lili hanya diam. Dan tanpa sadar sebutir air bening yang jatuh membasahi pipinya.

Melihat hal itu, membuat Angga kecewa dan marah. Ia tidak bisa menghukum orang yang sudah membuat Maura terluka, karena orang itu juga korbannya Salsa. Dan sekarang dia juga bingung harus menghukum Salsa seperti apa.

"Lepasin mereka kak. Kita juga sudah membuat perjanjian dengan mereka. Biarkan mereka pergi."ucap Lili lemah.

"Terimakasih Li. Kamu emang bener-bener baik."ucap Santi sambil tersenyum kepada Lili.

"Tapi jangan seneng dulu. Kita tidak bisa melindungimu dari Salsa dan satu lagi. Kita juga tidak akan membiayai kalian semua. Enak saja, kalian sudah membuat kesalahan yang fatal. Jadi kalian harus menanggung resikonya sendiri."ucap Angga dan pergi meninggalkan mereka bersama Lili menuju kedalam rumahnya Lili.

"TAPI KAK. KALIAN SUDAH JANJI. KAMI TAKUT DENGAN SALSA. TOLONG KAMI."teriak Santi frustasi.

"Kalian. Usir mereka dari sini. Dan jangan buat mereka kesini lagi."ucap Angga kepada pengawalnya.

----

"Kak ini sudah sore. Maura mau pulang."ucap Maura sambil menatap mata kekasihnya itu sambil tersenyum manis kepadanya.

"Yaudah kalo gitu. Kita pamit dulu yuk."ucap Dika dan menggandeng tangannya Maura masuk kedalam rumahnya.

Mereka pamit kepada semuanya yang lagi duduk santai di ruang keluarga.

Setelah pamit. Maura pulang yang dianterin sama pacarnya yaitu Dika Pratama.

----

Lili dan Angga hanya duduk diruang tamunya Lili. Lili terus diam memikirkan apa yang diucapkan oleh Santi. Sementara Angga diam sambil menunggu kedatangannya Dika.

Yup...Angga sudah menghubungi Dika dan memberinya berita. Kalau Santi sudah datang dan mengakui kesalahannya serta dalang dibalik semuanya.

Dika langsung masuk kerumahnya Lili tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Ga dimana dia."ucap Dika yang langsung ke intinya.

"Sudah pergi. Lili sudah bebasin mereka semua. Karena dia tahu kalau mereka juga jadi korbannya Salsa."ucap Angga.

"Brengsek. Kamu seharusnya menahan mereka juga Ga. Sekarang juga aku cari mereka."ucap Dika emosi.

"Stop Dik. Mereka juga korban. Mereka juga melakukan semua itu karena diancam Salsa. Kamu juga harus tahu kalau yang pantas kita hukum itu Salsa. Dia dalang dibalik semua ini. Dan satu lagi yang harus kamu tahu, dia juga yang menyembunyikan mereka dari kita."ucap Angga serius.

"Sialan. Dari awal aku juga sudah mencurigainya. Seharusnya aku selalu mengawasinya."ucap Dika sambil mengacak-acak rambutnya.

"Maksudnya."tanya Angga bingung.

"Dulu Salsa mengungkapkan semua isi hatinya. Dan dia juga menjelek-jelekkan Maura didepanku. Bahkan aku melihat didalam matanya. Dia sangat membenci Maura."ucap Dika setelah duduk disampingnya Lili.

"Wahhh...bener-bener tu orang."ucap Angga tidak percaya.

"Kita harus buat rencana. Supaya kedoknya dia terbongkar didepan Maura."ucap Dika.

"Ya. Aku setuju."ucap Angga.

"Jadi gini. Kita akan menggunakan Santi dengan teman-temannya itu. Sementara kita sembunyi ditempat yang tidak jauh dari mereka."ucap Dika dan diangguki Angga.

"Tapi Maura punya trauma. Apa dia akan baik-baik saja."dan kali ini Lili yang angkat suara.

"Ya aku tahu itu. Tapi ini demi menyadarkannya dan membongkar semua kebusukannya Salsa. Dari pada Maura berada didekatnya Salsa. Itu akan lebih membuatnya berada dalam bahaya."ucap Dika serius dan kali ini disetujui oleh Angga dan juga Lili.

Malam itupun mereka mencari Santi dan teman-temannya dan juga bantuan dari semua pengawalnya mereka.

Tidak lama mereka mencari. Akhirnya Santi berhasil ditemukan.

"Kalian harus menuruti perintah kami. Kalau tidak mau masuk penjara."ucap Dika.

"Tapi kak. Kita punya permintaan."ucap Santi memohon.

"Apa."ucap Dika.

"Lindungi kami dari Salsa. Kami takut kalau dia mengejar dan membunuh kami."ucap Santi sambil menangis.

"Baik. Aku akan menjaga kalian. Tapi kalian harus melakukan sesuatu dulu."ucap Dika dan diangguki Santi.

"Kalian hubungi Salsa. Suruh dia datang menemui kalian ditaman. Dan buat dia mengakui semua kesalahannya disana."ucap Dika.

"Baik kak."

"Besok. Kalian lakukan rencana ini. Karena lebih cepat lebih baik. Dan jangan coba kabur. Karena pengawal-pengawal ini akan selalu mengawasi kalian."ucap Angga.

----

"Dik aku ikut ya ke kampus."ucap Geby setelah mereka sarapan bersama.

"Tapi aku mau anter Maura dulu."ucap Dika.

"Oh...yaudah aku juga ikut."ucap Geby dan Dika hanya mengangguk sambil masuk kedalam mobilnya yang diikuti Geby.

"Dik. Kamu masih cinta gak sih sama aku."tanya Geby sambil terus memandangi wajahnya Dika.

"Kenapa kamu nayak kayak gitu."tanya balik Dika.

"Karena aku sampai sekarang masih cinta banget sama kamu. Aku fikir dengan kembalinya aku ke sini. Kita akan seperti dulu lagi."ucap Geby sedih.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang