27.

20 5 0
                                    

Buuugghh...

"Kamu bilang kita begok. Kamu tu yang begok."teriak Santi salah satu temannya Salsa sejak SMP. Tapi karena Santi dan keempat temannya terkenal nakal. Salsa dilarang bermain lagi dengan mereka.

Sejak saat itu Salsa bermain dengan Lina. Tapi diam-diam dia tetap bergaul dengan Santi dan teman-temannya yang lain.

Bahkan saking sayangnya mereka kepada Salsa, mereka rela menjadi anak buahnya Salsa. Salsa juga menyayangi mereka. Bahkan Salsa selalu memberi mereka uang dan banyak hadiah lainnya.

Maura takut melihat lima siswi yang menatapnya tajam. Ia juga tidak bisa melawan mereka, karena tenaga dan jumlah mereka yang lebih banyak dari Maura.

Mulutnya Maura ditutupi lakban Kedua tangan dan kakinya diikat. Tanpa sadar Maura menangis saking takutnya.

"Hahaha...belum aja kita mulai, kamu udah nangis gitu. Ahh nggak seru."ucap Santi sambil menarik rambut panjangnya Maura.

Periiihhh...itu yang dirasakannya, seakan-akan semua rambutnya tercabut dari kepalanya.

"Hey..liat deh San. Kakinya Maura yang sakit tuh, enaknya diapain ya?"ucap Ika yang melihat kakinya Maura yang diperban.

Mendengar hal itu membuat Maura hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menangis.

"Ohhh...kakinya sakit ya. Sini biar aku obatin."ucap Santi yang menginjak kakinya Maura.

Maura merasakan kakinya yang sangat sakit. Ia tidak sanggup menahannya lagi.

"Upsss..pasti sakit, maaf ya. Hahahaha.."ucap Santi sambil tertawa dan diikuti keempat sahabatnya yang lain.

Plaaakkk...

Maura merasakan perih, dan panas dipipi kanannya yang ditampar Ika.

"Kamu jangan sok cantik ya. Kamu tahu kan, apa yang kita inginkan."ucap Ika

"Yap...Jauhi Dika, dan satu lagi. Kalo kamu berani ngadu masalah ini. Kamu akan tahu akibatnya."ucap Santi yang memainkan pisau diwajah mulusnya Maura.

Maura hanya terus menangis. Ia takut melihat perilaku kejam dari mereka semua.

"Ayo jawab. Kamu mau mukamu yang cantik ini berubah jadi monster."teriak Santi sambil terus membelai pipinya Maura dengan pisau kecil miliknya.

Maura hanya mengangguk. Ia sekarang pasrah, menerima apapun perlakuan mereka. Karena Maura tidak sanggup lagi menahan perih dan sakit yang Ia rasakan diseluruh tubuhnya. Terutama pada kakinya.

"Bagus, anak pinter. Awas aja kalau kamu melanggar salah satu dari apa yang kita bilang tadi. Kamu akan merasakan sakit dan penderitaan yang lebih dari ini."ucap Santi dan pergi meninggalkan Maura sendiri didalam gudang yang sudah Ia gembok.

Disisi lain Salsa terus menahan kepergiannya Lili untuk menjemput Maura ditoilet.

"Aduhh Li. Perutku masih sakit. Coba kamu ambilin aku air minum."ucap Salsa.

Lili langsung pergi mengambilkan air minum diatas meja. Dan memberikannya kepada Salsa.

"Sa. Kamu bisa disini sendirian kan! Aku mau liat Maura dulu."ucap Lili yang entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia terus mengkhawatirkan Maura.

"Tunggu dulu Li. Aku takut sendiri. Masak kamu tega ninggalin aku."ucap Salsa dan Lili mau tidak mau duduk disampingnya Salsa.

Bos, kita sudah memberikan Maura pelajaran yang tidak akan pernah Ia lupakan.

Salsa hanya tersenyum membaca message dari Santi. Ia tidur dengan nyenyak diuks.

"Eh Li. Maura mana?"tanya Lina yang baru masuk uks untuk melihat keadaannya Salsa.

"Nggak tahu nih. Dari tadi aku message nggak dibales, terus aku telpon nggak diangkat. Makanya aku hubungi kamu buat jagain Salsa. Aku mau cari Maura nih. Takutnya dia kenapa-kenapa lagi."ucap Lili dan pergi mencari Maura.

Lili mencari Maura kedalam toilet, tapi Ia tidak melihat keberadaannya Maura disana. Iapun keliling sekolah, tapi tetep aja nggak ketemu.

Cuma satu tempat yang belum Ia masuki untuk mencari Maura. Dengan perasaan yang gugup Ia pergi kegudang sekolah yang berada dibelakang sekolah.

"Tapi masak Maura kesini. Inikan gudang. Terus jarang dilewatin orang. Tapi jaraknya sama toilet wanita nggak beda jauh sih. Tapi cuma tempat ini yang belum aku geledah. Kok digembok sih, biasanyakan nggak digembok kayak gini."ucap Lili dalam hati ketika berada didepan pintu gudang.

"Maura...apa kamu ada didalam."teriak Lili sambil mengetuk-ngetuk pintu gudang yang digembok.

"Lili. Aku disini Li. Tolongin aku Li."ucap Maura dalam hati sambil terus berusaha membuka tali yang mengikat kedua tangannya.

"Mauraaa... kamu didalamkan."tanya Lili sekali lagi untuk memastikannya.

Maura terus berusaha keras. Tapi tetap saja talinya tidak bisa Ia lepaskan.

"Mungkin dia nggak disini..."ucap Lili.

Mendengar hal itu membuat Maura makin panik dan melihat kesekitar. Ia melihat kursi rusak yang ada disampingnya. Dengan semua tenaga yang Maura gunakan, akhirnya kursi itupun terjatuh.

Braaakkk..

"Wahhh...njiir bikin kaget aja."teriak Lili yang kesal karena suara yang ribut dari dalam gudang.

Lili merasa ada yang aneh didalam gudang itu. Dengan perasaan yang gundah. Iapun kembali berdiri didepan gudang itu sambil terus melihat pintunya yang digembok.

"Maura apa kamu beneran ada didalam. Kalo iya, beri aku tanda. Entah apapun itu, yang penting ada isyarat darimu."

Mendengar hal itu membuat Maura memiliki harapan lagi untuk bisa keluar dari gudang itu.

Tidak lama Lili menunggu. Lagi-lagi ada suara yang Ia dengar dari dalam gudang itu.

"Tunggu Maura, aku buka gembok nya dulu."teriak Lili dan dengan cepat Ia mencari benda yang keras. Yang bisa membuka gemboknya.

Ia mengambil batu besar dan terus memukul gemboknya. Sekitar dua menit, akhirnya gemboknya terlepas. Dengan cepat Lili membuka pintu itu dan melihat Maura yang sudah tidak sadarkan diri lagi.

"Mauraaa..."teriak Lili dan berlari menghampiri Maura. Ia menangis melihat kondisinya Maura yang sangat lemah dan wajahnya yang terlihat pucat.

Dengan cepat Ia menghubungi Angga dan menyuruhnya datang kegudang sekolah.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang