34.

16 5 0
                                    

Dari tadi Dika diacuhkan oleh Maura. Padahal maksud dia baik kok. Uhhh mungkin authornya aja yang mikir gitu.

Uncchhh...unccchhhh

Ok back to the topik. Maura kesal dan marah. Karena Dika memberikannya hukuman yang menurutnya tidak salah apapun.

"Kamu masih marah."

"..."

"Beneran. Yaudah kalo gitu aku pergi aja."ucap Dika dan pergi keluar ruangan.

"Dasar, pacarnya yang lagi sakit gini. Dia malah pergi ninggalin pacarnya sendirian."ucap Maura pelan. Tapi Dika masih bisa mendengarnya.

Diapun tersenyum dan kembali berdiri disamping ranjangnya Maura.

Baru aja Dika mau merayu, tiba-tiba semua keluarganya dan keluarga Maura mengganggu mereka.

"Eh.. ngapain kalian berduaan disini. Huh."teriak Citra yang berjalan kearah mereka dan menjewer telinganya Dika.

"Kamu emang anak bandel ya. Punya pacar cantik kayak gini nggak dikenalin ke Mamanya."

"Akhhhh...Ma sakit."Citra langsung melepaskan jewerannya tapi nasih menyiksa putranya. Dia mencubit lengan, perut dan kedua pipinya Dika.

"Mama kenapa sih."ucap Dika sambil mengelus badan dan pipinya yang sakit.

"Udah udah Cit. Kita harus berikan pengumuman kan buat mereka."ucap Indri sambil mengelus rambutnya Maura lembut.

"Oh ya. Biar kamu aja Ndri. Aku males, gara-gara dia nih."ucap Citra sambil memukul keras punggungnya Dika.

Dika hanya pasrah. Sedangkan yang lainnya tersenyum melihat tingkahnya Citra dan ekspresinya Dika yang lucu.

"Minggu depan kan Dika UN. Setelah semuanya selesai, kalian tunangan. Dan setelah Maura lulus. Baru kalian nikah."ucap Citra sambil terus tersenyum. Karena putrinya akan menikah dengan orang yang ia cintai.

"Sumpah demi apa. Aku nggak mimpi kan. Bukannya yang mau tunangan itu..."mulutnya Naya dibekap Raka.

"Tapi Ma. Ini nggak kecepatan ya buat Maura."

"Nggak sayang. Lagi pula kamu kan nggak langsung nikah. Cuma tunangan."ucap Indri.

----

Seminggu kemudian...

Maura bisa pulang dari rumah sakit. Tapi tiap minggu harus mengecek keadaan kakinya yang belum sembuh total.

Lili, Lina dan Salsa menjemput Maura dirumah sakit Nayana. Mereka sangat bahagia, karena mereka bisa menjemputnya tanpa membolos sekolah.

Yap...karena selama kelas XII UN. Mereka diliburkan. Dan sekarang tepat hari terakhir mereka libur.

"Eh ada yang wajahnya berseri-seri nih, walaupun jalannya pakek tongkat."goda Lili.

"Yanih. Mentang-mentang nanti mau tunangan."ucap Lina yang ikut menggoda Maura.

Mereka bertiga, bahkan tidak hanya mereka yang tahu. Sebelum UN, Dika sudah membuat pengumuman ditengah lapangan tentang pertunangannya dengan Maura.

Dan kabar baiknya lagi, Dika sudah menemukan siapa pelakunya. Tapi Ia belum juga berhasil menemukan dimana keberadaan Santi end the gengs.

"Kalian apa apaan sih."ucap Maura malu.

"Iilllliihhh sok nggak perduli. Padahal nggak sabar tuhh."ucap Lili.

"Udah udah. Kalian selalu aja gangguin Maura. Ayo kita pulang. Maura harus mencoba gaun yang sudah kita siapkan, buat pertunangannya nanti malam."ucap Indri antusias.

----

Salsa sangat sedih, semenjak ia menyatakan perasaannya kepada Dika dan ditolak gitu aja. Dia tidak pernah Dianggap ada. Boro-boro mau disapa. Dilirik sedikitpun nggak pernah.

"Kakak kapan pulang, pertunangan mereka sebentar lagi mau dimulai."ucap Salsa cemas.

"Tenang Sa. Biarin Maura merasakan kebahagiaan itu dulu. Semakin bahagianya dia sekarang, senakin menguntungkan buat kita untuk memisahkan kebahagiaan itu darinya."ucap Geby.

"Tapi...apa rencana kita akan berhasil."

"Kamu meragukan kemampuanku. Ingat ini baik baik. Dika hanya milikku."

"Oke."ucap Salsa malas, tapi didalam hatinya menyumpahi Geby.

"Kamu duduk manis aja disana. Setelah UN aku balik kok. Emang rencana ini sudah aku rencanain dulu. Karena ada urusanku disini yang harus diselesaikan, makanya aku nggak bisa pulang. Tapi setelah UN aku bisa menjalankan semua rencana yang sudah aku susun."ucap Geby antusias.

"Yaudah kalo gitu aku tutup dulu. Pertunangannya udah dimulai nih."

"Sip."

Salsa memutar matanya malas. Ia tidak habis Pikir. Rencananya bisa gagal untuk menghancurkan pertunangan ini.

Tapi apa boleh buat, senjata terbesarnya akan segera meluncur.

"Fiiuuuww.."ucap Salsa sambil mengarahkan telunjuknya kearah Maura yang berjalan mendekatinya.

"Sa. Menurutmu gaun ini bagus nggak."ucap Maura sambil melihat bayangannya yang ada didepan cermin.

"Ya bagus kok."ucap Salsa sambil memaksakan senyumannya untuk Maura.

"Eh..kenapa kalian lama banget. Ayo Sa, Ra. Mama kamu udah nungguin tuh."ucap Lili.

Mereka keluar dari ruang ganti dan melihat Indri yang sudah menunggunya didalam kamar Maura.

"Kamu ganti bajunya lama bener."omel Indri yang lama menunggu Maura.

"Ya abis bajunya ribet Ma."ucap Maura kesal.

"Ribet gimana Ra. Bajunya biasa aja kok."

"Ma liat deh. Gaunnya nggak ada yang lebih simple gitu. Panjang banget gini dibilang biasa aja."keluh Maura.

"Udah Maura. Mama kamu juga nggak salah disini. Coba deh kamu liat. Kamu terlihat sangat cantik dan anggun."ucap Lili yang terus tersenyum melihat Maura yang sangat cantik mengenakan gaun itu.

"Li. Ini berlebihan. Gaunnya mengalahkan baju pengantin aja."ucap Maura yang memanyunkan bibirnya.

"Udah udah sini Mama dandanin biar cepet. Salah sendiri kamu masih dirumah sakit. Jadi Mama sama tante Citra yang pilihin baju. Jadi tidak ada komentar apapun."ucap Indri sambil mendandani putrinya.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang