41.

20 4 0
                                    

Maura melihat kesekitarnya. Dan ia melihat Dika yang tidur sambil duduk disamping ranjangnya.

"Aku dimana."ucap Maura pelan. Tapi tetap saja suaranya mampu membangunkan Dika.

"Sayang. Kamu sudah sadar."

"Aku dimana."tanya Maura lagi.

"Kamu ada di rumah sakit Ra. Apa ada yang sakit."tanya Dika khawatir. Dan Maura hanya menggelengkan kepalanya.

"Syukurlah."ucap Dika lega.

"Ini jam berapa sih."tanya Maura yang heran melihat Lili dan Angga yang tidur sambil duduk di sofa.

"Oh ini jam dua pagi Ra."jawab Dika sambil melihat jam yang melingkar ditangan kirinya.

"Pantesan mereka tidur pulas gitu."ucap Maura sambil melihat mereka yang tidur pulas disofa.

"Kamu tunggu disini bentar ya."

"Emangnya kakak mau pergi kemana?"

"Mau panggil dokternya Ra."dan Maura hanya mengangguk.

"Kenapa Salsa jahat banget sih sama aku. Cobak aja dari awal dia jujur, aku pasti bakalan nolak kak Dika. Tapi sekarang kalau dia minta hal itu, aku juga nggak bisa kabulin. Karena aku sangat mencintainya."~Maura

----

Dika langsung masuk kedalam rumahnya. Ia tidak mendengar Citra yang dari tadi memanggilnya di taman depan rumahnya.

"Dasar budek."

"Akhhh...Ma sakit."ucap Dika. Karena Citra yang menjewer telinganya.

"Ya abisnya kamu dipanggil nggak dengerin. Percuma punya telinga. Mending buang aja deh."omel Citra.

"Ma lepas."akhirnya Citrapun melepaskannya.

"Percuma punya telinga."ucap Citra yang melihat Dika yang terus mengelus telinganya.

"Langsung aja Ma."

"Kamu kenapa pulang. Maura siapa yang jagain. Huh."ucap Citra yang kesal.

"Maura baru aja Dika anterin pulang kerumahnya Ma. Dia udah bisa pulang."

"Kok kamu nggak kabarin Mama."ucap Citra yang lagi-lagi menjewer telinganya Dika.

"Ma sakit."rengek Dika. Tapi Citra tidak mau melepaskan jewerannya.

"Maaf Ma. Tadi Dika bener-bener capek dan ngantuk. Makanya nggak sempet ngabarin Mama."ucap Dika dan kali ini telinganya pun terselamatkan.

"Kalau apa-apa kasi tahu Mama makanya. Mama juga khawatir Dik."ucap Citra yang lagi-lagi mengomeli Dika.

"Ya Ma maaf. Dika juga tahu dia cepet pulang, makanya Dika suruh Mama nggak usah jenguk Maura."ucap Dika.

"Makanya jagain Maura. Kamu gimana sih. Kok bisa pacarnya jatuh dari tangga, terus pingsan gitu."ucap Citra lagi.

Dika memang nggak menceritakan kebenarannya kepada keluarganya, maupun keluarganya Maura.

Masak dia mau bilang kalau Maura pingsan karena traumanya kambuh. Ya bisa-bisa urusannya panjang kali lebar.

"Eh mau kemana."tanya Citra yang melihat Dika melangkahkan kakinya.

"Mau tidur Ma. Ngantuk."

"Siapa yang suruh."

"Aduh Ma. Kenapa lagi."

"Cepet sana cuci mukamu, terus anterin sarapannya Geby."ucap Citra. Sementara Dika menatap Citra datar.

"Kenapa."

"Mama sebenarnya dukung Dika sama Maura atau sama Geby sih."tanya Dika bingung.

"Kenapa kamu nanya gitu."

"Ya sikapnya Mama buat Dika bingung aja."

"Bingung kenapa. Emang sikapnya Mama kayak gimana."

"Mama fikirin aja sendiri."ucap Dika yang kesal dan langsung pergi menuju kekamarnya dan mengacuhkan teriakan dari Citra.

----

Maura dan Dika selalu bersama-sama. Mereka sudah nempel aja kayak lem cinta gituh...

Sudah seminggu mereka juga mencari keberadaannya Salsa yang sulit mereka temukan.

Ditambah lagi Geby, sudah seminggu dia juga menghilang. Bahkan keluarganya saja tidak tahu, dia ada dimana.

Maura terus berlari mengejar Dika dipinggir pantai.

Yup...kakinya Maura sudah sembuh dan kini mereka lagi menikmati indahnya pantai diwaktu senja.

"Akhhh..."erang Maura kesakitan. Dan memegang kakinya.

Mendengar rintihannya Maura. Dengan cepat Dika menghampirinya.

"Kamu kenapa. Kakimu sakit lagi ya?"tanya Dika khawatir sambil melihat kakinya Maura.

"Hahaha...ketangkep."ucap Maura sambil memeluk Dika.

"Curang."ucap Dika yang membalas pelukannya Maura lebih erat.

"Curang-curang gini juga kakak suka kan."ucap Maura.

"Ya ya kamu menang."ucap Dika dan mencium puncak kepalanya Maura sangat lama.

"Aku sayang kamu. Aku nggak mau kamu terluka lagi. Dan mulai sekarang aku bakalan jagain kamu lebih ketat lagi."ucap Dika yang kini menatap matanya Maura serius.

"Maura lebih menyayangi kakak."ucap Maura sambil tersenyum.

"Kamu nakal ya."ucap Dika yang menggelitik perutnya Maura.

"Aaaaa kak geli."ucap Maura sambil menahan tangannya Dika yang terus menggelitiki perutnya.

"Yaudah kakak berenti."ucap Dika dan Maura menarik nafas panjang.

Mereka duduk dipinggir pantai melihat tenggelamnya matahari yang sangat cantik. Tapi Dika malah lebih tertarik melihat Maura yang kini duduk disampingnya sambil terus tersenyum.

"Cantik."gumam Dika.

"Ya kak mataharinya sangat cantik."

"Kamu lebih cantik."ucap Dika sambil terus menatap Maura. Mendengar hal itu, membuat Maura menatap Dika.

Mereka saling tatap satu sama lain dan membuat Dika melumat pelan bibirnya Maura yang sekarang menjadi candu baginya.

Mereka menikmati ciuman itu sampai malam tiba.

Dika melepaskan pungutan bibir mereka, karena Maura yang kehabisan nafas.

"Kita pulang yuk. Nanti Mama nyariin Maura lagi."ucap Maura setelah meredakan jantungnya yang berdegup kencang.

"Iya. Tapi kita makan dulu ya."dan Maura hanya mengangguk.

----

Sepulang dari rumahnya Maura. Dika langsung pergi menuju kekamarnya. Tapi sebelum itu, ia terdiam karena mendengar suara Indra diruang kerja Ayahnya.

Karena penasaran. Ia mendengarkan pembicaraan mereka didepan pintu ruangannya Tama.

"Ini sudah empat hari Tam. Dan kamu bilang akan segera menyelesaikannya. Tapi APA! Sampai detik ini, tidak ada yang mau bekerja sama dengan perusahaanku."

"Tenang om. Perusahaan kita juga dalam masalah. Tapi kita tetap akan mencari jalan keluarnya. Yang penting om tetap menunggu."ucap Raka yang juga ada didalam ruangan itu.

"Mungkin ini ada hubungannya dengan si thomas itu. Karena dia mengirimu pesan yang mengatakan kalau aku akan hancur."ucap Indra.

Raka dan Tama diam, mendengar nama Thomas.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang