23.

23 5 0
                                    

Melihat situasi yang tidak baik membuat Maura tambah bingung.

"Udah kak, jangan bertengkar lagi. Kayak anak kecil aja."

"Yaudah, jangan dengerin dia Maura. Jawab aja pertanyaannya kakak yang tadi."ucap Raka sambil menatap Dika tajam. Sedangkan Dika hanya ngedumel nggak jelas.

"Maura suka semuanya yang berhubungan dengan alam."ucap Maura sambil tersenyum manis kepada Raka.

"Cantik."ucap Raka tanpa sadar.

"Maksudnya."tanya Maura bingung.

"Eh maksudnya kakak alam itu cantik."ucap Raka panik.

"Allahhh...ngeles aja. Dasar modus emang. Ayo Maura kita pergi aja jangan ladenin dia."ucap Dika sambil menarik tangannya Maura.

"Sialan tu bocah, awas aja ya."ucap Raka kesal. Dan pergi menyusul mereka.

Sesampainya dirumah kaca. Maura melihat begitu banyak bunga yang sangat cantik dan indah. Ia tidak henti-hentinya melihat semua bunga yang tidak pernah Ia liat sebelumnya.

"Jangan mangap gitu Ra, nanti kalok nyamuk masuk gimana?"tanya Dika yang menggoda Maura. Maura hanya mendengus kesal.

"Oh ya Angga masih marah ya sama kamu."tanya Dika khawatir.

"Udah nggak kok, tadi sore kak Angga kerumah. Dia kesana minta maaf terus setuju sama hubungan kita."

"Syukur deh kalo gitu."

"Kalian ngomongin aku ya?"tanya Raka yang datang menghampiri mereka.

"Pede bener jadi orang."ucap Dika dan Maura hanya tersenyum menanggapi ucapannya kedua cogan itu.

"Maura tahu nggak, sebagian dari bunga-bunga yang ada disini. Kakak datangkan langsung dari negaranya."ucap Raka bangga.

"Pantesan Maura liat bunga sakura, tulip dan masih banyak lagi. Hmmm...pasti kakak ngabisin banyak uang."

"Ya nggak seberapa sih Ra. Semuanya kebayar kok sama keindahan bunganya."ucap Raka.

"Yasih. Kakak suka bunga jugak."

"Iya iyalah Ra. Kalo nggak, Ngapain kakak buat rumah kaca ini."

"Wahhh... jadi kakak yang buat rumah kaca ini."ucap Maura kagum.

"Ya, tapi kakak juga di bantuin sama arsitek nya kakak."

"Wahhh keren."ucap Maura sambil tersenyum kepada Raka.

"Papa tidak salah pilih. Dia sama persis seperti Bila."ucap Raka dalam hati yang menyukai semua hal yang ada dalam diri Maura. Karena Ia melihat Maura sama seperti mantan tunangannya yang sudah tiada.

Raka terus memandangi wajah cantiknya Maura. Sedangkan Dika menatap Raka intens.

"Kenapa tatapannya Raka aneh ya. Jangan sampai dia suka sama Maura."~Dika

"Maura ayo kita pergi. Sudah cukup liat bunganya."ucap Dika yang lagi-lagi menarik tangannya Maura.

"Ni anak selalu aja ganggu. Tapi gak papa, aku seneng malam ini bisa bertemu dengan Maura secara langsung."ucap Raka dalam hati sambil tersenyum puas.

"Jalannya pelan-pelan aja kak."

"Biar dia nggak bisa nyamperin kita."

"Emang kenapa."

"Aku nggak suka."

"Ckk... mulai deh."ucap Maura sambil menatap Dika kesal.

----

"Indra menurutmu Maura bakalan suka nggak sih sama Raka."tanya Tama khawatir.

"Ya pastilah, anakmu sangat  sempurna. Maura pasti bakalan tertarik. Tenang aja."ucap Indra sambil tersenyum. Indri hanya bengong mendengarkan pembicaraannya Tama dan Indra. Karena Ia sama sekali nggak ngerti.

"Ehh jeng bentar lagi kita bakalan jadi besan."ucap Citra girang.

"Eehh...emang Maura sama Dika mau nikah."tanya Indri bingung.

"Bukan jeng bukan Dika, tapi Raka. Kita sudah merencanakan perjodohan mereka berdua. Menurut jeng Indri gimana."tanya Citra heboh.

"Aku nggak kasi tahu Indri masalah itu Citra."ucap Indra.

"Oh kirain udah tahu. Menurut jeng gimana?"tanya Citra lagi.

"Hmmm... terserah Maura aja jeng. Kalau dia setuju sama perjodohan ini, ya aku juga setuju."ucap Indri sambil sedikit tersenyum.

"Ya pastilah mau. Tenang aja perjodohan ini pasti akan terjadi."ucap Indra meyakinkan Citra dan Tama.

"Naya juga suka sama kak Maura. Dia sama persis seperti kak Bila."ucap Naya yang dari tadi mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka semua tertawa mendengar ucapannya Naya. Kecuali Indri.

"Semoga Maura tidak mengalami apa yang pernah aku alami. Semoga Maura menikahi orang yang Ia cintai."ucap Indri dalam hati.

"Ada apa nih kok semuanya ketawa."tanya Dika yang melihat semuanya tertawa.

"Ada deh kak, rahasia."ucap Naya.

"Uhhh dasar, adik tidak berguna."

"Apaan sih. Oh ya kak Raka mana."tanya Naya yang tidak melihat Raka. Hanya Maura dan Dika saja.

"Oh kak Raka tuh ada dibelakang."ucap Maura sambil melihat Raka yang berjalan menghampiri mereka.

"Kok kaK Raka nggak bareng sama kakak."tanya Naya ke Maura.

"Hmm...itu."ucap Maura gugup.

"Kepo banget."ucap Dika.

"Ih ngeselin banget sih. Ma liat nih kak Dika."ucap Naya yang sangat kesal.

"Iddiihh ngadu."

"Dika, jangan ganggu adekmu."ucap Citra

"Raka kenapa gak bareng kalian."tanya Tama yang melihat Raka datangnya belakangan.

"Kita tinggal Pa. Ya abis dia ngeselin."ucap Dika santai.

"Jangan gitu Dika. Dia itu kakak kamu lo."ucap Citra.

"Ya Ma ya."

"Tama terimakasih makan malamnya nikmat. Kita pulang dulu."ucap Indra dan pamit kesemuanya yang diikuti Indri dan juga Maura.

"Hati-hati dijalan."ucap Citra.

"Maura tunggu bentar."teriak Raka dan berlari menghampiri Maura.

"Kakak boleh minta nomernya Maura nggak. Biar nanti kalau ada bunga yang baru kakak bisa hubungi Maura."ucap Raka.

Dan dengan senang hati, Maura memberikan nomer handphone nya kepada Raka. Padahal Raka sudah tahu nomernya Maura. Bahkan semua tentangnya Raka tahu. Tapi memang itu caranya Raka buat deketin Maura.

Setelah itu, Maura pergi dari rumahnya Dika. Ia pulang sambil terus tersenyum, karena Ia tahu sekarang dimana rumahnya Dika. Dan mengenal semua keluarganya.

Happy readers...



MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang