29.

20 5 0
                                    

Angga terus melihat Indri yang duduk dan menggenggam tangannya Maura sambil terus menangis. Ia tidak tega melihat Indri terluka seperti ini.

"Gimana reaksinya tante kalok aku kasi tahu yang sebenarnya ya. Aku kasi tahu dia jatuh aja, reaksinya udah gitu."ucap Angga pelan.

"Ya ya. Maura kapan sadar Ga."tanya Lili yang duduk disampingnya Angga.

"Itu efek obatnya Li. Tunggu aja. Lagi pula Maura harus banyak istirahat."ucap Angga.

"Aku pulang dulu Li. Bentar lagi mau sore. Dan aku harus pulang. Kamu tahukan Mamaku kek gimana."ucap Lina yang duduk disampingnya Lili dan pamit pulang.

Sementara Salsa sudah tiba dimarkas mereka. Jaraknya memang lumayan jauh dan sepi. Tapi itu adalah tempat ternyaman untuknya dan teman-temannya. Karena dengan begitu mereka bisa bebas melakukan apapun.

"San. Gara-gara kamu. Maura masuk rumah sakit. Dan keadaannya lumayan parah."ucap Salsa yang langsung memarahi Santi.

"Bukannya kamu seneng kok malah marah-marah sih."

"Kan aku suruh buat ngerjain dia doang. Tapi kalian malah matahin kakinya. Bahkan buat dia trauma."

"Yaelah. Kamu kan tahu kita. Itu nggak seberapa Sa."

"Yaudah kalo gitu sekarang juga kalian semua pergi dari sini dan sembunyi ditempat yang jauh. Biar aku yang urus keperluan kalian."ucap Salsa panik.

"Sans aja Sa."

"Kamu fikir mereka nggak bakalan tahu siapa pelakunya. Mereka itu bisa melakukan segalanya. Dan aku tahu itu."

"Tap.."

"Nggak usah tapi tapian. Sekarang juga kalian pergi. Dan ini uang, kalian pegang dulu. Nanti aku kasi lagi. Dan ingat, kalian nggak boleh muncul sebelum aku amankan situasi disini."

Setelah urusannya selesai. Salsa langsung membereskan masalah yang lain.

Dia menghubungi salah satu pengawalnya yang sangat ahli untuk merusak rekaman cctv yang ada dilorong menuju kekamar mandi perempuan.

Setelah itu Salsa pergi ke club malam untuk menenangkan hati dan fikirannya yang lagi kacau.

----

Angga terus membujuk Indri untuk makan malam. Tapi tetap saja Indri tidak mau makan atau minum apapun sebelum Maura siuman.

"Ga. Kamu pulang aja. Disini ada om dan tante yang akan menjaga Maura."ucap Indra yang baru datang untuk menemui Maura dengan Naya dan Citra.

Angga yang bingung melihat keluarganya Dika yang datang bersama Indra hanya tersenyum dan mengangguk. Iapun pergi dari ruangannya Maura.

"Sabar ya Ndri. Kamu harus tabah."ucap Citra yang menguatkan Indri.

"Mungkin aku tidak bisa lama-lama Citra. Karena ada pekerjaan yang sangat penting."ucap Indra.

"Oh iya nggak Papa."ucap Citra ramah.

"Ndri aku pergi dulu. Nanti kalo ada apa-apa hubungi aku ya."ucap Indra dan pergi dari ruang inapnya Maura.

"Kamu makan dulu Dri. Kalo nggak makan. Nanti kamu bisa sakit."ucap Citra khawatir.

"Aku nggak laper Cit."

"Nanti kalok Maura siuman. Terus liat Mamanya sakit. Pasti Maura sedih. Kamu mau bikin Maura baru bangun terus dia makin sakit karena Mamanya yang ikut sakit. Hmmm..."ucap Citra yang membujuk Indri makan. Indripun mengangguk dan mau makan. Demi putrinya.

"Kalian tahu dari siapa kalau Maura masuk rumah sakit."tanya Indri setelah menghabiskan makanannya.

"Dari Indra. Dia telpon dan kasi kabar kalau Maura sakit."

"Oh. Terus yang lainnya kemana kok nggak bareng kalian."

"Raka sama Tama lagi sibuk. Mungkin mereka kesininya kalau nggak nanti malem ya besok pagi."ucap Citra sambil tersenyum.

"Oh kalau nak Dika."

"Mungkin dia belum tahu. Soalnya tadi dia pergi kesekolah."ucap Citra.

"Nggak ngerepotin nih. Kalian dateng kesini. Padahal lagi sibuk ngurusin bisnis."ucap Indri canggung.

"Ah kamu kayak sama siapa aja jeng. Kita kan bentar lagi bakal jadi besan."ucap Citra dan semuanyapun tertawa.

"Ma. Naya pulang dulu ya. Ini sudah malem. Naya ngantuk."ucap Naya yang diangguki Citra. Iapun pamit pulang kepada Indri.

Disisi lain entah kenapa perasaannya Dika nggak enak. Dari tadi dia merasa gelisah dan terus kebayang sama wajah cantiknya Maura.

Dari tadi sore juga Dika terus menghubungi Maura, tapi handphone nya tidak aktif. Dia makin gelisah. Dan malam ini berakhirlah dia melamun sendirian diteras depan rumahnya.

Naya yang baru pulang dianter ijang sopir pribadinya, kaget melihat Dika duduk melamun diteras depan rumah.

"Kak ngapain disini sendirian. Ada yang kakak tungguin. Emangnya kakak punya pacar mau malam mingguan."tanya Naya penasaran. Tapi percuma aja Naya ngomong. Orang Dika lagi mikirin Maura terus.

"KAK"teriak Maura kesal.

"Ehh..."ucap Dika sambil mengelus pelan dadanya saking kagetnya mendengar suara melengkingnya Naya.

"Kenapa sih teriak-teriak. Kakak nggak budek."ucap Dika sambil menatap Naya kesal.

"Salah sendiri. Dari tadi Aya ajak ngomong nggak didengerin, kan taikk."ucap Naya yang tak kalah keselnya.

"Apa kamu bilang. Taiiikkk..."teriak Dika yang syok mendengar ucapannya Naya. Sedangkan Naya hanya mengangguk.

"Kamu mau masuk rumah sakit atau kuburan. Ayo pilih aja. Mumpung malem ini aku lagi bad mood."ucap Dika yang memberi ancang -ancang untuk bertarung dengan Naya.

"Ogah masuk rumah sakit. Orang aku pulang cepet karena nggak mau lama-lama disana. Eeehh malah kakak yang mau masukin aku kerumah sakit."ucap Naya dan pergi meninggalkan Dika diluar sendirian.

Mendengar ucapannya Naya. Dika merasa ada yang aneh dengan kata berlama-lama dirumah sakit. Iapun lari mengejar Naya yang tidak jauh darinya.

"Nay. Kamu habis dari rumah sakit ngapain."tanya Dika penasaran.

"Oh itu, kak Maura masuk rumah sakit."ucap Naya.

"HAH...KOK BISA."teriak Dika.

"Ihhh bisa nggak sih, volume nya tuh dikecilin."ucap Naya sambil menutup kedua telinganya.

"Dia dimana?"tanya Dika panik.

"Rumah sakit kita."ucap Naya dan dengan secepat kilat. Dika menuju kerumah sakit Nayana.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang