28.

17 5 0
                                    

Lili terus menangis dan menyalahkan dirinya sendiri, karena Ia tidak becus menjaga dan melindungi Maura.

Tidak lama Ia menunggu pertolongan dari Angga. Angga sudah datang dengan nafas yang terengah-engah.

"Maura kenapa hhh..."teriak Angga yang panik melihat keadaannya Maura.

Dengan cepat Ia menggendong Maura keluar dari gudang yang pengap itu.

"Kamu ijinin kita aja Li. Pulang sekolah kamu bisa jenguk Maura. Biar nanti aku kirimin alamatnya."ucap Angga setelah menaruh Maura di kursi belakang mobilnya dengan sangat hati-hati yang dibantu Lili.

Lili hanya mengangguk, dan melihat mobilnya Angga yang pergi meninggalkannya diparkiran sekolah.

Angga membawa Maura pergi ke rumah sakit Nayana. Disana Maura langsung mendapatkan perawatan. Sedangkan Angga bolak-balik didepan pintu kamar tempat Maura dirawat. Karena Angga sangat mengkhawatirkan keadaannya Maura.

"Semoga dia baik-baik saja."ucap Angga cemas.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, pintu tempat Maura dirawat terbuka. Dengan cepat Angga menghampiri dokter.

"Dok. Gimana keadaannya?"

"Keadaannya baik. Tapi kaki kirinya sedikit patah. Dan pasien sedikit trauma, jadi jangan pernah membentak maupun memarahinya. Karena itu bisa membuatnya pingsan."ucap dokter itu panjang lebar.

"Trauma. Apa tidak membahayakannya dok."tanya Angga khawatir.

"Oh tidak. Karena traumanya tidak lama, mungkin sekitar sebulan. Itupun kalau dia tidak mengalami hal yang buruk lagi. Tapi kalau dia terus-terusan trauma. Itu bisa mengganggu kesehatannya sekaligus jantungnya. Karena mendapatkan shok yang terlalu berat dan menyebabkannya tidak sadarkan diri."

Setelah mendengar semua itu. Membuat Angga lemah, ia tidak menyangka akan seperti ini. Ia marah kepada orang yang membuat Maura terluka. Tapi dia lebih marah kepada dirinya sendiri, karena tidak bisa melindungi Maura.

Tanpa sadar Angga menjatuhkan air matanya. Ia sekarang tidak tahu harus ngomong apa kepada Indri Mamanya Maura.

"Sabar nak. Dia bisa cepat sembuh kalau tidak mengalami hal yang buruk lagi. Dan masalah kakinya yang patah. Sekitar dua bulan lebih mungkin akan sembuh kalau selalu dikontrol. Dan nanti resep yang suster kasi ditebus secepatnya."

Angga hanya mengangguk, dan pergi kekamar rawat inapnya Maura dengan langkah gontai.

Ia terus memandangi wajahnya Maura yang terlihat pucat dan lemah. Ia menyentuh pipinya Maura dengan sangat lembut.

"Maafin kakak Ra. Kakak nggak bisa jagain kamu. Kakak emang bodoh."ucap Angga sambil menangis dalam diam.

----

Pulang sekolah Salsa Lina dan Lili pergi kerumah sakit Nayana untuk menjenguk Maura. Angga sudah memessage lili, dimana kamar tempat Maura dirawat.

"Kak gimana keadaannya Maura."tanya Lili khawatir sambil melihat Maura yang belum siuman.

"Kaki kirinya patah dan dia mengalami sedikit trauma. Bentar lagi sembuh kok."ucap Angga yang tidak mau membuat sahabatnya Maura ikut khawatir.

"Kenapa tante belum dateng."tanya Lili lagi yang tidak melihat Indri disana.

"Kalian duduk aja dulu tuh disofa. Aku mau kekantin beliin kalian makanan dulu, pasti kalian lapar."ucap Angga sambil berdiri.

"Jangan hubungin tante Indri dulu Li. Biar aku aja."setelah Angga bicara seperti itu, dia langsung pergi kekantin.

"Kita harus cari pelakunya secepat mungkin Li. Aku tidak tega liat Maura kayak gini, sedangkan pelakunya. Dia mungkin sekarang lagi senang-senang."ucap Lina yang benar-benar marah.

"Iya Lin tenang aja. Kita pasti akan segera menangkap pelakunya. Walaupun itu aku harus mengorbankan segalanya bahkan nyawa sekalipun."ucap Lili semangat 45. Dan mendengar hal itu membuat Salsa keringat dingin saking takutnya.

"Sa. Kamu kenapa tegang gitu, keringetan lagi. Perasaan disini nggak panas deh, kan ada acnya tuh."ucap Lina yang bingung melihat ekspresi nya Salsa yang aneh.

"Dasar Lina sialan. Pas gini aja langsung ngonek. Taiiikk emang."ucap Salsa dalam hati yang sangat kesal.

"Iya Sa. Kamu kenapa?"tanya Lili yang ikut memperhatikan Salsa.

"Eeh...aku n-nggak p-papa k-kok."ucap Salsa gelagapan.

"Kamu kenapa gugup gitu."tanya Lili lagi.

"Eh ini mau ketoilet bentar. Nggak tahan lagi."ucap Salsa yang pergi meninggalkan mereka.

Salsa pergi menuju ke lorong rumah sakit yang terlihat sepi.

"Aku harus cepat menghubungi Santi sekarang juga."ucap Salsa dan menelpon Santi.

"Halo San kamu dimana."tanya Salsa panik.

"Selow Sa. Ada apa sih. Kita lagi ada dimarkas nih. Kamu kesini aja."

"Ok. Aku kesana sekarang juga. Ada hal penting yang mau aku omongin."Salsa langsung memutuskan telponnya dan memessage Lina.

Aku pulang. Ada urusan bentar.

Setelah mengirin pesan itu. Salsa dengan cepat pergi menuju kemarkas mereka.

"Tuh Salsa kenapa pergi panik gitu. Apa ada masalah."ucap Angga yang melihat Salsa dilorong rumah sakit.

Dengan santai Angga pergi keruangannya Maura sambil membawakan makanan untuk mereka.

"Nih kalian makan aja dulu."ucap Angga yang menyodorkan makanan kepada Lili.

"Eh Salsa kenapa pergi. Dia ada masalah."tanya Angga penasaran.

"Nggak tahu kak. Katanya sih ada urusan gitu."ucap Lina yang diangguki Lili.

"Kakak masih belum hubungi tante Indri."tanya Lili.

"Belum. Aku bingung mau ngomong apa."

"Yaudah biar Lili aja."

"Jangan. Biar aku aja. Kita tidak boleh kasi tahu tante masalah Maura yang diganggu orang. Biar tante nggak khawatir."

"Tapi..."

"Biar aku aja yang ngatasin masalah ini. Tante dan yang lainnya cukup tahu Maura jatuh dan kakinya patah, itu aja."ucap Angga serius dan Lili hanya mengangguk setuju.

Anggapun menelpon Indri.

"Halo tante."

"Iya Ga."

"Tante Maura masuk rumah sakit Nayana."ucap Angga setelah menarik nafas panjang.

"Kenapa kok bisa. Apa dia baik-baik saja. Kenapa ka..."

"Tante jangan panik. Mending tante kesini dulu, biar nanti Angga jelasin semuanya."ucap Angga dan memutuskan panggilannya.

Indri dengan cepat pergi kerumah sakit setelah menghubungi Indra tentang Maura yang masuk rumah sakit.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang