37.

18 5 0
                                    

Maura sudah tidak khawatir lagi. Karena sekarang ia tahu kalau Dika hanya mencintainya.

"Sayang kamu mau liat aku jantungan."

"Ahh...maksudnya."tanya Maura nggak ngerti.

"Kamu dari tadi senyam senyum sendiri kek gitu. Bikin aku jantungan aja."

"Terus apa hubungannya aku senyum sama kakak yang mau jantungan."

"Kamu belum ngerti jugak."tanya Dika yang sedikit kesal, karena Maura yang tidak mengerti juga.

"Yaudah lupain aja."ucap Dika yang sudah terlanjur kesal.

"Ayo kasi tahu kak."rengek Maura yang sangat penasaran sambil menarik-narik ujung bajunya Dika.

"Iya iya. Tapi jangan tarik-tarik bajuku Ra."ucap Dika sambil menatap Maura kesal.

"Ayo makanya cepetan kasi tahu."ucap Maura yang dari tadi menunggu penjelasan dari Dika.

"Kalo kamu senyum kayak gitu. Buat aku jantungan, karena senyummu terlalu mempesona."ucap Dika serius. Penjelasan nya mampu membuat kedua pipinya Maura seperti kepiting rebus.

Merah banget cuy...

"Cieee yang mukanya merah semua."goda Dika sambil mendorong pelan badannya Maura yang duduk disampingnya.

Yup...meraka sekarang lagi duduk santai dirumah kaca milik Raka. Berduaan lagi.

Duhhh yang jones jangan baper...ok back to the topik.

Dari jauh...Geby terus melihat mereka berdua yang saling bercumbu satu sama lain.

"Awas ya kamu Ra. Rencanaku bakalan aku majuin."ucap Geby kesal sambil menatap mereka tajam.

Dengan cepat Geby menghubungi Ayahnya.

"Hallo Pi."

"Iya By."

"Pi. Geby boleh minta tolong gak?"ucap Geby sambil mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu suaranya yang didramatisin.

"Kamu kenapa sayang. Kok nangis."

"Pi. Geby mau hancurin perusahaannya Om Indra. Dan batalkan kerjasama antara perusahaannya Papi dengan perusahaannya Om Tama."ucap Geby dengan suara yang sangat pelan dan lembut.

"Emangnya kamu ada masalah apa sama mereka By. Lagi pula, bukannya kamu suka sama anaknya Tama itu. Siapa namanya Papi lupa."

"Dika Pi. Jangan tanya alasannya ke Geby Pi. Intinya mereka semua jahat sama Geby. Dan hanya cara ini yang bisa membuat Geby bersatu lagi sama Dika."rengek Geby.

"Hmmm...yaudah. tapi Papi nggak janji bakalan nepatinnya dalam waktu yang cepat. Karena ini masalah yang penting. Jadi butuh waktu yang lumayan lama."

"Kira-kira berapa lama Pi."

"Paling lambat seminggu lagi."

"Yah Papi mah. Itu lama. Geby maunya paling lama tiga hari."ucap Geby penuh permohonan.

"Yaudah tiga hari."

"Makasih Pi. Papi emang the best."

"Seminggu lagi. Papi pulang."dan langsung saja panggilannya dimatikan.

Geby loncat-loncat saking senengnya. Dia bisa membuat semuanya mudah. Gimana tidak. Apapun kemaunnya selalu diturutin sama Ayahnya. Namanya juga anak semata wayang.

----

Lili bingung, siapa yang datang mencarinya. Kata Bik Inah pembantunya, dia tidak pernah melihat cewek itu sebelumnya.

Karena penasaran. Lili langsung menghampirinya diruang tamu.

Sesampainya disana, ia kaget melihat Tari salah satu pelaku yang membuat Maura terluka.

Dengan amarah yang sudah naik keubun-ubunnya. Ia menghampiri Tari dan menamparnya dengan sangat keras.

Plaaakkk...

"Itu untuk pipinya Maura yang pernah kalian tampar. sakit kan!. Tapi itu belum seberapa. Dan kamu ngapain disini. Huh. Masih punya nyali juga nih anak."

Lili menatap tajam kearah Tari. Sedangkan Tari terus memegang pipi kirinya yang masih terasa nyeri dan ngilu, pastinya.

"Dengerin dulu Li. Aku kesini cuma mau kasih info yang penting. Aku tunggu diluar."ucap Tari dan pergi meninggalkan Lili yang bengong.

"Maksud dia apaan cobak. Gak jelas banget. Ahhh masa bodok. Aku hubungi Angga dulu."

Dengan cepat Lili menghubungi Angga dan memberitahunya. Kalau pelakunya sekarang ada dirumahnya.

Setelah menghubungi Angga. Lili keluar dengan perasaannya yang masih marah.

"Mau apa kalian kesini. Oh...jangan bilang kalian mau minta pertolongan. Jangan harap kalian bisa lolos ya."ucap Lili tenang tapi penuh penekanan disetiap perkataannya.

"Kita kesini. Mau kasi tahu kebenarannya siapa dalang dibalik semuanya. Tapi sepertinya kamu nggak mau tahu."ucap Santi dengan santai.

"Maksudnya."

"Kalo kamu mau tahu. Ada dua syaratnya."

"Maksud kamu apa. Huh. Udah deh, jangan berbelit-belit. Dan satu lagi. Siapapun dalangnya. Apa perduliku. Yang aku tahu? Kalianlah penyebabnya."

"Heh...kamu beneran nggak mau tahu dalangnya siapa. Padahal dia sangat dekat dengan kalian. Bahkan! Dia lebih berbahaya dari kita."mendengar itu semua, membuat Lili terdiam.

"Gini aja Li. Biar kita saling menguntungkan disini..."

"TANGKAP DIA."teriak Angga yang membawa beberapa pengawalnya untuk menangkap Santi dan teman-temannya.

Setelah tangannya Santi dan keempat temannya diborgol dan siap dimasukkan kedalam mobil. Lili menahan mereka semua.

"Berhenti Ga. Mereka tidak bersalah."ucap Lili tegas.

"Li. Maksud kamu ap..."

"Ga. Biar mereka yang jelasin semuanya."ucap Lili serius sambil menatap matanya Santi memberinya isyarat.

Santi tersenyum puas. Dan menceritakan semuanya kepada mereka. Kalau Salsa yang mendalangi kejadian yang menimpa Maura.

"Hahahaha...kamu pikir kita bodoh. Jangan buat alasan yang tidak masuk akal San."ucap Lili tidak terima dan tidak mempercayai Santi.

"Kamu pikir aku juga bodoh. Aku punya buktinya."ucap Santi sambil tersenyum merendahkan.

"Kalo itu semua benar. Berikan kami buktinya sekarang juga."kali ini Angga yang angkat bicara.

"Eeeiiittss... tidak segampang itu kalian mendapatkannya. Seperti kataku tadi Li. Ada syaratnya."ucap Santi serius, sambil menatap Lili.

"Oke. Asalkan kamu memberikan buktinya. Dan kalau sampai itu salah. Kalian semua akan mendapatkan balasannya dua kali lipat."ucap Lili yang menantang kebenarannya Santi.

"Deal. Sebagai saksinya ada kak Angga dan beberapa bodyguard disini. Syarat yang pertama. Kamu harus melindungi kita dari Salsa. Kedua kamu harus membiayai kita hidup didaerah lain. Tentunya itu demi keselamatan kita. Gimana?"tanya Santi.

"Deal."ucap Lili dengan cepat. Karena untuk membiayai mereka berlima, itu tidak masalah baginya. Karena dia sanggup. Soalnya dia juga anak holkay.

Happy readers...

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang