Trois

9.7K 1.3K 341
                                    

Teriakan Nara membuat Sehun bergegas keluar dari mobil dan berniat menerjang masuk ke rumah sederhana itu. Beruntung, pagar rumah Nara tidak dalam keadaan terkunci sehingga ia bisa masuk tanpa perlu menemui hambatan berarti. Sehun membuka pintu rumah itu dan terkejut saat melihat kondisi di dalam sana.

“Ada apa ini?” Sehun bertanya setelah mendapati rumah Nara yang tampak berantakan. Barang-barang yang tadi pagi berada di tempatnya, kini tampak berserakan di lantai. Laci meja pun tampak terbuka. Berbagai macam berkas berhamburan ke sana-sini. Sehun tak mengerti apa terjadi, tapi sepertinya rumah itu baru saja dirampok.

Tak kunjung mendapat jawaban, Sehun pun menoleh pada gadis yang berdiri di sampingnya. Nara masih tampak syok. Bahkan, tubuh gadis itu tampak bergetar. Panik, Sehun langsung menyentuh bahu Nara. “Nara, kau—“

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa rumahku jadi begini?” gumam Nara tak percaya. Rupanya, ia memilih untuk mengabaikan pertanyaan serta kekhawatiran pria di sampingnya. Sungguh, ia begitu bingung dengan keadaan rumahnya saat ini.

Perlahan, Nara menyeret tungkai rampingnya menuju barang-barang yang tergeletak begitu saja di atas lantai. Gadis itu memeriksa, apakah ada sesuatu yang hilang atau tidak. Tak lupa, ia juga memeriksa laci-laci yang dalam keadaan terbuka. Berlari ke kamarnya, maupun ke kamar lain yang juga merupakan bagian dari rumah itu. Nara tercekat saat mendapati bahwa ruangan lain juga tampak berantakan.

Sehun yang masih berdiri di depan pintu kini mulai masuk ke ruangan tempat Nara berada. Sang empunya tampak sedang memeriksa barang-barangnya. Sehun pun bertanya, “Bagaimana? Ada yang hilang tidak? Jika ada, lebih baik kita—“

“Ini aneh sekali,” gumam Nara kebingungan, membuat Sehun urung melanjutkan perkataannya dan memilih untuk menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

Nara pun mengalihkan atensinya pada Sehun. “Tidak ada yang hilang sama sekali. Semua barang berharga masih ada.”

Dahi Sehun tampak berkerut penasaran. “Kau yakin?”

Nara mengangguk penuh keyakinan. “Aku yakin seratus persen. Semuanya masih lengkap, tak ada yang kurang sedikit pun.” Ia menghembuskan napas secara perlahan. “Kalau rumahku dirampok, harusnya ada yang hilang, bukan?”

Sehun berpikir. Benar juga, harusnya jika ada perampokan, paling tidak ada satu barang berharga yang hilang. Lantas, untuk apa orang itu menyelinap masuk ke rumah Nara jika bukan untuk mengambil barang berharga di dalamnya? Mungkinkah orang itu ... mengincar Nara?

“Atau jangan-jangan dia mencariku?” ujar Nara tiba-tiba. Kedua hazelnya melebar sempurna. Gadis itu langsung bergidik ngeri.

Sehun mendengus pelan. “Aku juga berpikir seperti itu. Tapi, kalau dia mencarimu untuk apa dia mengacak-acak seisi rumah ini? Mungkin dia mencari sesuatu yang kau miliki.”

“A-Apa maksudmu bicara begitu? Apa yang dia inginkan dariku?” Refleks, kedua tangan Nara memeluk tubuhnya sendiri. Ia tampak semakin ketakutan.

“Kau sendiri saja tidak tahu apalagi aku?”

Sehun pun berbalik dan mulai melangkahkan kaki, hendak pergi dari kediaman Nara. Namun, suara Nara yang terdengar panik membuat langkahnya seketika berhenti.

Nara mendekati Sehun dan bertanya, “Tu-Tuan, kau mau ke mana?”

Sehun mendengus pelan lalu berbalik. Ia menatap Nara sebentar sebelum menjawab, “Tentu saja pulang. Aku sudah tidak ada keperluan lagi di ....“ Sehun berhenti bicara saat Nara tiba-tiba mengulurkan tangannya dan memegang bagian lengan kemejanya. Gadis itu memasang wajah seolah sedang memohon.

“Tolong, jangan tinggalkan aku sendiri di sini. A-Aku takut ... orang itu kembali dan berniat mencelakaiku.”

Permohonan Nara membuat alis Sehun terangkat cukup tinggi. Well, ia sungguh tak menyangka bahwa gadis tangguh seperti Nara juga memiliki rasa takut seperti ini. Sehun mengira gadis itu sama sekali tidak takut pada apa pun.

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang