Vingt trois

5.2K 1K 686
                                    

Air mata tak henti-hentinya meluncur dari hazel Nara bahkan setelah dua jam kemudian. Detik ini ia berada di sebuah ruangan rumah sakit tempat Sehun dirawat. Ia duduk di dekat ranjang, menunggu hingga Pria Oh tersebut membuka mata. Tangan rampingnya menggenggam tangan besar Sehun yang tidak dililit perban, seolah memberi kekuatan agar lelaki itu cepat siuman.

Apakah Nara mengkhawatirkan Sehun? Tentu saja! Sekalipun rasa percaya kepada sosok Sehun telah hilang usai mendengar semua kebohongan yang dilakukan pria itu, rasa simpati rupanya masih betah bertahta di benaknya. Ia prihatin melihat kondisi Sehun, baik secara psikis maupun fisik. Bagaimanapun, selama beberapa bulan ini ia telah mengenal lelaki itu sebagai pamannya, keluarganya. Selama itu pula ia tulus mempedulikannya. Tentu tak mudah menghilangkan rasa peduli itu begitu saja kendati Sehun telah menyakiti perasaannya.

Akan tetapi, kalau dipikir-pikir harusnya Nara yang pingsan, bukan? Hari ini terlalu banyak berita yang membuat gadis itu syok. Secara batin, jelas ia dalam keadaan tertekan dan berkemungkinan besar untuk jatuh pingsan. Tak disangka justru Sehun yang tumbang. Namun, setelah itu Nara menyadari bahwa secara mental kondisi Sehun memang lebih rawan dibandingkan dirinya. Belum lagi ia juga dalam keadaan terluka.

Andai saja mental Sehun jauh lebih normal, pasti Nara yang kini terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit akibat terlalu syok.

“Nara,” panggilan yang disertai sentuhan lembut di bahu membuat Nara menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum tipis menemukan sosok sang dosen yang ikut menemaninya menjaga Sehun.

Sebelum membawa Sehun ke rumah sakit, Nara yang panik karena pingsannya lelaki itu terlebih dulu menghubungi Jongin untuk meminta bantuan. Tak disangka, respon Jongin begitu cepat sehingga ia berhasil menolong Sehun atas instruksi sang dosen dengan tepat. Menelepon ambulans dan membiarkan dokter memeriksa kondisi Sang Pria Oh. Syukurlah rupanya Sehun tak mengalami kondisi yang terlalu serius dan membuat Nara bisa sedikit bernapas lega.

Oh, tak hanya Jongin yang datang ke rumah sakit, tapi Baekhyun pun turut serta. Pria itu datang bersama sang dosen. Saat ini Baekhyun sedang keluar untuk membeli beberapa barang.

“Tidurlah jika kau lelah! Biar aku yang menjaganya.”

Gelengan pelan disertai senyum menenangkan diberikan Sang Gadis Kim sebagai respon. “Tidak apa-apa, Monsieur. Aku bisa mengatasinya.”

“Jangan memaksakan dirimu! Wajahmu pucat begitu. Aku tidak ingin kau juga jatuh sakit, Kim Nara.” Wajah Jongin kentara khawatir, tapi hal ini tak lantas membuat Nara menuruti keinginannya. Gadis itu masih saja tersenyum dan seolah ingin menunjukkan jika ia baik-baik saja.

“Nara,” Jongin mendesah lesu. Ditatapnya wajah sang asisten dalam-dalam. “Kumohon, jangan buat aku semakin merasa bersalah padamu! Paling tidak, biarkan aku melakukan sesuatu yang bisa meringankan bebanmu!”

Nara sedikit terkejut mendengar perkataan Jongin. Ia tak segera merespon dan hanya mengalihkan wajahnya ke arah lain. Ingatannya seketika terlempar ke beberapa saat lalu, di mana Jongin dan Baekhyun meminta maaf atas apa yang dilakukan mereka demi membantu Sehun. Oh, sebenarnya Nara tak perlu merasa marah, sebab keduanya banyak membantu dirinya selama ini. Hanya saja, ia merasa kecewa karena telah dibohongi.

Nara kembali mengarahkan atensi kepada sang dosen. Senyum tipis yang terlihat lebih tulus terukir di wajah jelitanya. “Sudahlah, Monsieur! Mari kita lupakan saja hal itu untuk sejenak. Aku sudah bilang tidak apa-apa, bukan? Jadi, Monsieur tidak perlu terus-terusan merasa bersalah.”

Raut Jongin masih saja menunjukkan keraguan. Sepertinya tak mudah baginya untuk percaya akan apa yang Nara sampaikan. Jongin masih merasa yakin kalau asistennya itu belum bisa sepenuhnya memaafkan ia dan juga Baekhyun. Namun, alih-alih menyuarakan kegelisahan di dalam benaknya, Jongin memilih diam dan mengangguk mengerti.

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang