Sept

7.8K 1.2K 348
                                    

Tolong baca Author’s Note di bawah yaa. Ada info penting di sana. Makasihh 😘😘😘

*****

“Pamanmu keren sekali! Sudah tampan, cerdas, mapan lagi. Beruntung sekali wanita yang jadi pendamping hidupnya nanti!” Wajah Joy tak henti-hentinya berbinar takjub usai Nara bercerita tentang Sehun kepada gadis itu. Saat ini mereka sedang makan siang di kafetaria Fakultas Sastra. Kali ini Jennie dan Lisa tak turut serta karena ada presentasi di kelasnya.

Nara menghela napas bosan sambil menggelengkan kepala. Lebih memilih untuk menyuapkan sepotong kimbap ke dalam mulut daripada harus menimpali perkataan makhluk cantik yang duduk di seberangnya. Sungguh, mendengar para sahabatnya memuji-muji Sehun secara berlebihan membuat Nara bosan setengah mati. Padahal tadi pagi ia pun sempat bersikap serupa. Tapi tetap saja, kekaguman Nara pada sang paman masih dalam taraf biasa, tidak seperti ketiga sahabatnya yang seolah memuja.

“Omong-omong soal pasangan hidup, aku jadi penasaran seperti apa tipe idaman Paman Sehun,” Joy kembali berujar. Gadis itu sengaja menganggurkan tiga potong kimbap yang masih tersisa di atas piringnya guna menopang dagu dan menatap Nara penasaran. “Bagaimana menurutmu?”

Nara mengangkat bahu tak acuh. “Entahlah, mungkin saja sama seperti tipe idaman para pria pada umumnya; cantik dan seksi.”

“Ey, sepertinya tidak begitu!” Joy mengibaskan tangannya tak setuju. “Dia itu pria yang cukup istimewa, jadi pasti dia tidak sembarangan dalam memilih wanita pendamping hidupnya. Tidak asal cantik dan seksi saja.”

“Terserahlah! Aku tidak peduli seperti apa pasangan hidupnya nanti. Yang jelas, kuharap dia punya stok kesabaran yang cukup banyak sehingga bisa tahan menghadapi sifat Paman Sehun yang menyebalkan.”

Kata-kata Nara berhasil membuat Joy tertawa cukup lebar. Ia beserta Jennie dan Lisa sudah sering mendengar keluh kesah Nara mengenai perlakuan pamannya itu, tapi entah kenapa mereka sedikit merasa tak percaya. Sehun dari luar tampak seperti orang yang dingin, tapi berwibawa. Tutur katanya pun sopan dan kalem. Sungguh, mereka tak dapat membayangkan jika di balik sikap Sehun yang seperti itu ternyata ia orang yang cukup menyebalkan.

Ah, tapi mereka juga tidak bisa menilai hanya dari sudut pandang mereka saja. Bagaimanapun, Nara lah yang keponakan Sehun dan sudah sering bersama dengan pria itu. Jelas, di sini ia yang lebih mengenal Sehun daripada siapapun, termasuk mereka bertiga.

“Kau sudah selesai, kan? Ayo ke kelas!” ajak Nara sambil bangkit dari kursinya. Joy mengangguk menyetujui.

Saat Nara hendak berjalan pergi, ia tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja lewat di dekat mejanya hingga membuat sosok itu memekik pelan. Nara buru-buru minta maaf. Namun, sosok gadis yang ditabrak olehnya itu justru berkata, “Kau ini tidak punya mata atau apa? Lain kali lihat dulu sekitarmu jika akan berjalan. Jika aku sampai terluka bagaimana? Kau mau tahu apa akibatnya?”

Sadar dengan siapa ia bicara, Nara pun serta merta meloloskan dengusan sinis. Tatapan malas ia arahkan ada sosok angkuh gadis bernama Moon Sooji yang berdiri di hadapannya. Gadis itu junior Nara dan Joy di Fakultas Sastra. “Sepertinya tadi aku sudah minta maaf, tapi sepertinya kau tidak dengar, ya? Apa perlu kuulangi agar kau bisa dengar? Oh, haruskah aku berteriak di dekat telingamu? Kalau iya, maka aku akan—“

“Wah, wah, wah, kau ini benar-benar tidak punya sopan santun, ya?!” Gadis bernama Sooji itu mulai terpancing emosi. Kedua tangannya terlipat di depan dada. “Jelas-jelas kau yang salah karena menabrakku tadi, tapi masih bisa bersikap sok padaku? Kau sadar tidak sedang bicara dengan siapa? Aku ini—“

“Moon Sooji, anak bungsu Presiden Moon Jaein, kan?” sergah Nara dengan nada bicara yang terdengar malas. Lantas, gadis cantik itu pun meloloskan dengusan jengah begitu mendapati wajah Sooji yang sedikit memerah. “Seantero negeri ini pun sudah tahu siapa dirimu, Sooji. Tapi bukan berarti kau bisa memanfaatkan statusmu itu untuk merendahkan orang lain. Lagi pula, kalau bicara soal sopan santun, kurasa kau lah yang tidak tahu sopan santun dilihat dari sikapmu kepadaku.”

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang