Dix-huit [Mature]

9.1K 1K 573
                                    

Warning!

"Terkejut, Sayang?"

Olivia meneguk salivanya dengan susah payah. Kegugupan dengan cepat menyergap benaknya. Dalam hati tak henti-hentinya merutuk, menyalahkan dua orang yang ia duga sebagai oknum yang telah membocorkan keberadaannya pada Kenneth. Sialan Lay dan Laura!

Lantas, sambil tertawa canggung bertanya, "Kapan kau datang? Dari mana kau tahu kalau aku ada di sini?" Perlahan langkah Olivia mendekati sang kekasih hati. Tatapannya menunjukkan kuriositas tinggi.

Alih-alih jawaban yang didapat, Olivia dapat mendengar Kenneth menggeram. Lantas, sebelum sempat mencerna apa-apa, tahu-tahu bibirnya sudah disambar oleh milik Kenneth. Tubuhnya didekap erat oleh sang kekasih sementara bibirnya diinvasi secara penuh. Olivia sempat memberontak di sela-sela ciuman paksa itu, tapi Kenneth seolah tak terpengaruh. Pria betinggi badan menjulang itu justru mengangkat tubuh ramping Olivia kemudian mendesaknya ke sofa.

"Kenneth!" Olivia berseru di tengah napasnya yang terengah. Kenneth baru saja melepaskan tautan mereka. Kedua tangan Olivia mencengkeram erat kaos pria itu di bagian dada. Keduanya saling bertatapan tajam dalam diam.

Setelah cukup lama membisu, Kenneth berkata, "Itu hukuman karena kau pergi ke Paris tanpa bilang padaku dan justru meminta Lay serta Laura untuk merahasiakannya."

Olivia tampak terdiam setelahnya. Kentara bingung ingin menimpali dengan kalimat seperti apa. Well, memang betul ia meminta Laura dan Lay agar merahasiakan kepergiannya ke Paris. Bukan tanpa alasan, tentu saja. Olivia sedang ingin menjauh dari kekasihnya.

"Jadi, akhirnya mereka memberitahumu?" Justru itu yang terlontar dari lisannya setelah cukup lama bungkam. Nada suaranya terdengar tak suka.

Kenneth menggeleng kemudian mendengus kesal. "Mereka tetap tidak mau menjawab bahkan setelah kupaksa, jadi aku mencari tahunya sendiri. Itu sebabnya aku bisa berada di sini sekarang."

Lagi-lagi Olivia hanya diam. Benar-benar tak tahu harus merespon bagaimana. Ia mengalihkan atensi ke arah lain, ke mana saja asalkan tidak kepada Kenneth yang masih sibuk mencecar dirinya dengan tatapan mengintimidasi. Setelah cukup lama berpaling, Olivia agak terkesiap ketika merasakan sentuhan lembut di dagunya. Kenneth mengapit dagunya dan meminta Olivia agar mau menatapnya.

"Kenapa kau seolah menghindariku, hm? Apa salahku padamu?"

"Kau tidak salah apa-apa kok. Lagi pula, aku kan pergi untuk urusan pekerjaan, jadi kau tidak perlu sampai bersikap berlebihan seperti ini."

"Tapi kau bersikap seolah ingin menjauhiku, Olivia!" Nada bicara Kenneth sedikit meninggi dan itu membuat Olivia cukup merasa kaget. "Sekarang kutanya padamu, kalau memang kau pergi hanya untuk urusan pekerjaan, kenapa tidak bilang padaku sebelumnya? Salahkah jika aku ingin tahu di mana keberadaanmu dan apa yang sedang kau lakukan? Apa mungkin selama ini kau memang belum menganggapku sebagai kekasihmu?"

Olivia terdiam cukup lama sebelum menjawab, "Aku sedang mengetesmu, itu sebabnya aku menjauh."

Kerutan dengan jelas tercetak di dahi Kenneth. "Tes apa?"

Olivia menghela napasnya pelan sambil sedikit mendorong tubuh Kenneth menjauh darinya. Mengakibatkan sang kekasih kini duduk berhadapan dengannya di sofa. Bibirnya terbuka untuk menjelaskan, "Sejujurnya selama ini aku belum yakin padamu, Ken. Kau tahu kan sejak awal aku seolah mempersulitmu untuk bisa menjalin hubungan denganku? Itu semua kulakukan karena aku ingin tahu keseriusanmu padaku. Aku lelah menjalani hubungan yang begitu-begitu saja. Kali ini aku ingin hubungan yang serius. Kau tentu tahu maksudku, kan?"

Kenneth hanya diam, seolah sedang mencerna baik-baik perkataan wanita yang berstatus sebagai kekasihnya itu. Dari situ Olivia bisa melihat dengan jelas keraguan yang dirasakan oleh Kenneth, dan terus terang saja ia sudah menduganya.

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang