Onze

6.9K 1.1K 247
                                    

Jongin langsung menjauhkan ponselnya dari telinga ketika Nara mengakhiri panggilan secara sepihak. Decakan kesal ia loloskan beberapa saat kemudian. Lantas, kedua netranya pun terarah pada Sehun yang sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Kepala pria bermarga Oh itu tampak diperban. Jongin mencibir.

“Dasar gila! Sebenarnya apa sih maunya?” gumamnya dengan nada kesal. Kemudian, pria berkulit tan itu menghempaskan pantatnya kasar ke sofa.

Sungguh, Jongin begitu panik tadi saat mendengar kabar bahwa Sehun mengalami kecelakaan. Ia menjadi orang pertama yang tahu karena tepat setelah kecelakaan itu terjadi, kebetulan ia menghubungi Sehun dan menerima kabar itu secara langsung dari polisi. Polisi bilang kecelakaan itu adalah kecelakaan tunggal. Sehun menabrak lampu lalu lintas.

Tak lama setelah Jongin duduk, Baekhyun pun masuk ke ruang rawat Sehun. Wajahnya tampak tegang dan khawatir. Jongin bangkit dari sofa guna menyambut sahabatnya itu.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Baekhyun sesaat setelah bertegur sapa dengan Jongin.

Jongin menghela napasnya pelan sebelum menjawab, “Syukurlah tidak sampai gegar otak.”

Baekhyun menghela napas lega. Tatapan prihatin ia arahkan pada sosok sahabatnya yang sedang terlelap. “Bagaimana bisa dia mengalami semua ini? Dia sedang mabuk atau apa?”

“Dia tidak sedang dalam pengaruh alkohol, Baek. Polisi menduga ia dalam keadaan mengantuk atau kurang enak badan.”

“Mengantuk?” Baekhyun tergelak tak percaya. “Orang yang mengalami insomnia seperti dia mana mungkin mengantuk dalam keadaan menyetir? Lagi pula, jam berapa sekarang? Ini bahkan masih jam makan malam.”

Jongin mengangkat bahunya tak acuh. Raut kesal masih menghiasi wajah tampannya saat berkata, “Mana kutahu? Lebih baik kita tanyakan saja pada Si Brengsek ini jika ia sudah bangun.” Jongin pun berbalik dan kembali duduk di sofa. Rautnya makin keras. Tangannya terlipat di depan dada. Sepertinya Jongin sedang merasa marah akan sesuatu.

Baekhyun menggeleng tak habis pikir dan berjalan menghampiri Jongin. Ia menonjok pelan bahu Pria Kim tersebut. Pria bermarga Byun itu duduk di bahu sofa sambil menatap Jongin keheranan. “Hei! Ada apa dengan sikapmu? Apa yang sedang kau pikirkan, eh?”

Jongin mendengus kasar. Ia menatap Baekhyun serius dalam waktu yang cukup lama. “Aku yakin tanpa perlu kuberitahu pun kau pasti sudah bisa menebaknya, Baek.” Jongin pun kembali mengalihkan atensinya dari wajah bayi milik Baekhyun.

Baekhyun langsung berdecak. “Ey, semua itu kan belum pasti? Bisa saja kalau—“

Ceklek!

“Paman!”

Baekhyun tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena kehadiran Nara yang tiba-tiba. Pria itu tampak terkejut saat melihat sosok sang pegawai kafenya yang masuk ke dalam ruang rawat Sehun dengan berderai air mata. Dalam hati tak henti-hentinya merutuk. Ia khawatir Nara akan bertanya macam-macam perihal kehadirannya di rumah sakit.

Tak hanya Baekhyun yang bereaksi terhadap kedatangan Nara, Jongin pun tampak sama. Pria Kim itu bangkit dari sofa dan memperhatikan Nara yang kini sedang menangisi kondisi sang paman.

“Paman, bangunlah! Sebenarnya apa yang menimpamu? Kenapa kau jadi begini?” Nara tampak panik dan khawatir. Sadar kalau ia tak akan mendengar jawaban apa pun dari sang paman yang masih tak sadarkan diri, Nara pun menoleh pada Jongin. Namun, saat hendak bicara ia justru dikejutkan oleh kehadiran sosok lain yang tak disangkanya akan berada di sana.

“Bos Baekhyun? Sedang apa Anda di sini?” Nara mendekat ke arah Baekhyun dengan ekspresi yang menunjukkan rasa ingin tahu yang cukup tinggi.

Baekhyun meringis sebagai jawaban. Kegugupan melanda pria bermarga Byun tersebut. “H-Hai, Nara!” Baekhyun tampak menimbang-nimbang apa yang akan ia katakan selanjutnya, tapi kata-katanya tertelan kembali saat Jongin lebih dulu buka suara.

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang