Epilog

6K 713 444
                                    

Pagi telah menjelang, Sehun membuka matanya dengan sedikit enggan. Perlahan, ia menelengkan kepalanya ke samping. Nihil, tak seorangpun ada di sana. Hal ini membuat Sehun tersadar bahwa sang istri, Nara sedang menunaikan tugas sebagai seorang ibu rumah tangga di pagi hari.

Sehun memutuskan untuk bangun dari posisinya dan bergegas ke kamar mandi. Seperti Nara yang sudah menjalankan rutinitasnya, Sehun pun harus melakukan hal yang sama. Ia harus segera mandi dan bersiap bekerja.

Setelah selesai dengan ritual mandi dan merapikan diri, Sehun segera pergi ke ruang makan. Senyum kecil menghiasi wajahnya ketika mendapati Nara sedang sibuk mendampingi anak-anaknya yang sedang menikmati sarapan mereka di kursi masing-masing.

 Senyum kecil menghiasi wajahnya ketika mendapati Nara sedang sibuk mendampingi anak-anaknya yang sedang menikmati sarapan mereka di kursi masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si sulung Eiffel yang saat ini berusia tiga tahun dan Romeo yang berumur satu tahun.

“Selamat pagi, semuanya!” sapa Sehun meletakkan tas kerjanya di atas kursi tempat ia biasa duduk. Ia menyapa kedua buah hatinya dengan sebuah ciuman di pelipis masing-masing. Tak lupa mendaratkan ciuman serupa di dahi sang istri yang sedang menyuapi jagoan kecilnya, Romeo.

“Pagi, Sayang!” Nara membalas. Wanita itu kembali menyuapi Romeo yang sudah membuka mulutnya kembali usai menelan habis makanannya.

Papa!” sapa Eiffel balik sambil tersenyum manis. Gadis cilik dengan rambut bergelombang itu membuat Sehun terkekeh pelan karena bibirnya yang tampak belepotan. Putrinya itu memang sedang belajar makan sendiri.

Sehun mencubit gemas pipi Eiffel. “Ya ampun, putri kecil Papa pintar sekali makan sendiri!” Pria Oh itu duduk di samping sang putri yang menyengir lalu kembali asyik dengan makanannya. Ia meminum kopi yang tersaji di atas meja makan.

“Maaf ya, aku tidak sempat membangunkanmu,” Nara berujar pelan. “Tadi aku agak kesiangan. Romeo mengompol dan Eiffel juga sudah bangun, jadi aku harus mengurus mereka dulu.”

Sehun menggeleng dan tersenyum maklum. Pria itu menghentikan sejenak kegiatan minum kopinya dan membalas, “Tidak apa-apa, Sayang. Aku tahu kau pasti kerepotan mengurus dua anak balita secara bersamaan seperti ini. Tapi, kau yakin tidak mau menyewa pengasuh? Kalau ada pengasuh, kan kau tidak akan terlalu kerepotan?”

Nara menggeleng. “Tidak apa-apa, aku bisa kok mengurusi mereka berdua sendirian. Lagi pula, aku kan punya kau. Selama ini kau juga turut andil dalam mengurus kedua buah hati kita sepulang kerja. Kau saja masih bisa mengurus anak-anak walau lelah bekerja seharian, masa aku yang menganggur seperti ini tidak bisa? Jangan cemaskan aku, ya!”

Mau tidak mau senyum puas dan lega tersungging di bibir Sehun. Ia begitu bangga pada istrinya yang mempunyai pola pikir dewasa itu. Selama ini ia memang merasa kalau Nara begitu menikmati perannya sebagai seorang istri sekaligus ibu. Bahkan, ditengah-tengah kesibukannya sebagai seorang mahasiswi, Nara tak pernah melupakan tugasnya di rumah.

Omong-omong, Nara sudah lulus kuliah sejak dua tahun lalu. Namun, ia tidak sempat bekerja karena tepat di hari wisuda ia mendapat kabar mengenai kehamilan anak keduanya. Awalnya, Nara memang sempat ingin mencari kerja, tapi karena Sehun mengkhawatirkan kondisinya dan janin dalam kandungannya, pria itu melarang dengan tegas. Alhasil, Nara hanya bisa menurut karena ia juga tidak ingin terjadi apa-apa.

Prétendant [EXO] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang