6. Adimas

343 40 0
                                    

Suara percikan air dari kolam ikan dalam suatu kedai es krim menyambut kedatangan Allun yang baru pertama kali menginjakkan kakinya ke cafe ini. Dilihatnya kanan dan kiri demi mencari seorang Dimas yang entah dari mana mendapat kontaknya dan mengajaknya bertemu di sini. Setelah menemukan Dimas yang tengah menatap kosong ke arah depan, Allun segera menghampirinya dengan langkah ringan.

 Setelah menemukan Dimas yang tengah menatap kosong ke arah depan, Allun segera menghampirinya dengan langkah ringan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pagi Dimas!" Sapa Allun dengan ceria, tepatnya berusaha terlihat ceria.

Ya, walau masih ada sedikit rasa sakit hati atas kandasnya hubungan mereka berdua, tapi Allun memiliki tekad untuk menjalin hubungan baik dengan mantannya ini.

Dimas yang tadinya melamun, mendongak dan tersenyum tipis mendapati Allun bersikap ceria padanya. Perilaku menggemaskan yang sejujurnya sangat dirindukannya, "Naik apa?"

"Kitty-lah!"

"Pesan?" Dimas menyodorkan buku menu yang langsung diserobot oleh Allun.

Mengenai hal pribadi, dulu hubungan Dimas dan Allun terpaut jarak usia empat tahun dengan Dimas yang lebih tua dari Allun. Di unversitas mereka, Dimas menempuh pendidikan S2nya di bidang hukum, sesuai dengan cita-citanya untuk menjadi seorang pengacara.

"Allun pesannya banyak tadi, Dim. Soalnya belum sarapan," adunya sambil menyengir lebar saat melihat reaksi Dimas yang menatapnya tidak suka.

"Kan aku pernah bilang..."

"Iya! Iya! Allun udah hafal loh Dimbull--eh? Maaf! Maksudnya Dimas, iya Dimas," hampir saja, hampir saja Allun mengungkit masa lalu mereka dengan lepas kendali memanggil Dimas dengan sebutan 'Dimbul' nama kesayangan katanya.

Dimas tidak marah, ia justru tersanjung karena Allun masih belum sepenuhnya melupakan masa kasamaran dulu.

"Dimas kok diam sih dari tadi? Marah ya gara-gara Allun telat? Duh.. semalam itu Allun tidur malam banget! Jadi susah bangun tadi! Trus pas turun eh orang-orang rumah udah pada pergi, ada sih sarapan. Tapi udah nggak keburu jam janjian sama Dimas. Hng? Dimas? Allun harus panggil kak gitu kali ya? Biar lebih sopan? Kan.. ki-kita udah.. udah.. ya gitulah!"

Dimas tertawa kecil medengar seluruh ocehan dari mantannya yang menggemaskan satu ini. Inilah yang membuatnya susah melupakan, tapi keadaan yang memaksa mereka harus mengakhiri dulu hubungan mereka.

Allun sendiri sudah kelewat batas. Ia seharusnya bisa bersikap cuek dan sinis pada orang yang sudah dengan seenaknya memutuskan hubungan mereka. Tapi semua sudah terbiasa, ia terbiasa dengan celotehan tak bermutu pada Dimas. Ia terbiasa menceritakan semuanya, semua yang terjadi. Mulai dari aktivitasnya sampai apa yang mengganggu pikirannya.

"Udah?" Tanya Dimas yang tidak dimengerti oleh Allun.

"Gimana? Maksudnya? Allun panggil kakak gitu?"

Dimas lagi-lagi tertawa, sudah lama dirinya tidak menikmati momen seperti saat ini, "Kamu.. sudah ceritanya? Aku gantian mau bicara."

"O-ohh udah kok! Lagian ya-"

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang