14. Riko Marcelio

261 31 0
                                    

Hari ini Allun kesal sejadi-jadinya dengan keluarga Wishaka. Sikap mereka yang arogan membuatnya tidak nyaman. Allun tahu bahkan paham bahwa tindakan keluarganya hanya ingin melindunginya. Bahkan jika dipikir lagi, sikap tadi masih belum sebanding dengan tolakan mentah-mentah mereka pada Dimas.

Dimas lagi...

Mengapa rasanya sulit untuk bangkit dari ingatan tentang laki-laki yang terkenal pelit senyum itu. Bagus juga Awan kemana-mana senyumnya. Mengingat nama Awan, sejak tadi laki-laki itu mendiamkannya. Setelah meminta Awan membawanya pergi, mereka menuju kontrakan Awan. Keadaan sepi ketika mereka datang. Allun tidak banyak bertanya karena melihat air muka Awan yang keruh. Laki-laki itu pasti masih sakit hati dengan penuturan keluarganya. Terbukti setelah mereka masuk, Awan langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Sedang Allun dibiarkan di lantai bawah duduk merenung sendirian di ruang tv.

"Allun?"

Lama terdiam, Allun tersentak ketika Riko masuk dengan wajah lelahnya. Bajunya sudah berantakan namun malah terlihat keren jika saja Allun tidak dalam tahap susah move on.

"Riko kapan masuknya?" tanya Allun dengan mata mengerjap.

Riko duduk di sebelah Allun sambil menengok ke belakang, "Tadi gue perhatiin rumah kebuka. Trus ada lo yang bengong, untung gue yang masuk. Coba kalo maling? Lo ngapa sih pake bengong? Udah kayak banyak utang aja,"

Sekali cap preman ya begitu. Allun jadi ingat cerita ngeri dari Sasmita tentang Riko yang masih hobi tawuran. Tidak berubah sejak SMA.

Suasana berubah menjadi canggung. Lama tidak berkomunikasi dengan teman satu alumni SMAnya ini membuatnya kehabisan bahan obrolan. Riko adalah kakak kelas Allun dan Sasmita. Namun pembawaan laki-laki itu yang berandal membuat Allun menjaga jarak. Padahal Allun terkenal ramah pada semua orang.

"Lo udah makan?"

Allun melirik sekilas pada Riko yang mengajaknya bicara namun tetap fokus pada ponselnya. Cuek adalah karakter utama seorang Riko.

"Boro-boro makan, dikacangin sih iya," keluh Allun sesekali melirik arah tangga. Siapa tahu Awan sudah selesai bermeditasi.

"Emang Awan kemana? Lo nggak mungkin ke sini tanpa alasan, kan?" kini Riko meletakkan ponselnya di meja.

Lalu mengalirlah cerita Allun yang sama persis seperti kejadian tadi. Riko hanya menyimak tanpa menyela, ia juga sependapat dengan keluarga Allun yang antisipasi. Apalagi Allun adalah putri kesayangan keluarga Wishaka. Sudah banyak bukti yang ia dapat sejak mengenal Allun dari SMA ditambah beberapa kakak sepupu Allun merupakan teman Riko.

Tapi Riko masih memiliki logika yang cukup bagus untuk mengatakan bahwa ia sependapat dengan keluarga Allun. Bagaimanapun juga saat ini Allun dalam kondisi emosi dan malu dengan sikap keluarganya pada Awan. Jadi Riko tidak ingin menjadi alasan kemarahan Allun yang kedua.

"Trus, Si Wawan sama sekali belum keluar?" tanya Riko yang dijawab gelengan lesu dari Allun.

Suara motor yang memasuki pekarangan rumah membuat Riko dan Allun kompak melihat ke arah pintu. Di sana ada Lifa yang menenteng beberapa plastik berisi makanan. Ia juga sedikit bingung dengan kehadiran Allun di sini, apalagi ditemani Riko yang kembali memasang tampang lempeng.

"Wah, Allun!" sapa Tikno yang baru masuk dengan Toro. Baru masuk saja Allun dibuat merinding dengan sorot mata Toro yang seakan ingin mengulitinya.

Bahu Allun ditepuk pelan oleh Riko, "Lo sama mereka siap-siap buat makan malam. Biar gue yang ajak Awan. Gampang, nggak usah takut. Awan bukan orang pendendam."

Riko menuju kamar Awan yang terbuka, artinya laki-laki itu tidak ada di kamar. Ia jelas tahu dimana lagi Awan berada. Di ruangan seberang kamar Awan, Riko membuka pintu ruangan itu tanpa permisi. Sudah menjadi kebiasaannya dan Awan yang ada di dalam tahu betul bahwa Riko yang sudah membuka pintunya.

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang