3. Raja di Hatiku

589 57 3
                                    

Hari yang melelahkan bagi seorang Allunan Senja Melodyana. Seharian ini tubuhnya dipaksa bekerja mengangkat tumpukan kardus berisi tugas mata kuliah milik Prof. Tety, dosen salah satu mata kuliahnya. Ini juga karena kesalahannya sendiri yang tercyduk membaca komik saat kelas tengah berlangsung.

Diliriknya tiap ruangan dalam rumah yang terlihat sepi. Padahal jam masih menunjukkan pukul 7 malam. Ia sudah izin pada Nafira untuk absen makan malam karena ternyata Prof. Tety masih berbaik hati dengan mengajaknya makan malam setelah membereskan tugas.

"Loh? Ja? Kok baru pulang?" Allun berjengit ketika mendengar suara pintu utama yang ditutup dengan kasar.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Allun, Raja justru mengabaikannya dengan terus berjalan menaiki tangga menuju lantai atas. Allun yang masih ingin tahu pun mengikutinya sampai pada kamar Raja yang letaknya tepat di depan kamar Allun.

Melihat pintu yang masih terbuka, Allun melangkah masuk dan mendapati kamar Raja yang remang,

"Ja?"

Tidak mendapat sahutan membuat Allun cemas, ia menajamkan penglihatannya dibantu dengan cahaya lampu dari kamar mandi yang terbuka. Bayangan seseorang yang tengah duduk sambil memeluk salah satu lututnya di dekat pembatas balkon, Raja menatap kosong ke depan tanpa mempedulikan keberadaan Allun.

"Ja? Kamu- KENAPA INI?" Allun memasang raut horor sambil memegang bagian wajah adiknya yang makin parah lebamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ja? Kamu- KENAPA INI?" Allun memasang raut horor sambil memegang bagian wajah adiknya yang makin parah lebamnya.

Raja mendesis, sudah hafal dengan reaksi Allun jika tahu keadaan wajahnya saat ini, "Nggak papa."

"Nggak papa apanya! Ini tadi kamu mimisan, kan? Hidung kamu ada bercak darah yang udah kering, Raja!"

"Mau gue mati sekali pun gak ada yang peduli lagi Allunan! Jangan bersikap seolah gue ini berharga!"

Allun memandang adiknya itu tidak percaya. Apa yang dikatakan Raja tadi menohok hatinya. Apa selama ini Raja tidak memandangnya sebagai seorang kakak?

"Lalu? Selama ini kamu anggap aku apa? Sikap manis kamu ke aku itu atas dasar apa? Kenapa kamu jadi ngelantur begini, sih? Ayo! Aku obatin luka kamu!" Tangannya hendak meraih pergelangan tanga Raja namun Raja segera menghindar.

Gue gak pantas lo perhatikan, Al!

"Jangan peduli sama gue, Al! Gue gak pantes dikasih perhatian kayak gini. Cuma anak baik-baik dan penurut seperti Elang yang pantes karena udah jelas bisa banggain keluarga. Nah, sedangkan gue? Bikin nilai empat puluh aja susah!"

Raja terus merendahkan dirinya tanpa memperhatikan air muka Allun yang berubah sendu, "Ja! Lihat kakak!"

"Ja.." tangannya berusaha untuk neraih wajah Raja yang tidak mau menghadapnya.

"Rajendra!"

"Apa sih, Kak!" Raja pun menoleh dengan raut kesal.

Di tengah usahanya menghalau air mata, Allun tersenyum mendengar sebutan 'kak' dari Raja yang sudah lama tidak tertangkap oleh indera pendengarannya, "Aku ini siapa?"

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang