8. Misi?

323 36 0
                                    

Langkahnya terhenti pada sebuah minimarket yang menyediakan tempat duduk bagi pengunjungnya, Allun terduduk lemas dengan tatapan kosongnya. Tanpa ada yang memberitahu pun Allun mengerti bahwa ada yang mengikutinya. Juga tanpa ada yang memberitahunya, ia tahu bahwa orang itu adalah orang yang ia kenal. Terlihat dari bayangan yang mengikutinya terkesan kaku saat melangkah. Seolah ragu untuk mendekatinya yang tengah sendirian.

"Awan... Allun butuh temen curhat deh kayaknya.."

Sempat terkejut karena Allun mengetahui jika dirinya mengikuti gadis itu, Awan menghela nafas dan berjalan menuju salah satu kursi yang ada untuk duduk di sana. Allun memandangnya dengan wajah tertekuk dan mata berkaca-kaca, hampir menangis jika saja ia mengedipkan matanya.

"Aku tuh sakit hati..." curhatnya mengawali pembicaraan. Awan tetap diam memandang lurus ke depan, membiarkan Allun selesai bercerita tentang keluh kesahnya.

"... Dimas itu jahat sama Allun! Dia bilang nggak ada hubungan apapun sama Diana, tapi itu bertolak belakang dengan interaksi mereka. Diana kayak dekat banget sama Dimas, iya aku tahu kalau Diana itu sahabatnya Dimas. Tapi kan yang kenal duluan sejak lama itu aku! Diana cuma orang baru, harusnya udah disebut sebagai pelakor-"

"Kamu cemburu?" sela Awan di tengah sesie curhat itu.

Allun menoleh kesal padanya, "Iyalah! Siapa coba dan perempuan mana yang nggak sakit hati kalau pasangannya lebih akrab dengan perempuan lain? Tapi Dimas itu tetap ngotot seolah nggak mau putus sama Allun padahal dia juga yang mutusin. Itu yang bikin Allun bimbang, Awan. Tapi selain itu.. Hm.. Mama sama Papa aku juga sepertinya kurang suka sama Dimas. Katanya Dimas itu orangnya nggak sayang keluarga, Mama pernah bilang kalau laki-laki yang menyayangi keluarganya pasti kelak akan menyayangi pasangannya juga."

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang