16. Ada apa?

243 30 0
                                    

Lewat dua minggu setelah pembicaraan terakhir antara Allun dengan Dimas, waktu terasa lama ketika harus dihadapkan dengan UTS yang membuat Allun harus meredam sejenak semua yang ada di benaknya. Termasuk bagaimana Sasmita yang seharusnya tidak tahu apa-apa tapi malah menyarankannya untuk datang pada Dimas dan hasilnya Allun menerima banyak informasi, sampai-sampai yang ada di otaknya hanya berputar seluruh rahasia yang tersingkap. Kadang Allun merasa bersalah telah mengetahui hal yang terlalu banyak tentang Awan. Tapi ia juga merasa semua harus terungkap demi mental Awan. Tidak selamanya ini terus disembunyikan dan Awan akan selalu hidup dengan rasa takutnya. Sendirian tanpa ada tempat untuk mencurahkan apa yang menjadi bebannya.

Kini semua terasa kacau. Misi awal untuk memanfaatkan Awan demi kepentingannya sendiri rasanya tidak manusiawi.

Kasihan? Tentu!

Allun tetap manusia biasa yang memiliki rasa simpati terhadap apa yang terjadi pada Awan. Sudah saatnya Allun bersikap dewasa dan melupakan balas dendamnya pada Dimas.

Tujuannya kini adalah taman kampus, tepatnya pohon beringin yang menjadi tempat awal Allun melihat Awan dan menjadi saksi kejadian Awan pingsan hanya gara-gara sentuhan ringan dari Allun. Langkahnya tergesa, takut jika Awan sudah pulang atau lebih parahnya Awan tidak ada di sana. Allun hanya ingin memastikan bahwa laki-laki itu masih baik-baik saja.

"Dapat!"

Awan yang tengah serius menekuni gambar desain arsitekturnya terperanjat kala Allun sudah ada di depannya dengan nafas terengah. Tanpa dikomando ia segera bergeser agar perempuan itu bisa duduk di sebelahnya.

"Kamu kenapa?" Tanyanya setelah dirasa Allun sudah tenang walau masih tersisa helaan napas yang tidak beraturan.

"Nggak papa. Habis jogging aja." Jawab Allun asal kemudian melirik buku sketsa milik Awan, "Rain bisa gambar selain rumah nggak?"

Panggil gue Rain lagi? Batin Awan.

"Hm? Bisa tapi nggak terlalu mah-"

"Gambar wajah Allun bisa, nggak?"

Wajah Awan seketika memerah mendengar pertanyaan dari Allun. Ia segera menutupinya dengan memalingkan wajah lalu sedikit berdeham, "Hasilnya nanti jelek.. " gumamnya seraya melanjutkan arsirannya.

"Bagus, kok! Apapun hasilnya nanti Allun terima. Janji!" Allun mengacungkan jari kelingkingnya di depan wajah Awan namun laki-laki itu masih belum mau menatapnya.

Dengan terpaksa, Allun mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Awan. Membuat gambaran Awan sedikit tergores karena perrgerakan yang mendadak itu. Beruntung Awan segera mengendalikan diri, terutama jantungnya yang sejauh ini mulai terbiasa dengan segala kontak fisik ringan dengan perempuan, khususnya Allun. Setidaknya Awan berusaha melawan traumanya sejak ia mulai merasakan rasa lain pada Allun dengan resiko ia akan selalu teringat tentang seluruh kejadian itu.

Tanpa banyak berkata, Awan membuka lembaran baru dari buku sketsanya. Menghentikan kegiatan awalnya dengan desain gedung yang menjadi gambaran kasar untuk tugasnya. Ia memperhatikan wajah Allun sebentar kemudian terlihat mengangguk untuk memastikan bahwa wajah itu sudah ada dalam bayangannya dengan jelas agar dapat menghasilkan sketsa bagus meski tidak sebagus hasil para ahli seni lukis.

"Jangan gerak mulu kamunya... " protes Awan karena sejak tadi Allun tidak bisa diam, membuat Awan kehilangan konsentrasi akan gambaran wajah Allun.

"Capek harus nengok kiri terus. ini di sini anginnya kenceng jadi rambut Allun juga terbang terus." Jawab Allun dengan menggerutu.

"Salah siapa minta digambarin?" Gumam Awan masih dengan menunduk untuk menyelesaikan kerjaannya.

Keduanya kembali terdiam namun bukan dalam suasana yang canggung. Allun yang memperhatikan raut serius Awan ketika dalam keadaan menggambar dan Awan yang masih berkutat dengan gambarannya. Dalam hati, Allun memuji betapa kuatnya Awan yang sekarang. Terlepas dari semua yang dilaluinya, Awan tetap berusaha untuk menjadi manusia normal meski dalam kesehatan mentalnya ia tidak sebaik yang orang lihat secara fisik.

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang