19. Sisi Lain

266 29 0
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Allun memilih sibuk dengan dunianya sendiri. Tidak ada lagi air mata, namun pandangannya tetap kosong meski Sasmita dan Awan berusaha untuk mengajaknya berkomunikasi. Rupanya Allun ingin waktu sendiri. Merenungi semua rangkaian adegan yang telah terjadi. Baginya masih begitu sulit, melepas Raja yang tumbuh bersamanya selama 19 tahun ini. Melepas saudara yang bahkan dalan kepergiannya harus meninggalkan bekas dalam keluarga Wishaka. Terlebih pada Nafira, Allun bingung harus bagaimana jika nanti ada saatnya Nafira akan bertanya perihal Raja padanya. Jujur memang akan dilakukannya, tapi reaksi dari Nafira yang membuat Allun terus berpikir menuju kekhawatiran.

Dalam bayangannya sama sekali tidak menduga Raja akan bertindak di luar akal.  Selama ini Allun percaya, bahwa sikap nakal Raja hanya sebatas pergaulan anak remaja pada umumnya. Masih dapat ditoleransi. Lain halnya dengan melibatkan Kezia sebagai Ibu dari calon anak Raja. Menurut Allun itu sudah di luar, bahkan melampaui batas kenakalan remaja. Menurut penjelasan Stevanus, semua yang terjadi tidak sampai pada kesalahan pergaulan dan sebagainya. Raja begitu menghormati Kezia dan keluarganya. Sampai sekarang Allun belum menemukan jawaban pasti terkait alasan Raja melakukan hal bodoh itu. Apalagi begitu terlihat di mata Allun, hanya Kezia yang tulus mencintai Raja. Dari binar di mata perempuan itu ketika menatap Raja jelas sekali terlihat.

"Lun, lo sampai kapan diem mulu. Gue mau pulang, nih!"

Suara tinggi yang mengganggu ketenangan Allun itu berasal dari Sasmita yang sudah ada di samping mobil. Allun terduduk tegak lalu mengalihkan perhatiannya pada sekeliling. Benar saja, ini rumah Sasmita.

"Segitunya ya elo melamun. Kenapa lagi, sih? Semua udah lewat. Ayo bangkit lagi dong, Lun! Gemes gue sama lo!"

"Makasih udah nemenin aku, Mita. Nanti jangan lupa telpon Papa. Bilang kamu udah di rumah setelah diantar Allun sama Rain."

"Iya! Iya! Lo udah berapa kali bilang gitu, hah? Ya udah, ati-ati di jalan." Kata Sasmita dengan jengah karena memang sejak pagi mereka berangkat, Allun mengucapkan hal serupa.

Mobil yang dikendarai Awan akhirnya meninggalkan kawasan perumahan Sasmita. Jarak rumah Sasmita dengan Allun tidak begitu jauh. Sekitar 10 menit lagi sudah memasukki kawasan perumahan Allun, namun Awan justru menghentikan mobil di taman komeks perumahan Sasmita yang masih ramai dengan kegiatan senam ibu-ibu penduduk sekitar.

Allun yang bingung akhirnya menatap Awan yang ternyata tengah menatapnya juga. "Ini... ?"

"Dengarkan aku baik-baik." Awan terlihat menghembuskan napasnya perlahan, seakan ia hendak mengatakan hal yang harusnya sulit untuk dikatakan pada siapapun itu. "Melepas bukan berarti kehilangan, tapi berbeda jika itu adalah kehilangan. Kehilangan artinya harus melepas. Aku paham bagaimana rasanya harus melepas seseorang dalam suatu anggota keluarga. Aku bahkan merasakan itu nggak hanya sekali, tapi berulang kali. Al, kamu masih beruntung dengan adanya Raja yang masih dapat dijangkau. Kamu tentu nggak bisa bayangkan gimana rasanya harus melepas serta kehilangan dalam waktu bersamaan. Melepas dan kehilangan yang aku maksud di sini adalah kematian."

Awan terlihat berbeda malam ini. Di keremangan, Allun masih dapat melihat dengan jelas tatapan hancur dari laki-laki di hadapannya ini. Allun tentu paham di setiap makna kalimat yang diucapkan Awan. Pun dengan singgungan kata kematian. Awan tengah membahas orang tersayangnya yang harus pergi tanpa berkata selamat tinggal terlebih dahulu padanya.

"Aku nggak salahkan kamu karena sedih itu manusiawi. Tapi jangan berlarut, Al. Aku nggak mau kamu seperti aku," lanjut Awan yang langsung berhenti bicara ketika menyadari sesuatu; ia salah bicara.

"Seperti Rain bagaimana?" Desak Allun yang ingin Awan membuka kembali topiknya.

"Kamu masih ada Tante Nafira yang perlu dikuatkan. Hati ibu mana yang nggak hancur ketika anaknya melakukan kesalahan fatal hingga harus melangsungkan pernikahan, justru nggak bisa ada di sana untuk memberu dukungan? Kamu harus bisa menjadi penguat untuk keluargamu sendiri."

Di ujung Senja (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang