Part 3

3.1K 343 21
                                    

"Kita mau kemana? L-Lalu, bagaimana dengan pekerjaan--"

"Ikut saja."

Jennie tak bisa menolak saat kini ketika Namjoon menariknya bersamanya. Membuat keduanya kini menjadi bahan perhatian para karyawan yang melewati keduanya.

"S-Sajangnim--"

"Kenapa kau terdengar kaku seperti itu? Biasanya kau akan memanggilku dengan Oppa."

"O-Oppa, maaf. Tapi aku bisa berjalan sendiri. Tak perlu menarikku seperti ini. Semuanya melihat ke arah kita."

Ucapan Jennie seolah angin lalu bagi Namjoon. Buktinya, ia semakin mengeratkan genggamannya pada Jennie. Menarik gadis itu agar mengikuti langkahnya.

Jennie merasa jantungnya bisa saja akan meledak sekarang juga hanya karena Namjoon menggenggam tangannya. Gadis itu bahkan berkali-kali mengatur nafasnya karena degup jantungnya yang berdetak tidak seperti biasanya.

Hingga langkah Namjoon berhenti maupun dengan Jennie yang ikut pula menghentikan langkahnya.

"Masuklah." Ucap Namjoon setelah membuka pintu mobil bagi Jennie.

"Tapi--"

"Apa kau benar-benar menjadi seorang yang tak pernah mendengarkan omonganku lagi?"

Jennie pun memilih menurut. Masuk ke dalam mobil dan Namjoon yang menutupnya. Sebenarnya, kemana pria itu akan membawanya pergi?

Jennie terkesiap dari lamunan dan pikiran-pikirannya ketika ia bisa merasakan jika Namjoon mendekat padanya saat ini. Bahkan gadis itu menahan nafasnya ketika jarak antara keduanya benar-benar dekat. Dan Jennie semakin terdiam di tempatnya saat Namjoon dengan gampangnya memasangkan seatbelt untuknya.

Oh, tunggu. Apa yang Jennie lihat tadi? Sebuah senyuman? Seorang Kim Namjoon yang sejak awal tak pernah menerima kehadirannya dan juga perasaannya baru saja tersenyum padanya? Oh, lihatlah lesung pipi pria itu ketika kedua bibirnya tertarik ke atas. Jennie, tenangkan dirimu.

Tapi nyatanya, gadis itu semakin gelisah tak karuan sembari menggenggam erat seatbelt yang mengukung dirinya. Tidak. Ini tidak mungkin. Ada apa dengan Namjoon sebenarnya? Siang kemarin, dia bahkan menurut saja dan mau makan siang bersamanya. Sekarang, apalagi yang akan pria itu lakukan padanya? Oh, semoga saja Jennie masih bisa bernafas keesokan harinya jika Namjoon terus saja memperlakukannya seperti ini.

"Jika dilihat lebih dekat, kau terlihat tidak buruk juga."

Sial. Sepertinya, Jennie benar-benar tak akan bisa bernafas dengan baik esok hari.

.

.

"Eomma kira kau tidak akan menuruti ucapan eomma."

Ibu menghampiri keduanya. Mendekat pada Jennie namun memasang wajah kesalnya pada sang putra yang tak terlalu terintimidasi oleh tatapan itu.

"Aku hanya terlambat lima menit."

"Ya, tapi lima menit juga sangat berharga bagi eomma. Lima menit itu bisa kita lakukan untuk memilih gaun bagi Jennie--"

"Eomma, aku dan Jennie juga masih memiliki pekerjaan di kantor. Dan eomma memaksa aku dan dia untuk kemari. Cepat sedikit karena masih banyak pekerjaan di kantor."

Ibu baru saja kembali akan membalas Namjoon. Namun pria itu dengan cepat pula memotongnya.

"Atau aku tidak akan mau menuruti permintaan eomma yang kekanakan ini."

"Mwo? Kekanakan? Dari sisi mana eomma menyuruhmu untuk membantu Jennie memilihkan gaunnya yang kekanakan, huh?"

"Eomma, sudah. Tidak enak dilihat oleh banyak orang."

a good wife ❌ namjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang