"Yeoboseyo?"
Terdengar suara wanita disebrang sana. Membuat pria yang menelponnya dengan gelas bir ditangannya itu mendecak kesal setelahnya.
"Ck, kenapa lama sekali mengangkat telponku?"
"Maaf, maaf. Aku sedang dalam tidak mood-ku saat ini. Aku ditolak lagi olehnya. Benar-benar sial."
"Tuhan, kau benar-benar gila karenanya. Kupikir, noona hanya menyukainya karena dia kaya. Ini seperti bukan dirimu saja, noona."
"Awalnya memang begitu. Tapi lama-kelamaan, aku mulai egois dan ingin memilikinya seutuhnya. Aku termakan omonganku sendiri untuk tidak jatuh padanya. Dia terlalu berbahaya. Apa kau tahu itu? Tuhan, bahkan memikirkannya sekarang sudah membuatku kembali terangsang sekaligus kesal."
"Kesal?"
"Pertama, dia menolakku hanya karena wanita itu. Dan kedua, dia memilih wanita itu daripada aku."
Sang pria tersenyum tipis. Meneguk birnya dengan perlahan. Pandangannya berpaling pada balkon kamarnya. Dimana langsung berhadapan dengan sebuah kamar dari rumah disebrangnya.
"Aku sudah melihatnya. Bahkan kami berbicara sedikit tadi."
"Sungguh?" Sang gadis tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya karena terlalu senang.
"Hmm. Tidak buruk juga. Dia cantik, dan juga terlihat sangat setia. Benar-benar tipikal wanita yang ingin dinikahi oleh semua pria. Jadi, tidak salah jika pria yang kau sebut kekasihmu itu berpaling darinya. Tidak sepertimu, noona. Bahkan aku tidak yakin, jika suatu saat akan ada pria yang akan menikahimu."
"Ya, kau mau kuhajar?"
Sang pria terkekeh pelan mendengarnya. "Sudah dulu, noona. Aku masih memiliki kegiatan lain disini."
Dan sambungan itu terputus begitu saja. Kembali, sang pria menegak birnya dengan senyuman yang bahkan belum hilang dari wajahnya.
"Kim Jennie. Hmm, tidak buruk juga."
.
.
Paginya, seperti biasa. Jennie sudah berada di dapur. Seperti biasa pula, Jennie menyiapkan sarapan untuk Namjoon di kamar mereka yang tengah bersiap.
Ting Tong
Kegiatannya terhenti begitu saja ketika suara bel pintu rumah berbunyi. Setelah mencuci tangannya, ia pun bergegas menuju pintu utama. Membukanya dengan cepat dan didapatinya seorang bocah laki-laki yang berdiri disana.
Jennie berlutut, menyamakan dirinya dengan bocah itu dan tersenyum.
"Hey, ada apa?"
Ia tak berbicara. Menyodorkan satu kotak berwarna hitam padanya. Jennie masih menatap bingung pada kotak itu. Namun perlahan mulai menerimanya. Dan saat kotak itu sudah berpindah ke tangannya, bocah itu dengan cepat pula berlalu dari hadapannya. Membuat Jennie tak bisa menanyakan mengapa bocah itu memberikan kotak ini padanya.
Jennie pun terlihat sangat bingung disana. Namun juga ada rasa penasaran. Membuatnya kini dengan perlahan membuka kotak itu dan sedikit terkejut mendapati isinya.
Sebuah gaun berwarna putih dengan didominasi oleh corak-corak bunga. Jennie mengeluarkan gaun itu perlahan. "Siapa yang memberikan ini?"
"Apa kau menyukainya?"
Jennie mencari sumber suara itu. Tersenyum pelan ketika ia melihat pria semalam yang mengajaknya mengobrol yang kini melambaikan tangannya padanya.
"Kenapa kau memberikan ini padaku?" Ucapnya sedikit lantang. Mengingat posisi Yoongi yang saat itu berada di atas balkon kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
a good wife ❌ namjen
Fanfiction[18+] ✔ Kim Nam Joon harus menikahi gadis pilihan ayahnya yang ia adopsi 16 tahun yang lalu. Tentu saja Namjoon tidak menyukai pilihan ayahnya tersebut karena dirinya yang memang tidak pernah menyukai kehadiran gadis itu saat ayahnya mengadopsinya 1...