Pagi telah datang. Membangunkan seorang gadis yang sedikit terganggu karena sinarnya yang masuk ke kamarnya. Hingga kedua matanya pun terbuka. Melihat ke arah sampingnya dimana sang pria belum juga melepaskan pelukannya padanya sejak semalam.
Ia tersenyum tipis. Sedikit berpindah untuk memposisikan dirinya agar bisa berhadapan dengan sang pria. Walaupun sedikit ragu, ia mengambil salah satu tangan pria itu yang memeluknya. Menautkannya dengan jari-jemari mungilnya. Ia tersenyum kembali saat melihat bagaimana tautan tangannya dengan sang pria.
Dan kembali, ia mulai memberanikan dirinya. Mencium dengan lembut tangan sang pria. Sesekali akan melihat pada wajah sang pria yang bahkan tak terganggu dengan apa yang ia lakukan.
Benar. Ini memanglah kebiasaannya. Kapan lagi memangnya ia bisa melakukan semua ini jika pria itu dalam keadaan sadar dan bukan sedang terlelap? Bahkan setelah keduanya menikah pun, ia tak akan mungkin mendapatkan kesempatan ini.
Keberanian Jennie semakin bertambah. Ia mendekat. Masih dengan memegang tautan tangan keduanya. Menutup matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir Namjoon. Tidak lebih. Ia bahkan tak sadar terlalu mengeratkan tautannya ketika ia bisa merasakan bibir pria itu kembali.
Kedua matanya membulat saat ia bisa merasakan jika bibir yang ia kecup tadi kini mulai membalasnya. Mengambil alih ciuman itu. Ia ingin menjauh, namun Namjoon dengan cepat pula menahan tengkuknya. Tak membiarkan gadis itu pergi.
Jennie masih dalam keadaan terkejutnya. Menatap pada Namjoon yang menutup matanya dengan masih mencium bibirnya. Dan hal itu membuatnya tak mempunyai pilihan lain selain menutup matanya kembali. Membiarkan sang pria menghabisi area bibirnya.
Ciuman pria itu berpindah pada lekukan leher sang gadis. Membuat nafas pria itu terasa sangat menggelitik baginya. Tak sadar jika ia mengeratkan tautan tangannya.
Jennie benar-benar diam dan hanya menerima semua ciuman Namjoon di tubuhnya yang bahkan masih memakai pakaiannya. Dan saat tangan besar itu mengelus pipinya, Jennie membuka matanya. Bertemu tatap dengan Namjoon yang terlihat bernafas dengan cepat.
Gadis itu lagi-lagi menurut ketika sang pria kini sudah mengubah posisi mereka. Dengan dirinya yang mulai menindih tubuh kecil itu. Dan selanjutnya adalah kedua bibir itu kembali bertemu dalam sebuah ciuman yang lebih dalam.
Jennie benar-benar tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Memang, ini semua adalah hal yang paling diinginkannya. Tapi kembali lagi, apakah benar semua yang Namjoon lakukan padanya saat ini karena keinginan pria itu?
Namun sepertinya, ia kalah dengan semua pemikirannya itu. Memilih untuk mengalungkan kedua tangannya pada leher sang pria. Benar. Ia tak lagi memikirkan semua itu. Memilih menikmati dan membalas semua lumatan sang pria pada bibirnya.
Kembali, ciuman itu mulai turun menelusuri tubuh sang gadis yang masih berbalut pakaiannya. Secara perlahan menaikkan kaus yang dikenakan Jennie dan membuat gadis itu terjengit ketika ia bisa merasakan bibir itu menyentuh langsung kulit perutnya. Terus menaikkan kaus itu dengan ciumannya yang juga semakin naik.
Namun Namjoon menghentikan dirinya dengan cepat. Menatap pada Jennie yang masih menutup matanya. Ia beranjak dari atas tubuh gadis itu dan membuat Jennie membuka matanya. Menatap pada Namjoon yang kini sudah turun dari tempat tidurnya.
Jennie beranjak dari berbaringnya. Hanya bisa terdiam ketika ia ditinggalkan begitu saja. Menatap pada pintu kamar mandi yang tertutup setelah Namjoon masuk ke dalam sana.
.
.
Jennie sudah berada di dapur, berkutat dengan beberapa bahan makanan untuk sarapan pagi itu. Ia tentu tahu apa saja yang akan pria itu makan saat sarapan. Melihatnya hampir 16 tahun, Jennie sudah hampir mengetahui apa saja yang pria itu sukai dan tidak ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
a good wife ❌ namjen
Fanfiction[18+] ✔ Kim Nam Joon harus menikahi gadis pilihan ayahnya yang ia adopsi 16 tahun yang lalu. Tentu saja Namjoon tidak menyukai pilihan ayahnya tersebut karena dirinya yang memang tidak pernah menyukai kehadiran gadis itu saat ayahnya mengadopsinya 1...