Hening.
Setelah kepergian Jiwoo, posisi keduanya masih sama. Dengan detak jantung keduanya yang kini seolah saling berpacu siapa yang paling berdetak dengan cepat.
Jennie terkesiap ketika merasakan sesuatu menimpa pundaknya. Nafasnya tertahan. Ia bahkan tak ingin melirik pada bahu kirinya dimana Namjoon baru saja menumpu wajahnya disana. Tentunya dengan satu tangan pria itu yang masih merangkulnya.
"O-Oppa, A-Apa yang--"
"Diamlah. Aku sedang ingin mendinginkan kepalaku saat ini. Lagipula, bukankah kau seharusnya meletakkan satu tanganmu seperti ini?"
Namjoon mengambil satu tangan Jennie, membuat gadis itu terkesiap karenanya. Dan tangannya telah mendarat tepat di atas kepala Namjoon.
"Begini. Aku ingin ditenangkan sekarang."
Jennie tak ada cara lain selain menurutinya. Mulai memasukkan jari-jarinya pada helaian rambut pria itu dan terkadang menepuk pelan puncuk kepalanya. Benar kan begini menenangkan seseorang?
Gadis itu lagi-lagi harus terkesiap ketika rangkulan Namjoon padanya kini berpindah memeluk tubuhnya. Benar-benar erat. Bahkan Namjoon kini sudah menenggelamkan sebagian kepalanya pada lekukan lehernya. Tuhan, jantung Jennie semakin berdetak dengan cepat dan Jennie bisa saja berpikir jika jantungnya saat ini akan melompat dari tempatnya jika Namjoon terus saja memperlakukannya seperti ini.
Posisi mereka masih sama seperti itu selama beberapa menit kemudian. Sebelumnya akhirnya secara perlahan, Namjoon mulai melepaskan pelukannya. Menjauhkan dirinya dari Jennie yang masih terdiam di tempatnya.
"Terima kasih. Kau bisa kembali."
Dan setelah mengatakan hal itu, Namjoon pun melangkahkan kakinya kembali menuju meja kerja. Meninggalkan Jennie yang hanya menatapnya saat ini.
Oh, apakah kau lupa, Jennie? Kau memang tak berarti apapun bagi pria itu. Tapi jika benar begitu, kenapa Ibu selalu mengatakan jika Namjoon menyukainya? Apa hanya untuk menyenangkannya? Lebih baik, dia tidak disukai oleh Namjoon daripada ia selalu mendapatkan seluruh perhatian Namjoon padanya namun pria itu tak pernah mengisi hatinya dengan namanya.
Jennie ingin menangis saat ini. Namun ia menahannya dengan terus saja menarik nafasnya lalu menghembuskannya setelahnya. Ia memilih untuk membungkuk pada pria itu sebelum akhirnya berlalu darisana.
.
.
Brak
"Berikan aku satu botol langsung. Tanpa gelas."
"Wah, ada apa ini, noona? Kenapa kau memasang wajah cemberutmu itu? Itu tidak cocok untuk wajah cantikmu."
"Jangan banyak bicara dan ambilkan aku minuman yang aku minta."
Taehyung mengendikkan bahunya dan memilih untuk mengambil sebotol minuman alkohol yang biasa Jiwoo minum jika ia datang ke bar-nya.
"Ada apa, hmm?"
"Ck, apa kecantikanku benar-benar hilang, huh?" Ucapnya dan mulai meneguk minuman itu langsung dari botolnya.
"Maksudmu?"
"Kau tahu? Hari ini aku mengunjungi kantor Namjoon. Dan kau tahu lagi apa yang ia lakukan padaku?"
"Hmm, menciummu? Lalu memelukmu dan kalian melakukannya dengan cepat?"
"Itulah yang aku harapkan. Tapi malah sebaliknya."
Jiwoo kembali meneguk minumannya dengan Taehyung yang tetap memperhatikan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
a good wife ❌ namjen
Fanfiction[18+] ✔ Kim Nam Joon harus menikahi gadis pilihan ayahnya yang ia adopsi 16 tahun yang lalu. Tentu saja Namjoon tidak menyukai pilihan ayahnya tersebut karena dirinya yang memang tidak pernah menyukai kehadiran gadis itu saat ayahnya mengadopsinya 1...