River, merotasikan matanya kesal. Baru saja dia keluar dari kamarnya dan dia bisa menangkap suara gaduh dari bawah. Suara-suara yang dia kenali, bukankah ini terlalu pagi untuk para perusuh itu datang ke rumahnya? Dengan malas, River turun ke bawah, hanya memakai sweater abu-abu oversize serta celana pendek, rambut berantakan dengan wajah yang belum dicuci.
"Pagi, River." Sapa Aro sambil menyuap nasi goreng.
"Kau belum mandi, ya? Astaga jorok sekali!" Komentar Rex sambil menuang teh ke cangkirnya.
"Lihat itu, air liurmu masih ada." Maxime menunjuk wajah River dengan garpunya.
Sementara yang lain –Axel, Arsen dan Ken memilih makan dengan tenang. Tidak biasanya. River tidak menanggapi, dia malah masuk ke dapur guna protes pada Anita dengan kerusuhan di pagi hari itu. Anita, tengah mematikan kompor saat River masuk ke dapur sambil menghentakan kaki kesal seperti anak kecil sedang merajuk minta dibelikan permen kapas.
"Nenek! Kenapa nenek membiarkan mereka sarapan di sini?"
Anita menoleh, menampilkan senyum hangatnya pada sang cucu. "Memang kenapa? Mereka kan teman-temanmu."
River mengerucutkan bibir, "Tapi mereka berisik sekali, nek."
Anita malah tertawa, "Seperti kau tidak berisik saja." Lalu keningnya berkerut, matanya menatap River khawatir, "Apa kau tidak tidur semalam? Matamu terlihat lelah."
River menggeleng, "Tidak apa-apa, hanya mimpi buruk." River tidak ingin menceritakan mimpinya pada Anita, atau pada teman-temannya yang lain, belum saatnya.
Anita mengangguk paham, "Bawa ini ke depan." Anita menyerahkan sepiring pancake pada River yang lagi-lagi membuat River cemberut, setengah hati membawanya ke meja makan yang sudah pasti langsung disambut gembira teman-temannya.
"Jadi, kita mau kemana hari ini?" tanya Ken sambil memotong pancakenya dengan ukuran besar.
"Bagaimana kalau ke perpustakaan kota?" usul Axel yang disambut erangan kesal teman-temannya.
"Kau serius? Astaga Axel, kita ini mau liburan bukan belajar." Geram Rex yang duduk di depannya. Axel hanya mengedikan bahu, setidaknya dia sudah memberi saran.
River menjentikan jarinya semangat saat sebuah ide terlintas, "Bagaimana kalau kita berkemah di danau Teros?"
Teman-temanya saling pandang, berpikir. Minus Arsen dan Ken yang tidak tahu dimana keberadaan danau itu. Mereka pernah mendengarnya tapi tidak pernah ke sana. Sepertinya lain kali mereka berdua harus mengikuti tour Constantine selama seminggu.
"Terlalu jauh dari sini, itu kan dekat Speranta." Kata Maxime.
"Kalau kita berangkat ke sana sekarang, mungkin kita bisa sampai di sana sore hari." Tambah Aro.
River merotasikan matanya jengkel, "Ya, karena itu aku bilang kita berkemah di sana, kan?"
Rex menggigit apel merahnya sembari mengangguk-angguk, "Sepertinya akan menyenangkan, sudah lama kan kita tidak ke sana? Terakhir mereka berdua yang menyusup ke sana." Rex menunjuk River dan Axel dengan apel yang sudah digigitnya.
"Dan ketahuan Master Cedrik." Lanjut Axel. Dia tidak bisa melupakan kejadian itu, mungkin bisa dibilang kalau bukan karena dia dan River pergi ke sana, mereka bertujuh tidak akan bisa makan di satu meja seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
FantasyOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...