Dalam film yang sering kali dia tonton, akan ada seorang pahlawan yang datang di saat-saat terakhir untuk menolong. Aro Verlander, berharap saat itu akan datang sekarang. Setidaknya, sedikit bala bantuan untuk mengusir para vampire kanibal kelaparan yang tengah mengepung mereka ini. Lagi pula, kemana pergi nya semua orang di kastil ini? Apa mereka tidak tahu kalau ada penyusup yang datang?
"Hei kawan-kawan," Aro yang beradu punggung dengan Axel berkata, "ada yang mau menyampaikan pidato terakhir?" tanya nya.
"Aro!" ayolah, apa anak pemimpin Dewa Olympus itu sebegitu takut nya hingga melontarkan pertanyaan konyol seperti barusan?
"Baiklah, kalau tidak ada yang mau. Biar aku yang memulai." seakan tidak peduli dengan desah kesal teman-teman nya, Aro melanjutkan. "Aku sangat merasa terhormat bisa menjadi sahabat kalian, aku..."
"Tolong seseorang tutup mulut anak Zeus itu!" geram River.
"Simpan pidato mu itu, Verlander." Rex menghunus pedang Ares nya. "Kita tidak akan mati malam ini." katanya begitu yakin,siap menyerang kalau-kalau para vampire kanibal itu mulai berusaha menyerang mereka lebih dulu.
"Kita harus mengeluarkan Helena dan Puteri Irene dari sini!" kata Arsen ketika berbalik badan pada teman-temannya sementara Helena dan Puteri Irene saling beradu punggung di belakangnya dengan sikap waspada.
"Kau benar," River menjawab nenyetujui, dia juga tidak ingin kedua saudarinya terancam bahaya.
"Max," Arsen mengangkat pandangan pada Maxime, "bantu aku, buka jalan untuk mereka sampai ke tangga." segera setelah Maxime mengangguk tanda menyanggupi Arsen kembali membalik badan guna memberitahu Helena dan Puteri Irene untuk bersiap melarikan diri. "Dengar," kata nya pada kedua gadis itu, "lari sejauh yang kalian bisa, kalau memungkinkan cari bantuan." kalau belum terlambat. Namun Arsen tak mengucapkan kalimat terakhir yang dia telan sendiri.
"Arsen." Maxime menyadarkan Arsen bahwa mereka kehabisan waktu. Maxime mengambil posisi di depan dengan kedua tangan nya yang sudah berbalut api sementara Arsen mengambil posisi di belakang nya.
Tak ada waktu lagi, kalau tak ada yang menyerang lebih dulu maka Maxime lah yang harus memulai nya. Setidaknya, dia harus berusaha membuka jalan agar kedua gadis itu bisa pergi dengan selamat, jadi Maxime menambah kobaran api nya menyambarkan nya kepada tiga orang vampire di hadapan nya yang berteriak kepanasan. Cara terampuh untuk membunuh vampire seperti itu kalau tidak kau cabik tubuhnya, maka bakar saja mereka hingga jadi debu.
Sepertinya, serangan Maxime menjadi kode pembuka untuk para vampire lain mulai menyerang karena Arsen yang berjaga di belakang melihat teman-teman nya sudah memulai perkelahian dengan para vampire itu. Arsen sendiri sedang berhadapan dengan dua orang vampire yang memperlihatkan taring mereka yang terlihat tajam, membuat Arsen teringat pada tajam nya gigitan River waktu itu. Beda nya, kalau River hanya meninggalkan racun dalam tubuhnya tetapi kali ini jika taring itu menancap di kulitnya maka dapat dipastikan tamat riwayat Arsen Morigan karena tubuhnya yang akan langsung dijadikan santapan oleh para vampire kelaparan itu.
Arsen mengeluarkan cakarnya, namun sebisa mungkin tak membangkitkan serigala dalam tubuhnya. Sangat berbahaya, Arsen saja sekarang tengah mati-matian menahan dirinya, dia tidak boleh terpancing, dia tidak boleh terlalu marah atau dia akan lepas kendali karena gerhana bulan yang semakin mendekati puncaknya, Arsen bisa merasakan itu karena tubuhnya yang semakin merasa panas seperti terbakar. Pemuda itu menangkap leher salah satu dari para vampire yang menghadangnya, melemparkan nya ke tembok dengan bunyi berdentum sementara satu lagi diberi nya tendangan meski Arsen yakin tidak akan cukup berpengaruh untuk menghentikan nya.
"Arsen."
Arsen menoleh, Puteri Irene dan Helena sudah sampai di undakan tangga sementara Maxime masih sibuk membakar beberapa vampire yang seperti nya sangat berani kendati sudah melihat beberapa dari mereka sudah musnah menjadi abu oleh api putera Hades itu. Arsen mengangguk sekilas pada Helena, lalu pandangannya beralih pada Puteri Irene yang seperti tak rela pergi dari sana.
"Ayo!"
Arsen bisa mendengar Helena yang berseru pada Puteri Irene sambil menarik tangan sang puteri lalu kedua nya menaiki tangga. Sedikit lega, Arsen dan Maxime saling berpandangan lalu kemudian bergabung dengan teman-teman nya yang lain untuk memusnahkan para vampire kelaparan itu.
Cedrik menyunggikan senyum, tak ada sedikitpun raut kegelisahan di wajah pucat nya. Malahan, lelaki itu terlihat sangat menikmati pemandangan yang tersaji di depan mereka bertiga. Kemudian dia menoleh pada Dexter yang berdiri di sebelah kiri nya, "Dexter, seperti nya ada yang berusaha melarikan diri." Cedrik menunjuk pada Helena dan Puteri Irene yang baru saja menaiki undakan tangga dengan tergesa. "Kau ingin bersenang-senang? Aku tidak keberatan menyaksikan pertunjukan yang lebih bagus lagi."
Seolah mengerti, Dexter balas tersenyum lalu segera melesat terbang ke undakan tangga menahan jalan Helena dan PuterI Irene, sang puteri terpekik terkejut, sementara Helena segera menarik Puteri Irene untuk berlindung di balik tubuhnya. "Apa kalian pikir bisa pergi semudah itu? Kalian ingin mencari bantuan?" tanya Dexter.
"Menyingkir dari jalanku, kau pelayan rendahan!" Helena tersungkur setelah nya, Dexter menamparnya begitu keras hingga tubuhnya membentur dinding dan merosot ke bawah, puteri Irene cepat-cepat membantu Helena berdiri.
"Jangan menguji kesabaranku!" desis Dexter, "kalian pikir akan mendapat bantuan di luar sana? Mereka juga pasti sekarang sedang sibuk menghadapi vampire kanibalku yang lain nya." Dexter tersenyum mengejek.
Sialan! Helena mengumpat dalam hatinya, pasti mereka sudah merencanakan hal ini juga. Membuat pengalih perhatian agar tak ada yang tahu kalau mereka juga sedang terancam di bawah tanah ini.
Dexter lalu mengarahkan pandangan pada Puteri Irene yang juga balas menatapnya dengan tajam, sudut bibir lelaki itu terangkat, tersenyum tipis sambil mengambil satu langkah maju. "Kau cukup berani dari pada yang aku pikirkan, Puteri." entah itu pujian, atau ejekan. Puteri Irene tak peduli, dia mendekus seakan menantang Dexter. Helena pikir Puteri Irene sudah gila, hingga senekad itu tanpa terlihat takut sedikitpun.
"Keturunan Elios tidak pernah takut pada apapun!"
"Kau benar-benar menarik." Dexter menyentuhkan tangan nya pada pipi puteri Irene, "bagaimana kalau kau bergabung bersama kami? Aku akan membuatmu hidup abadi." Dexter menjanjikan.
"Jangan harap!" Puteri Irene menghunuskan belati nya hendak mengarahkan nya pada wajah Dexter, namun sial nya Dexter bisa membaca gerakan itu dan langsung menepis belati sang Puteri hingga terpental entah kemana. Tangan Dexter meraih leher Puteri Irene, mencengkramnya hingga tubuh sang puteri terangkat dari tanah.
"Lepaskan dia!" Helena berusaha membantu saudara nya namun satu tangan Dexter yang bebas berhasil meraih lengan Helena dan melempar tubuh gadis vampire itu ke bawah. "Irene!!"
Jerit kepanikan Helena mengalihkan perhatian mereka yang sedang berkelahi, termasuk Arsen yang seolah mendengar suara sang puteri memanggil namanya dengan lirih. Dada Arsen bergelak marah, dengan langkah yang tegap dia dengan mudah menerobos para vampire yang mencoba menyerangnya, mencabik nya bahkan tanpa melihat apa yang telah dia lepas dari tubuh para vampire itu. Mata nya hanya tertuju pada puteri Irene yang terlihat kesakitan berada di dalam cengkaraman Dexter.
Arsen lalu berlari, tubuhnya terasa semakin terbakar bersama emosi nya yang semakin naik. "JAUHKAN TANGANMU DARI MATE KU!!!" teriakan menggema, lalu menendang tubuh Dexter hingga terpental, sementara Arsen menangkap tubuh Puteri Irene dalam pelukan nya.
Mereka, teman-teman nya tentu ingin menuntut penjelasan Arsen atas teriakan nya barusan. Ini jelas bukan sebuah pengakuan yang main-main, Arsen Morigan mengklaim seorang gadis sebagai mate nya jelas membuat mereka semua terkejut di tengah ketegangan yang sedang terjadi, apalagi River, yang meskipun dia sudah menaruh kecurigaan namun tak ingin berspekulasi lebih sebelum Arsen mengatakan sendiri pada nya. Tapi agaknya mereka harus menahan pertanyaan mereka dulu, masih ada pertempuran yang harus mereka selesaikan di sini.
Dan sial nya, para vampire kanibal itu terlihat semakin lapar.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
FantasyOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...