[33] : Son of Lucifer

3.8K 810 47
                                    

Maxime merasakan kekuatan cengkraman Cedrik pada lehernya. Memang tidak terlalu keras, namun berhasil membuat nyali Maxime menciut seketika. Meskipun dia anak Hades--yang katanya ditakuti banyak orang itu-- Maxime masih cukup waras untuk menyadari bahwa lawannya kali ini bukan orang sembarangan.

Maxime diam-diam menarik kata-katanya kembali untuk melempar apinya pada Cedrik, lagi pula lelaki di hadapannya ini penuh dengan siasat dan kelicikan.

Dari pada itu, Maxime yang masih merasakan cekikan Cedrik pada lehernya sedang berpikir, tentang perseteruan Draco dan Hades di masa lalu, apa yang terjadi saat itu sampai-sanpai Cedrik menyimpan dendam sampai saat ini pada Hades, juga padanya yang jelas tidak tahu apa-apa. Selama ini dia mengira Draco dan Hades memiliki hubungan yang dekat, atau mungkin tidak terlalu dekat. Setidaknya keduanya saling mengenal baik, mungkin. Dan itu yang menjadi alasan waktu itu Draco menjemputnya ke Speranta. Apa dia salah menduga selama ini?

"Ayahku..pasti..berbuat..seperti itu..karena ayahmu..melakukan kesalahan!" oh ya, sekalipun dia merasa takut sekarang ini, agaknya mulut besarnya tidak bisa dibungkam dengan mudah. Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya, tanpa mempertimbangkan apa yang bisa Cedrik lakukan selanjutnya.

"Kau!!" Maxime tercekat, cekikan itu bertambah kuat. Kekuatannya mampu mengangkat tubuh Maxime beberapa centi dari tanah.

"Lepaskan dia!" Ken menyeruak maju tanpa bisa ditahan, berusaha menjangkau Cedrik. Namun yang terjadi selanjutnya adalah jeritan kesakitan Ken yang tersungkur di lantai memegangi lehernya yang terasa panas. "Akhhhhh!!"

Semua mata itu tertuju pada Ken, Arsen sigap menghampiri panglimanya. Sementara yang lain kemudian menatap Cedrik yang masih berdiri di tempatnya dengan mata keemasan dan bibir merapal sesuatu yang tidak mereka mengerti.

"Hentikan! Hentikan kutukan itu!" Arsen berteriak putus asa pada Cedrik, Ken masih kesakitan di dalam pelukannya, lehernya terlihat memerah.

Cedrik berhenti merapal, Ken berhenti menjerit. Rasa sakitnya tiba-tiba lenyap, napasnya terputus-putus. Dibantu Arsen pemuda itu berdiri limbung. "Ternyata ada bagusnya ayahmu mengajariku kutukan Lacnos." Cedrik sedikit menyeringai pada Arsen, "Guru yang paling aku hormati itu, padahal aku berharap kau mau bergabung denganku, Arsen."

"Tidak akan!" geramnya, seandainya saja ayahnya masih hidup, mungkin pria itu akan merasakan kecewa yang sangat Karen melihat muridnya yang berubah menjadi monster penuh kelicikan.

Cedrik hanya membalas dengan senyum miring sama, lalu kembali pada Maxime yang berusaha melepaskan cekikan Cedrik sedari tadi. "Apa yang harus aku lakukan padamu sekarang?" tanyanya.

"Master." Vernon bersuara, membuat Cedrik menoleh sedikit pada pemuda yang kini tengah berdiri di samping salah satu dari tiga pilar yang mengelilingi peti batu. "Anda masih punya banyak waktu untuk membalas dendam padanya, nanti, saat kegelapaan sudah bangkit."

Cedrik menoleh lagi pada Maxime, "Kau benar, Vernon. Aku masih memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang dengan anak ini, nanti." Cedrik melemparkan Maxime kepada teman-temannya, Axel dan River sigap menangkapnya. Maxime terbatuk-batuk, leher Maxime memerah bekas cekikan Cedrik. Untuk saat ini, Maxime berterima kasih kepada dewa karena dia bukan manusia biasa, karena dia jamin, manusia biasa tidak akan bisa selamat setelah mendapat cekikan begitu keras dari Cedrik.

"Kalian tidak akan pernah mendapat apa yang kalian inginkan!" ucap Rex, "Kami akan menghentikan kalian!" Rex bersiap, memegangi kalungnya, ingin segera menghunus pedang itu pada para pengkhianat di depannya.

Cedrik tertawa, tawanya menggema di ruang bawah tanah itu. Cukup keras, "Tidakkah kalian pernah mendengar ungkapan, peraturan itu ada untuk ditaati. Ramalan itu, ada untuk digenapi." katanya, sembilan orang di depannya bergeming, mungkin berpikir kalau-kalau mereka pernah mendengar ungkapan itu. Bukan tentang peraturan, tapi ramalan. Tidak, tidak, mereka belum pernah mendengarnya.

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang