Berbeda dengan isi di dalam kastil Elios yang memiliki banyak lukisan dan pajangan, kastil Vlad lebih sederhana, hanya ada beberapa lukisan yang terpasang di dinding kelabu kastil, lampu-lampu dari lilin yang tergantung di langit-langit kastil, beberapa pelayan yang menatap waspada pada ke delapan orang yang berjalan di belakang majikan mereka.
“Kita tidak sedang dijebak, kan?” bisik Aro pada Rex yang berjalan di sampingnya, “Kita tidak akan diumpan pada vampire yang kelaparan, kan?” tanya Aro lagi, sekedar memastikan.Rex mendesah kesal, “Mana aku tahu. Verlander!” ayolah, kepalanya sekarang sedang dilanda pusing berkepanjangan karena kata-kata Helena saat di luar tadi.
Helena dan Aura berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna cokelat, tidak ada pelayan di depan pintu. Jelas, ini bukan kastil Elios di mana para penjaga setia berdiri di depan ruangan untuk membukakan pintu.
Helena menarik kedua gagang pintu besar itu, membukanya lebar. Ruangan itu seperti ruang pertemuan, empat pilar sebagi penyangga, empat tempat duduk terbuat dari batu yang kokoh yang dipahat menyerupai kursi kerajaan membentuk huruf U.
Tidak ada siapa-siapa di sana, ruangan itu kosong, mereka jadi curiga kalau-kalau pertanyaan Aro tadi benar adanya, bahwa mereka dijebak.
“Kenapa kami di bawa ke sini?” River menyuarakan pertanyaan yang juga ingin diajukan teman-temannya.
“Tunggu saja, mereka akan segera datang.” Jawab Aura.
“Mereka siapa?” kali ini Maxime bertanya.
Aura mengulas senyum tipis, “Mereka.” Aura menunjuk ke belakang mereka dengan dagunya.
Semua menoleh ke belakang, dua sosok pria berjalan tergesa masuk ke dalam ruangan. Yang satu berambut panjang abu-abu dengan setelan kemeja hitam dipadu dengan rompi kulit, sementara sosok yang lain mengenakan kemeja putih dengan coat hitam panjang, serta sebuah tongkat berkepala naga tergenggam di tangannya.
“Kenapa banyak bau aneh di dalam kastil ini?” seru si pria berambut abu-abu.
“Kenapa aku mencium bau anjing basah di dalam kastilku?” suara berat itu membuat Ken dan Arsen meneguk ludah.
Ayolah, yang mereka berdua hadapi kali ini bukan half blood yang masih memiliki sisi manusianya, mereka itu berada di sarang vampire sungguhan.
“Philip, Redmund.” Aura menyapa dua pria yang kompak menghentikan langkah mereka ketika melihat gerombolan River di sana.
“Apa yang makhluk-makhluk ini lakukan di kastil kita?!” suara berat itu menggelegar membuat mereka tersentak kaget, bahkan tanpa disadari, Irene sudah memeluk lengan Arsen kuat.
Aura merotasikan matanya, “Philip, bersikap baiklah pada tamu-tamu kita.” Aura mendekat pada dua pria yang wajahnya mengeruh.
“Kau yang membiarkan mereka menginjak kan kaki di kastil kita, Aura?”
“Iya, Redmund.” Aura menjawab pertanyaan pria yang tengah menatapnya penuh kecurigaan namun terlihat tenang itu.
“Usir mereka dari sini!” Bentak Philip,
“Kau tahu, tidak boleh ada darah campuran yang menginjakan kaki di kastil kita, Aura.” Desisnya tepat di wajah Aura.Aura mendorong Philip ke belakang, “Anak itu datang ke sini untuk mencari seseorang.” Aura kemudian berjalan ke arah River, lalu menarik tangan River, membawanya ke hadapan Redmund dan Philip yang memasang badan lebih waspada, bahkan Philip sudah mengeluarkan taringnya.
Aura mendengus, “Ayolah, kau tidak perlu mengeluarkan taringmu, Philip. Tidak baik dilihat anak-anak itu.” Suara Aura sangat tenang, berbanding terbalik dengan River yang sudah ketakutan setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
FantasíaOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...