Oriver, kembali ke Gryha dengan langkah ringan, senyum mengembang dan hati yang hangat setelah menyelesaikan semua kesalahpahamannya dengan Daryn. Meski begitu, masih ada yang mengganggu pikiran River sekarang.
Apa yang akan dia lakukan setelah ia menemukan jawaban dari pertanyaannya?
River mendorong gagang pintu kayu itu, sedikit terkesiap karena di dalam ternyata sudah ada teman-temannya –lengkap, ditambah Helena yang sedang bersandar pada bingkai jendela, membelakangi sinar matahari membuat wajahnya tidak terlalu terlihat. Namun, gadis vampire itu kemudian beranjak mendekat ketika River melangkah memasuki kamar.
“Bagaimana?” tanya Aro.
“Kau sudah mendengarkan penjelasan ayahmu, kan?” Axel juga bertanya.
“Apa kita harus mengemas barang sekarang?” tanya Rex, namun bulu kuduknya sedikit meremang ketika matanya menangkap mata Helena yang mendelik tidak suka pada pertanyaannya.
River menghela, “Bisa kalian bertanya satu-satu?” River balik bertanya, dia menuju nakas, menuang air putih ke gelas tinggi ramping.
“Kau harus segera menjawabnya, River.” Desak Rex, “Ini masalah hidup dan matiku.” Lanjutnya dengan sebuah bisikan, berharap seseorang yang tidak dia inginkan untuk mendengar perkataannya tidak mengetahui, tapi sepertinya dia lupa, bahwa Helena Vladimir adalah seorang vampire dengan telinga super tajam seperti yang dimiliki Axel dan River.
Teman-temannya saling bertatapan bingung, namun enggan menanggapi perkataan Rex. Mereka lebih tertarik untuk mendengar apa saja yang dibicarakan River dengan ayahnya. Walaupun mereka tahu, mungkin itu sangat bersifat pribadi, tapi setidaknya mereka tahu apa keputusan yang River ambil setelah ini.
Lagi, River menghela, “Ayah sudah menjelaskan semuanya,” River tidak berniat untuk menceritakan semua yang dikatakan ayahnya kepada teman-temannya, setidaknya, tidak sekarang.
“Kami sudah menyelesaikan kesalah pahaman ini.” Lanjutnya.
“Lalu?” Kali ini Arsen benar-benar tidak sabaran.
“Kami sudah berdamai, kalian tidak perlu khawatir.” Jawab River sambil mengangkat bahu.
“Jadi, kita akan tetap pergi? Atau tinggal?” tanya Maxime sembari membetulkan letak duduknya menjadi bersila.
“Untuk yang satu itu…” River melempar pandang pada Helena yang sedari tadi mendengarkan sembari bersidekap, “Kau tidak keberatan kalau kami berada di sini sedikit lebih lama?” tanyanya, “Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang keluargaku.”
Helena tersenyum cerah, kemudian menghampiri River, menarik bahu saudaranya itu dengan semangat, “Tentu saja! Kau memang harus lebih banyak mengetahui tentang nenek moyangmu, bung!” Helena melepaskan rangkulannya lalu beralih pada Rex yang spontan mundur selangkah hingga membentur nakas, “Bunny! Akhirnya aku bisa melihatmu lebih lama lagi.” Katanya, beruntung Helena masih bisa menguasai dirinya untuk tidak memeluk pemuda yang menatapnya dengan pandangan horor itu. Karena, sumpah! Dia tidak bisa menolak wangi teratai yang menguar dari tubuh Rex.
Ah, aku ingin pulang!
Sayangnya, kata-kata itu hanya bisa diteriakan Rex dalam hatinya.
***
“Jadi kau tetap membiarkan mereka berada di sini?!” suara Philip bergema di ruang pertemuan itu.
Pria itu naik pitam, pasalnya, Daryn dengan semangat yang menggebu-gebu menceritakan bahwa dia dan River sudah menyelesaikan masalah mereka, bahwa anaknya sudah mengerti alasan kenapa mereka berpisah, bahwa River akan tetap berada di Vlad untuk jangka waktu yang lama.
“Aku baru saja bertemu dengan anak ku, Philip. Apa kau ingin aku kehilangan dia lagi?” Daryn balik bertanya, “Lagi pula, Oriver berhak berada di sini, dia anak ku!”
Philip memalingkan wajah pada Daryn, matanya berkilat merah, “Kau pikir, hanya kau yang pernah kehilangan anak? Aku! Lebih dulu merasakan itu dari pada kau!” haruskah Philip mengingatkan Daryn kembali, apa yang terjadi pada dua anaknya? Troy dan Audrey. Audreynya yang malang, demi membantu Daryn dia harus kehilangan nyawanya.
Ada rasa bersalah terpancar di mata Daryn, “Philip, mengertilah, kali ini saja.” Pintanya.
“Kau yang harusnya mengerti!” Philip menudingkan tangannya pada Daryn, “Kau tahu tidak boleh ada darah campuran di kastil ini, Daryn!”
Daryn menampik tangan Philip kasar, “Kau terlalu percaya pada ramalan itu, Philip! Sampai sekarang, ramalan itu tidak pernah terbukti!”
“Karena tidak pernah ada darah campuran di kastil ini! Dan kau, membawa darah campuran itu masuk ke dalam kastil kita! Kau yang akan membuat ramalan itu menjadi kenyataan.”
“Cukup!” Lagi-lagi, Aura harus turun tangan memisahkan pertengkaran Philip dan Daryn. Sementara Redmund, pria itu sedari tadi hanya memperhatikan, meski nampak berpikir, tapi ia tidak mengatakan apa-apa, dan itu membuat Aura kesal. “Philip,” Aura menatap Philip, mendorongnya untuk mundur selangkah, “Biarkan Daryn bersama anaknya kali ini, mereka sudah terlalu lama berpisah. Aku yakin, tidak akan ada sesuatu yang terjadi.”
Philip masih menatap Daryn nyalang, “Terserah kalian saja!” lalu Philip menghilang dari ruangan itu begitu saja.
Daryn mendesah kasar, melempar pandangan pada ayah angkatnya, “Ayah.” Setidaknya, dia ingin Redmund menyetujui permintaannya.
“Lakukan apa yang kau anggap benar.” hanya itu, lalu Redmund ikut menghilang seperti Philip.
Hanya tinggal Daryn dan Aura, Daryn menatap lantai batu di bawahnya, berperang dengan pikirannya sendiri.
“Daryn..” Aura meletakan tangannya pada bahu Daryn, membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya pada Aura.
“Apa keputusanku salah?” tanyanya.
Aura tersenyum lembut, senyum yang sama seperti setiap kali Calista menasihati Daryn ketika dulu ia masih belum bisa menahan dahaganya, “Mereka pasti akan mengerti, kau juga berhak bahagia.”
Mungkin, mereka memang monster. Tapi mereka juga berhak mendapat kebahagiaan. Setidaknya, kebahagiaan dari keluarga mereka sendiri.
✖✖✖
Selamat berjumpa kembali dengan Oriver dkk
KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
ФэнтезиOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...