Untuk rencana penyusupan yang satu ini, mereka agaknya harus menunggu waktu yang tepat meski rasanya mereka hampir kehabisan waktu karena hari itu adalah hari di mana gerhana bulan akan terjadi. Hari yang menentukan apakah mimpi River dan ramalan itu akan menjadi kenyataan, apakah pintu ratapan itu benar-benar ada? Atau, apakah mereka bisa menghentikan kegelapan itu bangkit, atau... Malah sebaliknya?
Kastil Vlad sudah terlihat sibuk dari pagi buta meski persiapan untuk mengadakan pesta gerhana bulan sudah dilakukan sejak beberapa hari. Para pelayan melesat ke sana dan kemari membersihkan kastil vlad, mengganti lampu-lampu dan lilin, wangi dari lilin-lilin itu terlalu menyengat, bahkan Ken bersin-bersin sejak dia menginjakan kaki di kastil utama karena bau yang menyentuh indera penciumannya. Rasanya, hidungnya semakin sensitif saja.
Lain Ken, lain Aro. Hidung putera Zeus itu lebih peka terhadap wangi masakan. Dia langsung masuk ke dapur saat mencium harum masakan di sana. Aura tengah bersama beberapa pelayan, sibuk dengan wajan dan kompor. Pemandangan langka yang juga membuat air liur Aro terbit melihat makanan yang terhidang di meja dapur.
"Sekarang bukan saatnya memikirkan makanan, Aro!" Rex memukul punggung temannya kesal. Raut wajahnya sejak tadi pagi tidak terlalu senang, lebih banyak menghela napas dari pada biasanya.
"Kenapa jadi kau yang marah-marah, sih?" Aro mendengus, lalu melempar pandang pada teman-temannya yang lain. Mencari jawaban atas tingkah aneh Rex.
"Dia terlalu gugup untuk menyusup ke kamar Helena. Aww!!!" Ken mengaduh sambil berjinjit memegangi kakinya yang diinjak tentu saja dengan kesengajaan oleh Rex yang sudah membuang wajah ke arah lain, raut wajahnya semakin kusut.
Aro tertawa kecil lalu menarik pundak saudaranya, membuat Rex mendekat. "Dia toh tidak akan membunuhmu kalau tahu kau menyusup ke kamarnya, aku jamin itu." Aro mengerling pada Rex yang semakin menekuk wajah.
"Teman-teman..," Axel membuat fokus berpindah padanya, "Kita harus bergerak sekarang," pemuda itu menatap bulan yang mulai naik dari balik jendela. "Bulan sudah muncul."
Helaan napas River yang terasa berat mengundang perhatian teman-temannya juga, "Apa semua akan baik-baik saja?" dia menatap teman-temannya satu persatu, jujur saja dia ragu, dia tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini. Ditambah perihal Arsen dan Ken.
Arsen menghampiri River, pemuda itu tahu kegundahan apa yang sedang menyerang River. "Semua akan baik-baik saja, kalau kita bergerak sekarang." katanya.
River yang semula menyandar pada pilar menegakan badan, pandangan hangat teman-temannya membuat kepercayaan diri River bertambah. "Kita bergerak sekarang." perintahnya.
***
Ketujuh langkah kaki itu berderap sepanjang lorong, sesekali menyunggingkan senyum palsu pada para pelayan yang membungkuk hormat pada mereka.
"Tuan River," River membeliak terkejut, menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat teman-temannya yang lain bertabrakan punggung dengan wajah. " apa yang sedang anda lakukan di sini? Sebentar lagi akan ada gerhana." Tanya Dexter yang berpapasan dengan mereka tepat saat ketujuh pemuda itu hendak keluar ke kebun belakang.
"Oh, Dexter." River mengulum senyum kaku, "Mmm.. tidak, kami mau ke istal. Axel ingin belajar berkuda lagi, iya, kan?" River menyikut Axel yang berdiri di sampingnya.
"Uh.. iya." Axel menjawab sekenanya.
"Hanya sebentar, kami akan kembali saat gerhana dimulai." River meyakinkan.
Sebelah alis Dexter terangkat, River menggigit bibr bawahnya berharap vampire itu tidak menanyakan lebih lanjut. River menghela napas tertahan setelah Dexter akhirnya tersenyum, "Baiklah, semoga tuan Axel cepat bisa menunggang kuda." Kemudian Dexter pergi ke kastil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
FantasíaOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...