[4] : Petunjuk

5.1K 984 95
                                    

Oriver, membasuh wajahnya di danau Teros. Pantulan wajahnya yang sempurna tercetak di air berwarna keperakan yang terlihat berkilauan tersentuh cahaya matahari pagi.

River berbalik, memperhatikan teman-temannya yang sedang membongkar tenda dan memasukan peralatan mereka ke dalam tas. River tahu, pikiran mereka sekarang penuh dengan pertanyaan, tentang apa yang terjadi pada River, mimpi apa yang membuat River sampai harus dibangunkan seperti tadi pagi.

River menghela napas, mungkin sekarang saatnya dia memberitahu mimpi yang selama beberapa minggu ini menghantuinya.

“Teman-teman.” Panggilan River membuat teman-temannya menghentikan kegiatan untuk sekedar menatap River yang berjalan mendekat. “Ada yang ingin aku bicarakan.”

Mereka duduk melingkar, River gugup karena tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian mereka. River mengambil napas sebelum menatap teman-temannya satu persatu. “Maaf sudah membuat kalian khawatir tadi pagi.”

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu, River?” tanya Aro.

“Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dari kami, dariku.” Axel menatap tajam pada River yang duduk di seberangnya.“Bukan sekali ini saja aku mendengarmu mengigau seperti itu.”

Mata River melebar, “Kau..”

“Aku beberapa kali mendengar kau mengigau saat malam.” Axel menghela napas, sebenarnya sudah dari lama dia ingin menanyakan perihal River yang lebih sering mengigau setiap malam. Namun dia tidak ingin River tersinggung, River selalu membagi cerita apapun padanya.

Tapi, kalau sekarang River tidak memberitahunya tentang apa yang terjadi, Axel tidak akan memaksa, dia yakin River memiliki alasan sendiri.

“Jadi?” Maxime bertanya tidak sabaran.

River menghela napas, matanya tertuju pada ujung sepatunya sebelum menjawab.

“Beberapa minggu ini, aku sering mendapat mimpi. Mimpi yang sama, mimpi yang terus berulang. Aku melihat seorang puteri bernama Ariana, juga seorang pria bertudung hitam yang aku tidak tahu siapa namanya. Aku berada di sebuah kastil yang tidak aku ketahui, aku bahkan tidak yakin itu berada di Constantine.”

“Sejak kapan kau mengalami mimpi itu?” tanya Aro pada River yang sibuk menyabuti rumput guna mengusir kegugupan.

“Sejak pulang dari Speranta.”

“River, apa kau sudah minum air mata naga merah yang diberikan Master Cedrik padamu?” tanya Arsen kemudian.

River mengangguk, lalu dia mendongak. Tatapan mata teman-temannya seperti menyiratkan kesimpulan yang sama. River rmerutuki dirinya sendiri karena tidak menyadari lebih cepat bahwa mungkin saja itu akibat dari air mata naga merah yang sudah dia minum.

River menelan ludah, “Jadi, maksudnya ada kemungkinan kalau yang aku lihat dalam mimpi itu adalah..”

“Orang tuamu.” Rex menarik kesimpulan,teman-temannya yang lain mengangguk menyetujui.

Mata River melebar, benarkah itu? Benarkah yang dilihat River dalam mimpinya adalah kedua orang tuanya? Tapi dimimpinya yang terakhir Ariana..

“Ada apa?” tanya Axel ketika menyadari wajah River  yang  berubah sedih.

“Dimimpiku yang terakhir, aku melihat puteri Ariana dibawa ke ruang bawah tanah karena mengandung anak dari monster. Apa.. apa yang mereka sebut monster itu.. ayahku?”

“Hei, jangan menarik kesimpulan dengan gegabah.” Rex menarik bahu River, merangkulnya erat. “Kita harus mencari tahu tentang puteri bernama Ariana itu.”

Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang