Selama ini, Puteri Irene selalu berpikir ada yang ditutup-tutupi oleh tujuh pemuda yang sekarang tengah duduk dengan bahu tegang dan kaki bergerak gelisah.
Sejak kejadian aneh yang terjadi pada River di tepi danau waktu itu, Puteri Irene sudah menduga-duga apa yang terjadi, alasan lain dibalik kedatangan mereka ke Ignored, wajah-wajah serius mereka yang kerap kali terlihat meski sama dibalik gelak tawa mereka.
Kali ini, Puteri Irene tidak akan membiarkan dirinya dibodohi lagi. Sudah cukup dia bersikap seperti tidak tahu bahwa ada yang tidak benar di sini.
“Helena akan memberitahu di mana keberadaan tumbuhan yang kalian perlukan itu. Kalau kalian menjawab pertanyaanku dengan sejelas-jelasnya.” Kata sang Puteri sembari bersidekap, “Apa yang kalian sembunyikan selama ini? Apa alasan kalian datang ke Ignored?” tanyanya.
“Kau sudah tahu, Irene. Untuk mencari orang tuaku.” River berusaha memberi alasan, dia tidak berbohong, bukan? Dia memang berniat mencari keberadaan orang tuanya di Ignored. Tapi River tahu, saudaranya itu bukanlah perempuan yang mudah ditipu dan mempercayai perkataannya begitu saja.
“Alasan lain kalian.”
“Irene,” Helena menyela, “Sudahlah, lihat, mereka ketakutan karena melihatmu marah seperti ini, Tuan Puteri.” Helena berusaha membujuk, merangkul saudarinya namun Puteri Irene menolak untuk dirangkul.
“Lalu, kau mau dibodohi oleh mereka?” tanya Puteri Irene pada Helena.
“Kami tidak membodohinya!” elak Maxime sembari mendongak menatap pada Puteri Irene, meski selanjutnya dia kembali menunduk karena sang Puteri menatap nyalang padanya.
Puteri Irene mendekati mereka bertujuh, “Katakan padaku, apa yang berusaha kalian tutupi selama ini, River.”
River menghela napas, pemuda itu mendongak, “Baiklah, aku akan ceritakan semuanya pada kalian berdua.”
“River!” teman-temannya memberi kode untuk tidak melakukan hal itu, bukan mereka tidak mempercayai keduaa gadis itu. Tapi, mereka tidak ingin Puteri Irene dan Helena terlibat dalam semua ini, apalagi kalau persoalan ini sangat berbahaya bagi mereka.
“Mereka berhak tahu, mereka keluargaku. Keluarga tidak akan saling membohongi.” Katanya, lalu dia kembali menatap Puteri Irene dan Helena bergantian. “Selain untuk mencari keluargaku, kami juga datang ke sini untuk mencari satu orang lagi. Vernon Armstrong.”
***
Ini, adalah cerita yang paling panjang yang pernah Oriver ceritakan. Bahkan, dulu saat dia dan Axel diminta untuk menjadi pembaca cerita di acara anak-anak Constanta, cerita yang dia bacakan tidak sepanjang ini, juga tidak semenakutkan ini.
River, sedikit takjub dengan Puteri Irene dan Helena yang mendengarkan dengan tenang, bahkan ekspresi wajah mereka tidak terlihat takut sama sekali. Justru lebih banyak terlihat mengerutkan dahi, atau mengangkat sebelah alis mereka.
River, tentu saja tidak menceritakan semua cerita utuhnya, setidaknya dia tidak menceritakan tentang ramalan Maddison, tentang sang kegelapan itu. Dia hanya mengatakan bahwa dia mendapat penglihatan dalam mimpi, bahwa si pengkhianat Vernon Armstrong besar kemungkinan bersembunyi di dalam kastil ini, dan menaruh kecurigaan bahwa pemuda itu akan muncul saat gerhana bulan beberapa hari lagi.
“Kami benar-benar membutuhkan tumbuhan itu.” Kata Ken, “Kami bisa saja pergi dari Vlad sekarang juga, tapi kami tidak bisa meninggalkan teman-teman kami sendirian di sini dan mungkin menghadapi bahaya.” Katanya lalu mengedarkan pandangan dan berakhir pada Helena yang masih mendengarkan dengan seksama. “Jadi, tolong beritahu kami di mana tumbuhan itu berada.”
Helena mengambil napas, dalam pikirannya sekarang dia tengah menimbang-nimbang sesuatu namun dia tidak ingin mengungkapkannya sekarang. Jadi, gadis vampire itu bangun dari sofa, menuju jendela kamarnya. “Di sana, di hutan di mana pertama kali kita bertemu. Datura tumbuh di sana.” Helena menunjuk hutan di sebrang menaranya itu dengan dagunya.
River bangun dari tempat duduknya, “Baiklah, aku akan mengambilnya. Akan berbahaya kalau kalian masuk ke sana dan bertemu vampire nomaden lagi.”
“Aku akan ikut bersama River.” Axel mengajukan diri.
“Aku juga akan ikut.”
“Tidak Helena, berbahaya.”
Helena tertawa terpingkal-pingkal, “Lihat, siapa yang berbicara barusan.” Helena memberikan senyum remeh pada River. “Bung, ini wilayah kekuasaanku. Harusnya, aku yang mengatakan itu padamu. Lagi pula, hanya aku yang tahu tempatnya dengan pasti. Jadi, aku akan ikut meskipun kalian melarangku.” Helena mengambil keputusan.
“Aku juga ikut.”
Hening, semua menatap anak sang dewa perang.
“Kenapa? Aku, kan anak Ares, aku tidak takut bertarung dengan vampire nomaden itu. Aku akan menghabisi mereka semua dengan pedang Aresku.” Kata Rex sembari memegangi kalung di lehernya.
Dari tempatnya duduk, dia bisa melihat Helena tersenyum. Bukan senyum yang membuatnya ketakutan seperti biasa, tapi senyum yang diam-diam dan tanpa ia sadari membuat dadanya berdesir.
***
Mereka kira, mereka akan dibawa Helena ke jauh ke dalam hutan Vlad yang gelap dan menakutkan. Rex sudah membayangkan dia akan kembali menghunus pedang Aresnya untuk menghalau para vampire liar yang menghadang jalan mereka.
Tapi, sepertinya mereka terlalu berharap banyak dengan petualangan semacam itu di dalam hutan Vlad. Nyatanya, sampai mereka kembali ke Kastil Vlad dengan membawa datura mereka tidak bertemu dengan satupun vampire liar.
“Kalian kecewa, ya?” tanya Helena sembari meloncati batu-batu kecil di sungai yang membelah wilayah kastil Vlad dan hutan tenggara.
“Ini tidak seperti yang kami bayangkan.” Jawab Axel, dia pun berpikir mencari tumbuhan itu mungkin akan sama berbahayanya seperti River yang mencari obat untuk Arsen ke lembah kematian.
“Banyak bau vampire di sana,” timpal River, “Tapi anehnya tidak ada yang berpapasan dengan kita.”
Helena tergelak, “Mungkin mereka merasakan kehadiranku.” Lalu dia berbalik, “Kau tahu, aura vampire pembunuh itu sangat berbeda, apalagi aura pembunuh keluarga Vladimir.” Jelasnya.
River mengerutkan kening, “Aku bukan vampire pembunuh.”
Helena kembali tertawa, “Aku juga, tapi siapa yang tahu.” Dia mengedikan bahu, “Vernon juga bukan vampire pembunuh, tapi saat dia memiliki keinginan untuk membunuh, kau tidak bisa menahan monster yang memang sudah berada dalam dirimu.” Helena tersenyum tipis, kemudian berjalan mendahului ketiga pemuda itu, menyapa seorang pelayan kastil yang tengah menarik gerobak berisi rumput segar yang akan dibawa ke istal.
“Jangan dipikirkan,” Rex menepuk bahu River dan Axel, “Kalaupun itu terjadi, aku yakin kalian bisa melawan monster itu.”
River dan Axel hanya membalas dengan anggukan samar,
Monster, terkadang mereka berdua lupa, bahwa ada monster haus darah di dalam tubuh mereka.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Constantine #2 : Bangkitnya Illuminati ✔
FantasyOriver pikir dia sebatang kara, sampai sebuah simbol iluminati muncul di lehernya saat melawan Vernon Armstrong sang pegkhianat. Simbol yang dipercaya hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki garis keturunan Count Vladimir, sang Vampire penguasa per...