IV. Cha Hakyeon

214 42 14
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

Taekwoon PoV

Cha Hakyeon, detektif muda yang baru saja dipindahkan ke kepolisian Kota Seoul. Itulah yang kuketahui setelah menelusuri identitas sosok arwah itu. Awalnya aku terkejut, takut-takut jika ia hanyalah berpura-pura menjadi sesosok arwah. Namun, setelah berusaha menyentuhkan kemarin malam aku percaya bahwa ia memang sesosok arwah. Lagipula mana mungkin seorang detektif menyamar sebagai sesosok arwah? Hanya orang bodoh yang melakukan itu. Banyak trik lain untuk menyamar, kenapa harus menjadi arwah? Ckck

Entahlah aku tak mengerti kenapa bisa ada makhluk seperti dia. Tapi yang pasti, kenapa ia justru datang kepadaku? Apakah ia ingin menagih nyawanya yang hampir saja hilang karena berusaha menangkapku?

Ouh.. Cha Hakyeon, kau hanya berharap jika ingin menemukan tubuhmu. Dengan kembalinya kau aku tak akan aman, karena dirimu aku hampir tertangkap saat itu. Hanya kau yang dapat menemukan jejakku. Tak akan kubiarkan kau sampai menemukan tubuhmu lagi.

Cklek

"Taekwoonie?" kuangkat kepalaku saat sebuah suara familiar menyapa gendang telingaku. Segera kurekahkan senyumanku melihat dirinya berjalan memasuki ruang kerjaku. "Kenapa kau kesini?" tanyaku. Ia mengerucutkan bibirnya lalu kembali tersenyum.

"Aku rindu padamu, sayang. Kenapa kau selalu sibuk dengan semua ini, eoh? Tidak bekerjapun kau pasti akan hidup sejahtera bersamaku," tuturnya menarik sebelah tanganku. Kutahan dirinya untuk membawaku beranjak, surat-surat ini butuh dikerjakan secepatnya.

"Taek--/ Tidak sekarang, sayang. Biarkan aku menyelesaikan semuanya dahulu ya?" Kulihat ia sedikit berpikir lalu mengangguk dengan kecewa.

"Baiklah.."

Taekwoon PoV End

.

.

.

"Star One?" lirih Hakyeon kala melihat sebuah gedung perusahaan di hadapannya. Setelah Taekwoon berangkat bekerja Hakyeon memang sengaja berkeliling, siapa tahu ia mengingat sesuatu yang berhubungan dengan dirinya.

"StarOne? Kau hebat sekali. "

"Akhh! A-apa yang terjadi?" disentuh kepalanya saat sebuah ingatan tiba-tiba terbesit di otaknya. Siapa yang berkata demikian? Dirinya? Tapi, kapan dan mengapa?

Setelah rasa pening itu hilang Hakyeon kembali menatap gedung besar itu. Pasti perusahaan ini ada hubungannya dengan kehidupnya, ia harus mencari tahu itu. Dilangkahkan kakinya mendekati pintu masuk, setelah melihat seorang pria yang akan masuk, segera dilangkahkan kakinya mengikuti langkah pria itu. Hakyeon berhasil masuk.

"Pasti aku mendapatkan sesuatu di sini," lirihnya mulai berjalan mengelilingi gedung tersebut.

"Apa kau tahu pasal pembunuh berantai itu?"

"Siapa yang kau maksud? Pembunuh berantai?"

"Ani..bukan itu maksudku. Hanya saja.. entah kenapa kupikir semua pembunuh yang telah membunuh para saudara keluarga Ji itu satu orang yang sama."

"Jangan asal kau, polisi dengan jelas sudah menangkap pembunuhnya. Dan mereka semua orang yang berbeda."

"Ahh..lupakan saja, kenapa kita jadi membahas ini?"

Mendengar hal itu sontak mengalihkan atensi Hakyeon. Entah kenapa perbincangan kedua pria paruh baya itu terdengar amat mengasikkan. Bahkan hanya karena mendengar percakapan keduanya dapat membuat dirinya amat penasaran.

"Kenapa aku sepenasaran ini?" lirih Hakyeon bingung.

"Selamat siang, Nona Ji." Begitulah sapa-sapaan dari para pegawai perusahaan kala gadis dari pemilik perusahaan tersebut berjalan bersama dengan kekasihnya. Semua pegawai yang melihatnya segera membungkukkan tubuh mereka memberi hormat.

"Jung Taekwoon?" tanya Hakyeon kala melihat pria itu berjalan beriringan dengan gadis yang dipanggil nona Ji itu. Taekwoon yang memang berjalan tepat di hadapan Hakyeon hanya melirik pria itu sejenak tanpa menghentikan langkahnya.

"Taekwoon bekerja di sini?"

Hakyeon segera berlari kala ingat bahwa ia ingin bertanya kepada pria itu. Untung saja banyak pegawai yang berlalu-lalang melewati pintu utama, jika tidak dirinya tak akan dapat keluar dari gedung ini.

"Taekwoon ssi, tunggu!" pekiknya.

Taekwoon memang jelas mendengarnya, namun dirinya terlalu enggan mengurusi urusan arwah tidak jelas itu. Setelah sampai di depan mobilnya segera ia membukakan pintu untuk kekasihnya. "Taekwoon ssi, apa kau sudah menemukan informasi tentangku?" tanya Hakyeon tak sabaran.

"Taekwoon ssi~"

"Jung Taek—"

"Diam!" gertak Taekwoon marah. Kyunghee, sang kekasih yang terkejut dengan hal itu sontak menatap kekasihnya bingung. "Sayang, barusan kau bilang apa?" tanyanya. Taekwoon segera menatap kekasihnya lalu tersenyum kecil. "Tak apa, sebentar aku akan mengangkat teleponku dahulu."

Taekwoon menutup pintu mobilnya dan berjalan sedikit menjauhi mobilnya. "Angkat saja teleponmu dulu," tutur Hakyeon. Taekwoon menghembuskan napasnya kesal. Heol, perkara telepon itu hanya alasan dirinya untuk pergi. "Tidak bisakah kau tidak menggangguku?"

"Eih?! Aku hanya bertanya, apakah kau telah menemukan informasi tentangku atau belum. Apa aku mengganggumu?" tanyanya dengan muka polosnya. Ditarik napasnya dalam-dalam melihat tingkah polos pria di hadapannya ini.

"Tunggu aku di rumah! Jaga saja nenek sampai aku kembali."

Setelah kepergian Taekwoon Hakyeon hanya dapat menatap punggungnya bingung. Yasudahlah..ia rasa ia harus melakukan apa yang Taekwoon perintahkan.

.

.

.

TBC

Night, guyss~~

Gimana? Suka sama sifat Taek? Aih..Tidak, dia jahat:" 

Yaga?? Kzl aing wkwkwk

Wkwkwk pokoknya kasih komentar lah buat chapter ini^^

Makasih yang udah mau baca dan maaf typo bertebaran, harap dimaklumkan.

Jumpa lagii!!

#hhanie

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang