XXIX. Vengeance

132 28 2
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

"T-Taekwoon, ada apa dengannya?"

Wongeun menoleh menatap sang sahabat dalam, ia tak tahu harus bercerita dari mana. Terlalu banyak yang diketahuinya sehingga membuatnya muak. Tapi, walau bagaimana pun Hakyeon perlu mengetahuinya.

"Taekwoon berniat membunuh Ji Dongwoo, dan aku berharap kau dapat mencegahnya, Yeon ah."

Mata Hakyeon melebar. Apa? Sesuatu yang tak pernah terlintas dalam pikirannya, apakah perkataan Wongeun benar?

-1 day ago-

Tak dapat menahan rasa rindunya akan sosok N membuat Taekwoon frustasi, sampai-sampai dirinya menganggap Hakyeon adalah sahabatnya dulu itu. Sifat pria manis itu benar-benar mewakili sosok sang sahabat, jika boleh jujur, ia bahkan tak mampu membedakan keduanya saat ini.

"Neon eodiya?" lirih Taekwoon menatap paparan foto yang tergantung di dalam kamar rahasianya, seluruh foto yang dahulu sempat diambil dicetaknya semua dan digantungkannya seluruh foto itu di dalam kamar kecil itu.

Dirabanya perlahan salah foto itu, tatapannya seketika melemah mengingat semuanya. Kenapa sulit sekali melupakannya? Bahkan sudah belasan tahun terlewat dan bayangannya masih saja terngiang di otaknya.

"Eoo?" tatapan sendu kini bersilih ganti menjadi tatapan bertanya.

Taekwoon melihat salah foto di mana dirinya sedang merangkul bahu N, dan hal yang membuatnya bingung adalah raut wajah N. Kenapa wajah manisnya tampak mengeluarkan senyum palsu?

"Ahh.. Lengannya sedang sakit saat itu," tuturnya pelan mengingat kenangannya. Ia mengendus sembari menghembuskan napas lega. Bodoh sekali sampai dapat berpikir yang tidak-tidak.

"Chakaman."

Napasnya tercekat tatkala melihat foto lainnya dengan raut wajah N yang tidak jauh berbeda. Semuanya mengandung paksaan senyum, tak ada sedikitpun rasa ikhlas yang terlihat.

Tak lama matanya melebar, ada sesuatu yang salah di sini. Ia amat yakin itu.

"N ah, cepatlah sebelum Luna datang!"

"Akhh..." lenguhan justru terdengar. Seorang anak lelaki itu menggigit bibirnya berjuang menahan sakit saat sang sahabat menarik lengannya yang sebenarnya penuh lebam.

"Kau tak ingin bermain denganku lagi?" tanya sahabatnya itu mulai kesal karena melihat sahabatnya tak bergerak selangkahpun.

"M-mian—"

"Kajja!" sang sahabat kembali menarik lengannya. Erangan kecil kali ini jelas terdengar dan hal itu tak menghentikan tarikannya, namun sayang saja Luna tiba-tiba saja datang dan menghancurkan rencana pria kecil bermarga Jung itu.

Sebelum benar-benar pergi ia sempat menatap kesal ke arah sahabat bermainnya itu, mereka tidak jadi bermain akibat kelambanannya. Namun, tatapan kesalnya silih berganti dengan tatapan bertanya saat sahabatnya beranjak mengumpat. Dialihkan tatapannya mengikuti arah tatapan sang sahabat.

"Shit, pasti ini ulahnya. Sialan kau!"

Dengan langkah lebar dan senyuman menawan Taekwoon berjalan membelah lorong perusahaan. Tujuannya satu, ruang presdir alias ruang appa kekasihnya, Ji Dongwoo. Masih dengan senyumannya pria tampan itu segera berjalan masuk ke dalam ruangan tanpa perlu meminta ijin.

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang