~~Happy Reading~~
.
.
.
"Ahaha mwoya?? Aniya.. Tentu, aku akan datang akhir pekan ini. Baiklah, sampai jumpa, hyung. Jaga kesehatanmu.."
Pip
Minhyuk tersenyum.
"Aku juga merindukanmu, hyung," tuturnya pelan menatap ponselnya. Setelahnya, pria itu kembali memasuki ruangan dan duduk di bangkunya.
Hakyeon terus mengikutinya dan berdiri di belakang pria tersebut. Dilihatnya Minhyuk mengeluarkan sebuah map coklat dari laci mejanya dan mengeluarkan kertas yang berada di dalamnya.
"Institut nasoinal ilmu forensik?" gumam Hakyeon membaca tulisan di ujung kiri atas map tersebut.
Seketika mulutnya terbuka ingat. Lembaga yang berperan dalam penegakan keadilan dalam bidang sains dan ilmu. Ya.. Sudah biasa jika seorang anggota kepolisian berhubungan dengan lembaga tersebut, apalagi untuk mengungkapkan sebuah kasus, terlebih kasus pembunuhan.
Setelah beberapa menit membaca keseluruhan isi dari kertas tersebut minhyuk terdiam. "Bagaimana aku dapat mendapatkan sampelnya?" lirihnya. Hakyeon menajamkan penglihatannya guna menelisik isi dari kertas yang dibaca Minhyuk.
"Tunggu dulu.. Ini pisau dari kasus pembunuhan Ji Hoonjae, kenap—Astaga, Minhyuk.." ucapan Hakyeon terhenti kala Minhyuk membangkitkan tubuhnya dan berjalan menembusnya yang tepat berada di belakangnya.
"Akhh.." rintih Hakyeon saat Minhyuk menembusnya. Ada sedikit rasa sakit yang dirasakannya kala pria itu melewatinya.
Minhyuk menghentikan langkahnya. Matanya bergerak menelusuri seisi ruangan yang tak berpenghuni selain dirinya. Setelahnya ia menghembuskan napasnya.
"Cepat kembali, Hakyeon ah.."
Hakyeon tersentak.
Dirinya menatap pria itu berjalan keluar dari ruangan masih dengan tatapan tak percaya.
.
.
.
Cklek
Ditutupnya kembali pintu kamar Taekwoon, kemudian ia melangkah menuju sebuah pintu yang berada di samping lemari Taekwoon. Pintu tersebut memang jarang sekali nampak terbuka, namun Hakyeon pernah sekali berkunjung dan menemukan berbagai senjata milik Taekwoon berada di dalamnya.
Pintu tersebut berhasil dibukanya, lalu pemuda manis itu menyalakan saklar lampu. Nampaklah seluruh perabotan rahasia Taekwoon, di sana terdapat berbagai model pistol, pisau, dan juga senapan. Tak luput pula berbagai obat-obatan menghiasi rak-rak di atas dengan jejeran yang rapi.
Puas berkeliling Hakyeon tersenyum mengetahui tebakannya benar. "Kenapa tak kau katakan jika bukan kau pelakunya?" gumam Hakyeon.
Blam
Ditutupnya kembali pintu ruangan tersebut. Tak lama suara pintu kamar Taekwoon terbuka menampakan sang pemilik dengan wajah lelahnya. Pria tampan itu segera melonggarkan dasinya, dan melempar tas beserta jasnya ke atas sofa.
"Hahh.." hembusan napas panjang terdengar setelah dirinya merebahkan tubuhnya.
Hakyeon berjalan pelan menghampiri pria itu. Dirundukkan kepalanya tepat di atas wajah Taekwoon. "Ada yang terjadi di kantor? Pergilah mandi dulu, lalu makan malam," tutur Hakyeon pelan.
Taekwoon membuka matanya dan langsung dihadapkan oleh manik indahnya. Tubuhnya seketika menegang. Entah sudah keberapa kali dirinya merasakan hal ini, ia tak mengerti apa alasannya.
"Eoh?" lirih Taekwoon berusaha untuk sadar.
Hakyeon mengangkat kepalanya lalu berdecak. "Ck, kau selalu saja melupakannya kan," tuturnya santai. Ia beranjak menuju sofa dan duduk di atasnya.
"Cepatlah! Halmon sudah menunggumu, kau ini selalu membuat orang menunggu ya."
Tak tahu karena alasan apa Taekwoon dengan mudah menuruti perintah Hakyeon. Pria tampan itu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Tunggu dulu.. Apa maksud ucapanku tadi?" lirih Hakyeon memikirkan kembali ucapannya beberapa saat lalu. Kenapa ia merasa ada yang salah dengan ucapannya? Terasa familiar.
Srassh
Kucuran air mulai membasahi sekujur tubuh tegapnya. Taekwoon kembali mengingat percakapannya dengan Hakyeon tadi. Ia amat heran, ini kali pertama setelah sekian lamanya ia menuruti perintah seseorang lain selain keluarganya tanpa paksaan.
"Ya Tuhan.. Apa aku sangat merindukannya sampai berpikir seperti ini?"
Taekwoon sempat berpikir bahwa Hakyeon adalah Nnya. Sudah beberapa kali ia mendapati kemiripan keduanya. Sifat mereka sedikit mirip.
.
.
.
"Kau ini suka sekali menyembunyikan sesuatu ya," sahut Hakyeon saat melihat Taekwoon berjalan keluar dari kamar mandi. Pria itu menoleh dengan tatapan datarnya.
"Sikeureo."
Hakyeon menatapnya kesal. "Heish! Kau ini selalu menyuruh dan menyuruhku lagi. Tak bisakah kau bersikap lebih baik?" pinta Hakyeon yang ditanggapi senyuman olehnya.
"Hentikan senyuman serammu itu," runtuk Hakyeon kesal.
"Lihat," ujar Hakyeon memutar laptop Taekwoon yang berada di hadapannya agar dapat pemuda itu lihat.
Taekwoon mengerutkan dahinya. "Apa?" tanyanya tak mengerti kala pemuda manis itu memperlihatkannya sebuah foto senapan.
Hakyeon memutar matanya malas lalu memutar laptop tersebut menghadapnya. Diperbesar foto tersebut memperlihatkan senapan tersebut lebih jelas.
"Kau tak memilikinya, kan?" tanya Hakyeon menatap Taekwoon.
Pria itu menatap Hakyeon sekilas lalu mengalihkan pandangannya. Dilangkahkan kakinya mendekati ranjangnya dan duduk di atasnya. "Aku tak bergitu suka buatan Cina," jawabnya sembari meminum segelas air yang berada di atas nakas.
Hakyeon tersenyum, dugaannya memang benar. Menyesal dirinya telah menuduh pria itu kemarin.
"Ji Soo-ah, siapa pelaku sebenarnya?"
Pertanyaan Hakyeon sontak mengalihkan pandangan Taekwoon. Pria tampan itu menatap Hakyeon terkejut.
.
.
.
TBC
Holaaa, guyss!!!
Gimana chapter ini??? Gimme comment yaa~
Oh iya, yang belum vote buat cerita baru aku silahkan yaa vote... Sebenernya cerita setelah ini yang judulnya 'Clountysia' itu gs, gapapa kan yaa?? Genrenya fantasy.. Mirip-mirip 'I Can'.
Maaf yaaa yg bosen sama cerita aku yang bergenre fantasy-fantasy lagi. Aku bakal bikin cerita anak kuliahan bareng sama 'Clountysia'.
Thanks for reading!!
See yaa~~
#hhanie
KAMU SEDANG MEMBACA
The Invisible Detective[LeoN]
Mystery / ThrillerApa yang akan kau lakukan jika kau adalah seorang detektif, lalu tiba-tiba menjumpai sebuah kasus yang amat sulit dipecahkan. Dan buruknya lagi, suatu yang amat sial tiba-tiba menimpa dirimu sehingga kau melupakan segalanya. Bahkan kau pun melupakan...