IX. Unique Character

163 39 11
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Setelah pertemuan dengan keluarga kekasihnya, Taekwoon langsung menancap gasnya menuju taman kota. Perbincangan mereka tadi masih teriang-iang di kepalanya. Mereka terus saja mendesak agar pernikahan segera dilaksanakan, mereka mulai meragukannya. Bahkan ibu Kyunghee sempat berkata jika ia tidak segera menikahi putrinya, maka ia tidak akan dapat menikahinya lagi. Ia membutuhkan sebuah bukti keseriusan dirinya akan Kyunghee.

Helaan napas terdengar kala Taekwoon sudah menghentikan mobilnya. Kepalanya terasa amat pusing memikirkan semuanya. Entahlah apa yang akan dilakukanya setelah ini. Diangkat kepalanya setelah lelah menghembuskan napas.

"Yakk!! Kau menganggetkanku, hantu!" pekik Taekwoon terkejut kala wajah Hakyeon nampak di kaca depan mobilnya dengan tiba-tiba. Hakyeon yang melihat wajah terkejut Taekwoon sontak tertawa. Sedari tadi ia sudah berada di samping mobil Taekwoon, namun pria itu masih tak melihatnya. Ia sudah melambai-lambaikan tangannya di kaca mobil sebelah Taekwoon, namun masih saja ia tak melihatnya. Jadi, iapun memutuskan untuk kembali melambaikan tangannya di kaca depan mobil.

Taekwoon segera keluar dari mobil dan mempersilahkan Hakyeon masuk ke dalam mobilnya. "Lain kali berpikirlah jika ingin menganggetkan orang, diriku terlalu berharga untuk mati dini." Hakyeon menatap Taekwoon tajam lalu berdecak sinis.

"Heish..terserah kau. Satu lagi, jangan kau samakan aku lagi dengan hantu," protesnya.

Taekwoon hanya terdiam menanggapinya. Masa bodoh dia mau memanggil makhluk itu apa, toh ini haknya.

"Apa yang kau lakukan di taman?" tanya Taekwoon setelah mobil mereka kembali berjalan. Hakyeon menoleh sejenak lalu kembali mengalihkan pandangannya. "Menghirup udara segar, apalagi?"

Taekwoon menoleh sejenak.

"Tak ada yang dapat melihatku selain dirimu, apa yang dapat kulakukan?" tanyanya tersenyum miris. Mendengarnya Taekwoon tertawa kecil meremehkan. "Kukira kau mendapatkan teman hantu lain."

Hakyeon mengalihkan atensinya kepada Taekwoon. "Tidak usah mencoba untuk bergurau, tak pantas."

.

.

.

Hari baru telah datang lagi, kali ini terasa amat sejuk dan menyegarkan. Taekwoon bahkan sudah bergulat di dapurnya untuk memasakan sarapan untuk dirinya dan sang nenek. Semenjak kedua orangtuanya meninggal, hanya dirinyalah satu-satunya orang yang dapat mengurus sang nenek. Jadi, walau pekerjaan selalu menuntutnya untuk pergi kemanapun, ia tetap harus menjaga keadaan sang nenek. Untung saja neneknya bukanlah sosok yang banyak mau, jadi urusan neneknya tidak akan memberatkannya.

"Halmon, mau ikannya lagi?" tawar Taekwoon. Sang nenek menatapnya sejenak lalu menggeleng. "Tidak usah, sayang. Sudah cukup," jawabnya dengan senyuman. Taekwoon membalas senyumannya tak kalah lembut.

Setelah mereka menyelesaikan sarapan mereka, kini saatnya untuk membereskannya. Taekwoon nampak sedang mencuci piring, hal ini membuat Hakyeon yang sedari tadi memperhatikannya terkekeh. Taekwoon sangatlah hangat jika sedang bersama neneknya, dan itu membuatnya semakin menyukai sifat Taekwoon. Di satu sisi pria itu akan sangatlah bijaksana, lalu juga akan sangat misterius, dan di sisi lain juga pria itu akan nampak sangat penyayang.

Taekwoon yang telah selesai mencuci piring mulai melepaskan sarung tangan dan meletakannya di samping tempat pencuci piring. Tak lama pria itu membalikkan tubuhnya untuk segera bersiap menuju kantor.

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang