I. Who am I?

393 47 4
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

"Di sebelah sana, detektif Cha!"

"Di mana? Aishh, sekya. Kau tak akan lepas dariku."

"Detektif Cha hati-hati!!"

"Cha Hakyeon!!!?"

Tittt

"Hahh..hahh.. Apa yang terjadi?"

Dikerjapkan matanya berulang kali kala matanya baru saja terbuka karena gunjangan besar dari dalam tubuhnya. Duduk di atas sebuah ranjang dengan keringat yang bercucuran seperti telah berlari berkilo-kilo meter. Bayangan yang terbesit di dalam otaknya beberapa saat lalu tiba-tiba hilang begitu saja bagaikan asap di tengah padang berangin. Ia tak ingat dan tak mengenal apapun, semua terasa asing baginya. Apa yang baru saja menimpanya? Kenapa ia merasa seperti baru saja terlahir kembali?

Tap

Tap

Suara derap langkah yang kian terdengar semakin dekat menyadarkan lamunannya. Ditelisik penjuru kamar yang sedang ditempatinya saat ini, dan ia tak mengenal tempat ini sama sekali.

"Di mana aku sebenarnya?" lirihnya.

Cklek

Tubuhnya tersentak kala pintu ruangan tersebut terbuka. Matanya sontak menyorot pada ambang pintu yang telah terbuka dan memperlihatkan seorang pria berkulit putih yang mengenakan setelan hitam rapih.

"Aish! Kenapa aku bisa melupakan berkas itu?"

Setelah berkata demikian ia memutar langkahnya guna kembali menjauhi pintu tersebut. Seorang pria mungil yang kini berada di atas ranjangpun segera menurunkan kakinya guna mengejar pria berkulit putih itu. Ia tak tahu apa-apa saat ini, ia harus bertanya padanya.

Blam

Brugh

"....."

Pria mungil itu diam tak berkutik. Baru saja ia terhempas karena tak sengaja menabrak pintu kamar itu. Masih terasa dengan jelas bagaimana rasa sakit bagai tersengat listrik kala dirinya menyentuh permukaan kayu persegi itu. Entah kenapa dirinyapun asing dengan rasa ini, seperti bukan menyentuh sebuah pintu semestinya. Ada yang berbeda kali ini.

"Apa yang terjadi?" tanyanya lagi merasa kebingungan. Dibangkitkan tubuhnya dan mencoba untuk menyentuh gagang pintu di hadapannya. Sakit. Lagi-lagi tangannya terhempas seperti baru saja menyentuh sebuah portal yang tidak memungkinkan untuk disentuhnya.

"A-apa yang..Akkh!! T-tidak mungkin, apa yang terjadi padaku? Kenapa..kenapa bisa ini terjadi?"

Pertanyaan demi pertanyaan dilayangkannya dengan masih menatap sebuah kaca yang dengan jelas tidak menampakkan tubuhnya. Ditelusuri lengan dan juga kakinya baik-baik, ia masih dapat melihatnya dengan amat jelas. Lalu, mengapa dirinya tak nampak di pantulan kaca besar itu?

"Akhirnya aku dapat beristirahat."

Pria berkulit putih itu kini kembali masuk ke dalam kamar yang diyakini kamarnya. Untung saja pria mungil yang sedari tadi berada di belakang pintu itu telah berhasil bersembunyi di belakang pintu kamar yang terbuka. Jika tidak mungkin ia sudah terhantam pintu kayu itu lagi.

Pria berkulit putih itu kini melepas jasnya dan menggantungkan pada tempatnya. Kemudian, didudukkan tubuh jakungnya ke atas kursi di depan meja kerjanya. Setelah beberapa berkas dikeluarkan dan diletakannya ke atas meja ia mulai membuka lembaran-lembaran kertas tersebut.

Pria mungil yang masih bersembunyi di belakang pintu itu masih asik memperhatikan sosok pria yang sedang bergulat dengan berkas-berkasnya. Sampai ia melihat pria itu beranjak dari kursinya dan menggeser sebuah tirai yang dikiranya menutupi sebuah jendela membuatnya terlonjak kaget. Bukan jendela yang ditemukannya berada di balik tirai merah tersebut, melainkan sebuah papan berisikan silsilah sebuah keluarga dengan beberapa kertas berisi tulisan-tulisan menghias.

Keinginannya untuk keluar dari persembunyianpun gagal saat melihatnya. Sebuah pikiran negatif kini melingkupi seluruh otaknya, pria itu belum tentu orang baik-baik. Jika dia adalah seorang penjahat maka menjadi sebuah kebodohan jika ia keluar begitu saja.

"Kini hanya tinggal menunggu hari saja nyonya Ji, hidupmu tak akan lama lagi," lirih pria berkulit putih itu.

Prang

"Hah?!" Pria mungil yang berada di belakang pintu itu tersentak kaget kala lengannya tak sengaja menjatuhkan sebuah bingkai. Sontak pria berkulit putih yang sedang sibuk memperhatikan foto-foto di papan itu mengalihkan atensinya.

"Sialan, siapa di sana?!" tukasnya kesal seraya menutup tirai itu kembali. Dilangkahkan kakinya mendekati pecahan kaca dari bingkai tadi. Pria mungil itu sontak melebarkan matanya kala pria berkulit putih itu berada dekat di hadapannya.

"Keluar kau!" pekiknya menelisik penjuru kamarnya. Sontak pria mungil itu terkisap melihat pria itu tak melihatnya yang jelas-jelas berada di hadapannya.

'Sebenarnya aku kenapa??'

Ditutup dengan kencang pintu kamarnya dengan wajah menahan amarah. Dirinya tahu jika ada sosok lain di kamarnya saat ini, namun kenapa dirinya dapat tak melihatnya? Sepintar apa sosok itu sampai-sampai dirinya tak menemukannya.

"Tuan, maafkan aku. Aku tak sengaja memecah--/ Akh!"

Kedua pria itu sama-sama terkejut kala mereka masing-masing menjauhkan tangan mereka seperti baru saja menyentuh air panas. Sebuah rasa yang aneh menghinggap dikedua tangan mereka yang tidak sengaja bersentuhan. Namun, satu hal yang membuat pria mungil itu semakin terkejut. Pria di hadapannya benar-benar tak dapat melihatnya?

"Jangan pernah mencoba bermain-main dengan Jung Taekwoon!" ujarnya menunjuk udara tak menentu. Ia semakin yakin jika ada sosok lain bersamanya di dalam kamarnya. "Siapa kau?! Keluar atau kau akan mendapat masalah!" ancamnya.

"Siapa aku?? Aku.. namaku adalah Cha Hakyeon?" pria mungil itu ikut kebingungan kala otaknya terasa amat kosong. Akan tetapi, ia sangat yakin jika namanya adalah Cha Hakyeon. Lalu, kenapa ia tak dapat mengingat hal lain selain namanya? Pasti ada yang salah di sini.

"Yakk! Cepat keluar!"

Hakyeon sontak menatap pria bernama Taekwoon itu. Dilangkahkan kakinya mendekati sosok tersebut. Tangannya terangkat mencoba menyentuh wajah Taekwoon, namun baru saja jemarinya menyentuh wajahnya, tangannya kembali terhempas.

"S-siapa kau?! Berhenti bermain-main dan tunjukkan dirimu padaku!" tukasnya lagi mulai berpikiran tidak-tidak. Entah kenapa untuk pertama kalinya ia sedikit takut, ingat hanya sedikit. Dirinya adalah seorang pria yang amat hebat dan tak takut dengan apapun. Bahkan membunuh adalah salah satu keahliannya, namun kali ini rasanya amat berbeda. Bahkan keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya.

"Namaku adalah Cha Hakyeon dan aku yakin akan hal itu."

"Mwo?! Yakk!! Siapa kauu??!!" pekik Taekwoon saking terkejutnya kala tiba-tiba melihat sosok pria mungil berdiri di hadapannya.

"Eii.. dia kembali bertanya?" lirih Hakyeon memiringkan kepala.

.

.

.

TBC

Hi, guyss!! Ketemu lagi di cerita baruku wkwkwk

Gimana chapter satunya? Ada yang mau menanti chap keduanya gaa??

Wkwkwk kalian ada yang bingung dengan keadaan Hakyeon gaa? Kalo ga ngerti bilang aja yaa~ 

Pokoknya makasih yang udah mau cerita ini dilanjut yaa! Gapapalah bergeser genre dulu ya, yang penting seru wkwk.

Thanks for reading and sorry for typos^^

See yaa~

#hhanie

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang