XI. Thinking

144 39 12
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Keduanya telah sampai di kediaman Taekwoon beberapa saat yang lalu, namun pria manis yang sejak tadi berjalan di belakang Taekwoon masih terlihat tak mau membuka mulutnya sedikitpun. Entahlah apa yang sedang ia pikirkan.

"Cha Hakyeon," panggil Taekwoon untuk ketiga kalinya. Pria tampan itu mulai sedikit kesal kala Hakyeon tidak menggubris panggilannya, padahal jarak antara dirinya dengan Hakyeon tidaklah jauh.

Akhirnya, Taekwoonpun membangkitkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Hakyeon yang masih berdiri di samping rak bukunya. "Yak!" tubuh Hakyeon terjengit kaget, ditolehkan kepalanya menatap Taekwoon kesal.

"Apa yang kau lakukan? Kau menganggetkanku," protes Hakyeon tak terima.

Taekwoonpun hanya berdecih, salah siapa pria itu melamun. "Lain kali jika ingin melamun, pergilah ke balkon. Aku muak melihat wajah anehmu itu," tutur Taekwoon pelan seraya membuka laci lemarinya.

Bagaimana pria itu tidak muak, pikirannya sedang dipusingkan oleh kasus kematian Ji Honjae yang kembali meciptakan masalah, belum lagi dirinya yang terus saja didesak untuk segera melangsungkan pernikahan. Namun saat ia ingin menenangkan diri, ia malah disuguhkan wajah pria bermarga Cha itu yang asik melamun seraya menggelengkan kepala dan bermumam tak jelas.

'Ya Tuhan, aku bahkan tak sadar,' batin Hakyeon.

"Taekwoon ah, kau tahu? Aku rasa aku meng—" Hakyeon menghentikan ucapannya.

"Aku memiliki tugas untukmu," potong Taekwoon. Dilangkahkan kakinya mendekati Hakyeon saat sudah menemukan sesuatu yang ia cari. Hakyeon yang tadi ingin berucappun kembali membungkam mulutnya, ia rasa ini bukan waktu yang tepat.

"Kau carilah--/ Taekwoonie, kau di dalam, sayang?" Keduanya sontak menoleh ke arah pintu kamar Taekwoon. Sejurus Taekwoon meletakan barang yang digenggamnya ke atas meja dan beranjak mendekati pintu kamarnya yang masih tertutup.

"Ada apa, Halmon?" tanya Taekwoon lembut kala melihat neneknya lah yang berada di depan pintunya. "Maaf, sayang. Aku tidak dapat menggapai pan di dapur, bisakah kau mengambilkannya untukku?" ujarnya pelan.

Sebenarnya nenek Taekwoon itu sungkan meminta tolong pada cucunya itu, ia tahu jika Taekwoon sedang banyak pikiran, namun kepada siapa lagi ia akan meminta tolong jika bukan pada cucunya itu?

"Pan? Ya Tuhan, Halmon. Kau pasti lapar kan? Kenapa aku bisa lupa untuk memasak makan malam. Tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian. Halmon, tunggulah di bawah ne?" dituntunnya sang nenek sampai tangga rumahnya, lalu sang nenekpun berjalan ke bawah sembari sesekali menatap cucunya dengan senyuman. Cucunya itu memang amat perhatian padanya, padahal ia tak bermaksud membuat Taekwoon repot-repot memasak.

Setelah Taekwoon kembali ke kamarnya, ia segera mengganti pakaiannya. Hal ini sontak membuat Hakyeon menggeleng-gelengkan kepalanya, pria itu selalu saja lupa jika ada dirinya di sini. "Aku akan keluar sebentar, tolong jangan tutup pintu belakang ya?" pinta Hakyeon sebelum Taekwoon meninggalkan kamarnya.

Ditatapnya Hakyeon sejenak, lalu mengangguk. "Jika kau pulang terlalu larut, aku akan mengunci pintunya," tuturnya sembari berjalan keluar. Hakyeon mencibik bibirnya, ia tahu waktu kok.

Setelah Taekwoon pergi, Hakyeon masih terdiam di dalam sana. Tak lama ia beranjak mendekati rak yang berada di sebelah meja kerja Taekwoon. Ia tersenyum. Banyak sekali foto-foto keluarga Taekwoon saat ia masih kecil, lalu disampingnya ia juga dapat melihat ada sebuah penghargaan dari pemerintah.

"Woa.. jadi, ia bisa menggunakan senapan? Hebat juga. Hahh.. aku bahkan lupa kapan aku wajib militer," lirih Hakyeon. Seandainya ia dapat mengingat segalanya, semuanya pasti akan mudah untuknya.

.

.

.

"Kau yakin akan turun?" Hakyeon mengangguk. Ia beranjak keluar dari mobil Taekwoon dan menatap pria itu dengan senyuman. "Terimakasih banyak, Woon ah. Jika kau sempat, jemput diriku di sini nanti."

"Jika tidak sempat?" tanya Taekwoon sebelum memasuki mobilnya. Hakyeon mengedikkan bahunya, "mungkin aku akan pulang sendiri." Taekwoon memutar matanya malas lalu menancap gasnya meninggalkan Hakyeon.

Setelah kepergian Taekwoon Hakyeon segera membalikkan tubuhnya untuk mencari temannya. "Wongeun ah! Apa kau ada di sini?" teriaknya seraya berjalan mengelilingi taman. Akan tetapi, setelah mencari pria bermata sipit itu selama beberapa menit, Hakyeon belum juga melihat batang hidungnya.

Hakyeon akhirnya menyerah, didudukkan tubuhnya di salah satu bangku di taman tersebut. "Yeon ah!" panggil seseorang. Mata Hakyeon yang sempat sendu kembali bersinar kala mendengar suara khas milik sang teman. Diangkat kepalanya untuk menatapnya, dan benar saja ada Wongeun di sana sedang berjalan mendekatinya dengan senyuman lebarnya.

"Yak! Kemana saja kau?" dumel Hakyeon mencibik bibirnya. Wongeun mendudukkan tubuhnya di samping Hakyeon dan mengusak rambut Hakyeon gemas. "Maaf, tadi aku sedang berkeliling."

Hakyeon yang memang hanya berpura-pura marah itu mulai tersenyum. "Gwenchana," ujarnya.

"Ada apa kau mencariku?" tanya Wongeun.

Hakyeon menatap sang teman sejenak. "Bagaimana rasanya belum bertemu dengan manusia yang dapat menolongmu?" pertanyaan Hakyeon sukses membuat Wongeun terhenyak. Apa maksud dari pertanyaanya? Bukankah ia telah menemukan manusia itu? Lantas, apa tujuannya?

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Hakyeon meringis pelan dan menjawab. "Maafkan aku," lirih Hakyeon. Wongeun tersenyum maklum. "Ada masalah apa kali ini hm"? Tanya Wongeun yang amat mengerti maksud kedatangan Hakyeon.

Pria mungil itu meringis kala maksud utamanya tertebak. "Ehehe bisakah aku meminta bantuanmu?" tanyanya sedikit tak enak. Wongeun terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk. "Tentu saja tak apa, katakan saja!"

Hakyeon membenarkan letak duduknya dan menatap Wongeun dalam. "Tolong bantu aku mencari informasi tentang Ji Dongwoo, saat ini aku tidak dapat melakukannya karena Taekwoon akan selalu bersamaku."

Wongeun nampak berpikir. "Ji Dongwoo? Pemilik perusahaan StarOne?" tanyanya tak percaya. Hakyeon mengangguk mengiyakan. "Untuk apa kau mencari informasi tentangnya?" tanya Wongeun.

"Kurasa ada sesuatu yang Taekwoon sembunyikan dan itu berhubungan dengannya, ngomong-ngomong terima kasih telah membatuku."

"Bukan masalah, manis. Ahaha.. Serahkan saja padaku."

Mengingat hal itu Hakyeon semakin semangat berjalan menuju taman tersebut. Ia ingin segera tahu informasi tentang Ji Dongwoo itu. Semoga saja Wongeun ada di sana.

"Hakyeon ah! Yakk.. kemana saja kau ini? Kau pasti akan terkejut mendengarnya," seru Wongeun membuat Hakyeon sedikit berlari menghampiri pria itu. Didudukkan tubuhnya di samping Wongeun untuk mendengar ceritanya.

.

.

.

TBC

Holaaa~~

I'm backk!! Wkwkwwk

Pokoknya makasih yang udah mau baca sampe sini, maaf juga lama updatenya, udah gitu chapternya pendek wkwkwk

Pembacanya turun nihh...sepi banget. Tapi, gapapa.. Setelah ini updatenya teratur kok, buat para readers setia.

Maap banyak typo dan makasih udah mau bacaa!

Semoga ada yang nunggu, aamiinn...

See ya!!

#hhanie

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang