XXV. Begin

121 29 10
                                    


~~Happy Reading~~

.

.

.

Masih dengan mata terbuka Hakyeon menatap lekat lekuk wajah tampan Taekwoon yang tertidur di sampingnya. Mata runcing layaknya singa dengan hidung macung, sungguh sempurna menurutnya.

'Apa yang kau pikirkan, Hakyeon? Kau tak mungkin menyukainya,' batinnya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Setelah itu ia menelentangkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Hidupnya rumit sekali, Wongeun tepat. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Entahlah.. Setelah mengetahui segalanya ia malah ragu untuk melangkah maju.

Hakyeon PoV

Kenapa bisa sebuah kejahatan yang tidak dilakukan Taekwoon memiliki bukti? Ini yang masih kupikirkan sejak tadi. Latar belakang kasus keluarga Ji yang kutemukan di kantor polisi benar-benar bertolak belakang dari cerita Taekwoon.

"Aku tak melakukannya, sungguh bukan diriku."

Kutatap matanya terkejut, ya Tuhan entah kenapa diriku amat senang mendengarnya.

"Terima kasih banyak, Yeon ah. Kau telah percaya padaku, tapi tetap saja aku tak dapat menyangkalnya secara formal saat ini. Pasti Minhyuk bergerak berdasarkan bukti, aku tak tahu ia mendapatkannya dari mana, yang pasti aku harus menemukan bukti bahwa diriku tak melakukannya."

"Tapi.. Aku tak dapat menyangkal bahwa aku melakukannya, Ji Honjae." Ia tertunduk menyesal, sudahlah setidaknya ia menjelaskannya padaku.

"Aku akan membantumu mengungkapnya, terima kasih juga karena telah menjaga kepercayaanku," ucapku tersenyum tulus.

"Sekarang ceritakan tentang N kepadaku, informasi yang lain jika ada."

Kurasa Taekwoon berkata jujur, ia benar-benar hanya membunuh Ji Honjae. Baiklah, apa yang kulakukan saat ini benar. Hanya terus jaga Taekwoon agar Minhyuk tak dapat menangkapnya dekat-dekat ini. Aku harus menemukan bukti dari kasus lainnya, aku tak ingin dirinya menanggung seluruh hukuman yang tak dilakukannya.

Tapi.. Seo Inguk. Astaga, kenapa aku memikirkannya? Tapi, sungguh aku benar-benar berfirasat jika bukan ia dalang dari kelakuan Minhyuk. Entahlah.. Hanya saja hatiku menolak menuduhnya.

Dan tentang kecelakaanku.. Sebenarnya hatiku berkata ini semua bukan kesalahanmu, tapi aku butuh bukti, aku tak dapat begitu saja percaya seperti percaya padamu pasal pembunuhan berantai itu. Maaf, Taekwoon.

"Eumhh.."

Aku menoleh menatap dirinya yang melenguh dalam tidurnya. Saat melihat kerutan dahinya semakin mendalam kucoba mengelusnya pelan dengan jemariku, apa yang dimimpikannya?

"N ah.. Kenapa kau pergi? Hiks, aku merindukanmu... Kemana kau pergi? Apa kau tak merindukanku? Jangan membenciku, jebal.."

Air matanya mengalir, ya Tuhan Taekwoon.. sebegitu tersiksanya dirimu akan sosok N? Maafkan aku.. Aku belum dapat menemukannya hingga saat ini.

Setelah mengusap bekas air matanya aku kembali menatap langit kamar Taekwoon. Sekarang aku jadi mengingat pria kecil di dalam ingatanku, benarkah itu Taekwoon? Tidak mungkin itu dirinya, tapi mengapa wajah pria kecil itu amat mirip dengan sosok Taekwoon di bingkai fotonya?

The Invisible Detective[LeoN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang